Ray terlambat.
Hanya terlambat beberapa jam saja.
Irene Louise tewas karena tenggelam di kolam renang. Di hari itu juga, jenazahnya dimakamkan tanpa diautopsi terlebih dahulu—sebab sudah sangat jelas bahwa dia meninggal karena tenggelam.
Irene tidak diadopsi oleh sebuah keluarga. Dia tinggal di sebuah panti asuhan. Dia satu-satunya anak remaja yang ada di sana dan hendak mengabdikan diri pada panti asuhan itu. Walau begitu, dia dikenal memiliki kehidupan yang normal; teman-teman dan kegiatan seorang gadis pada umumnya.
Pagi ini juga, pukul tujuh tepat—saat kolam renang belum ada pengunjung—dia sudah tiba terlebih dahulu. Tetapi, satu jam setelahnya, ada orang lain yang pergi ke kolam renang. Dia menemukan Irene telah tewas tenggelam di sana.
Pukul sebelas siangnya, dia langsung dimakamkan. Orang-orang di panti asuhan memiliki kepercayaan bahwasanya jenazah itu memang harus segera dimakamkan—tak peduli apa.
Sedangkan Ray datang ke tempat itu tepat pukul sepuluh. Sial, andai dia lebih cepat.
Ray menemukan gadis itu karena gadis itu tidak mengubah namanya. Seorang pria yang bekerja sebagai supir bus memberi informasi tentang Irene Louise yang dahulu pernah menumpang di busnya malam-malam dan menuju kota tempatnya tinggal sekarang.
Melihat kondisi di sana, Ray berfikir bahwa agaknya mustahil apabila Irene membunuh seseorang. Lingkungannya penuh anak-anak dan anak-anak itu menangisi kepergiannya—menunjukkan bahwa semasa hidupnya, Irene begitu dicintai oleh mereka. Lalu orang-orang panti asuhan itu begitu taat pada kepercayaan mereka serta Tuhan mereka. Irene tinggal bersama orang-orang seperti itu, jadi tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Irene juga tumbuh menjadi orang yang seperti itu juga.
Hari ini, Ray sudah menemukan titik terangnya. Hanya saja, dia masih bertanya-tanya.
Mungkinkah?
oOo
Angel
Aku kembali terbangun dari tidurku.
Jika sudah seperti ini, Isabell pasti membutuhkan diriku.
Tubuhku berada di basement yang dipenuhi dengan koran-koran dan hasil investigasi Johann. Asap mengepul dari luar. Aku terbatuk-batuk. Aku tahu, rumah ini hampir terbakar dan lenyap. Beraninya mereka melakukan ini!
Aku tahu siapa biang-keroknya.
Eldmar Martin!
Aku akan membunuh anak itu!
Aku pun bangkit dan meraih senapan laras panjangku yang kusimpan di bawah lemari. Aku juga mengambil berlusin-lusin peluru.
Dengan cepat aku berjalan keluar. Ternyata, tingkat kebakaran itu belum separah yang kuduga. Walau api sudah sempurna menyebar ke seluruh rumah, tapi itu belum membakar segalanya. Aku pun berjalan dengan santai—walau terbatuk-batuk. Dengan cepat aku menuju ke ruang depan. Kulihat laptop Isabell masih menyala. Benda itu diletakkan di tungku perapian yang terbuat dari batu—jadi benda itu masih sempurna menyala.
Aku mendekatinya. Tak kusangka bahwasanya Isabell menjadikan ini semua sebagai siaran langsung. Ah, ternyata dia sudah mulai memahami apa yang kuinginkan.
Aku meraih tas kecil yang kuikatkan di pinggangku. Kalau rumah ini harus terbakar, maka biarlah begitu. Hanya saja, aku perlu menyelamatkan sesuatu yang berharga. Aku melirik ke arah rak. Di sana, boneka pemberian David saat Isabella sakit di rumah sakit dulu masih ada. Karena tidak terlalu besar, maka aku memasukkannya ke dalam tas—beserta dengan peluru-peluru itu. Jika Isabella harus mati, bukankah dia harus membawa sesuatu yang berharga untuknya? Aku membawa amarahku, Johann membawa rasa penasarannya dan Isabella juga perlu membawa sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roseraie [END || REPUBLISH]
Misteri / ThrillerDi sebuah sekolah menengah, Sanaya ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Sebelum polisi mengungkap siapa pelakunya, pembunuhan-pembunuhan lainnya terjadi. Tidak hanya itu, pembantaian besar-besaran pun tak dapat dihindari. Di sisi lain, ada Isa...