[56]

61 15 7
                                    

oOo

"Irene Louise kabur dari rumah." Avery menjelaskan.

Bukan tanpa alasan dia yang ditanyai oleh para penyelidik itu. Hanya dialah yang tahu bagaimana seluk-beluk kehidupan Isabella. Sejak gadis itu terlantar begitu saja, hanya Avery seoranglah yang mengurusnya. Bahkan Sonia Varshen yang sebagai walinya pun seakan acuh pada Isabella.

Nico mengangguk paham. "Jadi, kenapa dia pergi?"

Avery meremas genggamannya seakan dia tidak ingin mengatakan banyak hal pada penyelidik-penyelidik itu.

"Tuan Avery?" Ray memanggil setelah melihat Avery hanya melamun.

Avery menengadah. "Dia seperti Karina. Pergi karena ingin kebebasan."

"Oh, ya, Karina Louise. Aku sudah mewawancarainya tadi. Dia juga berkata sama denganmu." Nico memutar penanya. "Ada beberapa saksi yang berdatangan sejak meledaknya pembangkit listrik di kota. Mereka mengiakan kalau orang yang melakukan hal itu adalah Isabell. Tapi, pembunuhan terakhir ini tiba-tiba terjadi saat gadis itu ditahan. Jadi, kemungkinan kalau orang itu adalah gadismu menurun. Kami membebaskannya dalam sesaat."

"Menurut Anda, siapa yang lebih berpotensi menjadi pembunuh?" tanya polisi yang lainnya dari belakang Nico.

Avery mengembuskan napas kasar. "Irene."

"Irene? Walau pun Isabell memiliki gangguan identitas disosiatif?" tanya Nico sambil menekuk dahi.

Avery membelalak.

"Tenanglah, Tuan Avery. Aku bertemu seorang anak lelaki bernama Johann. Dia yang memberi penjelasan di mana dia saat pembunuhan terjadi. Ternyata, memang benar Isabella tidak mengingat apa pun. Saat itu, tubuhnya diambil alih oleh Johann." Nico terkikik.

"Johann? Apakah dia... berbicara dengan menaikkan satu kaki ke atas meja?" Avery menatap Nico dengan serius.

Nico mengangguk. "Ya."

Avery meremas genggamannya. Tiba-tiba napasnya tersengal. Tapi pada akhirnya, dia kembali menegakkan pandangannya dan menatap Nico.

"Setelah mendapatkan pernyataan dari Johann, kalian mempertimbangkan untuk membebaskannya?" Avery bertanya memastikan.

"Ya." Nico menaikkan dahi.

Avery tersenyum getir.

"Tapi kami sedang mencari dokter bernama Hilde Catharina untuk mengetahui lebih lanjut, Tuan Avery." Nico menegakkan tubuhnya dan menyilangkan lengannya. "Aku harusnya tidak mengatakan banyak hal pada Anda. Tapi Anda takkan bicara jika saya juga tidak bicara, 'kan?"

Avery bergeming.

"Sekarang, pertanyaan terakhir." Nico menghela napas panjang. "Apakah Irene benar-benar identik dengan Isabella?"

"Ya!" Avery menjawab tanpa ragu.

Nico pun manggut-manggut.

Sekarang, kemungkinan kalau pelakunya bukan Isabella meningkat. David memberi pernyataan bahwa saat pembunuhan Kinara, Isabella bersamanya. Sedangkan saat pembunuhan terakhir Isabella bersama dengan para polisi.

Namun, jika saksi meyakini bahwa pelakunya memiliki ciri fisik yang persis seperti Isabella, maka tidak salah lagi, itu adalah Irene—saudari kembarnya.

oOo

Angel

Gadis itu telah mati.

Aku hanya bisa berdiri tepat di hadapan makamnya. Bunga-bunga yang disebar di atas gundukan tanah itu sangat minim. Kini juga telah basah terguyur air hujan yang beberapa lalu baru saja membasahi seluruh kota, lantas berhenti secara tiba-tiba.

Roseraie [END || REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang