[12]

145 32 9
                                    

Warning; Disgusting Content ⚠

Warning; Disgusting Content ⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

xxx

Angel

Aku berdiri tegak di sudut kamar mandi. Tubuhku tertutup tirai. Pisau daging berukuran besar tersembunyi di balik tubuhku. Kedua tanganku telah terlapisi dengan sarung tangan putih—sama seperti biasanya. Kedua sepatu berhak tinggiku menyentuh ubin. Ketika aku bergerak, bunyi ketukan menjalar ke ruangan.

Setelah menunggu cukup lama, kudengar seseorang menarik kenop pintu. Dia mencuci tangannya di wastafel sambil bersenandung.

Aku ikut bersenandung.

Kudengar dia mematikan keran dan menghentikan senandungnya.

"Siapa di sana?" tanyanya.

Dia berjalan mendekat ke arahku. Gorden itu dia tarik dengan cepat.

"Kamu..." Kalimatnya menggantung di udara.

"Bau alkoholmu masih menyengat. Apa yang kaumasukkan dalam tubuhmu? Beer? Oh, bukan! Ini vodka, betul?" Aku menekuk dahi.

"Pergi dari sini, dasar cewek gila!"

Aku melangkah perlahan melewatinya. Kedua tanganku masih di belakang sembari menggenggam erat pisau daging itu.

Dia menyadarinya. "Apa yang—"

Aku berbalik badan dengan cepat. Kusambarkan pisau itu ke lengannya hingga hampir terputus.

Dia menjerit dan tersungkur di ubin. Cairan merah kental langsung membahasi lantai.

Aku bersenandung dengan nada yang dingin tetapi mampu memekik telinga.

Mes nuits blanches ne sont pas, blanches, à peine claires,
Semées d'étoiles,
Petits trous dans la toile étanche,
Tristes strass sur le voile...

"Tolong..." Dia mulai merangkak keluar ke kamar mandi hingga noda-noda darah itu berhamburan ke mana-mana.

Sayangnya dia lupa bahwa tidak ada seorang pun yang ada di rumah. Dan ya, teriakan dari rumah sebesar ini tidak akan mampu menjalar ke luar. Tidak akan ada yang membantunya, aku yakin itu.

Aku menendangnya yang tengah merangkak tertatih-tatih dengan satu tangan yang hampir putus. Dia masih menangis dan terengah-engah. Setelah itu, dia benar-benar tersungkur.

"Kena... pa?" tanyanya sembari terengah-engah.

"Ibumu membunuh ibuku." Aku menyeringai.

"Lalu kenapa aku? Kenapa bukan ibuku?" Dia masih merintih.

"Aku ingin dia merasakan luka yang sama denganku—luka yang terjadi atas kehilangan seseorang. Kau tahu? Kematian bukanlah penghakiman. Jadi, aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya akan membuatnya menderita seumur hidupnya karena kehilangan kamu."

Roseraie [END || REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang