53. Retak.

2K 106 24
                                    

Hari kedua. Tak ada yang berubah dari kemarin, Alvin dan Karamel masih dengan ego mereka masing-masing. Tak ada yang berniat memulai terlebih dahulu untuk memperbaiki hubungan mereka. Alvin yang sibuk dengan persiapan olimpiade dan Karamel yang berusaha menerima keputusan Alvin yang memintanya untuk break. Mungkin benar, mereka butuh jeda untuk saat ini.

Pagi hari ini seperti biasa Karamel menemui Alvin untuk memberikan tugas yang telah ia kerjakan. Walaupun hubungan keduanya sedang tidak baik baik saja, bukan berarti kuhuman bisa berhenti begitu saja.

"Nih!" ujar Karamel menyerahkan selembar kertas kepada Alvin. Tanpa mengatakan apapun, Karamel segera pergi meninggalkan Alvin setelah cowok itu menerima kertas tersebut.

Alvin terus saja menatap punggung Karamel yang berjalan semakin jauh, hingga tatapannya berubah tajam ketika melihat Nico yang menghampiri Karamel. Keduanya berjalan bersamaan, sesekali Karamel nampak tertawa bersama cowok tersebut. Tanpa Alvin sadari, ia meremas kertas yang ada di tangannya hingga tak berbentuk.

***

Reza yang baru datang melihat Dinda yang duduk sendiri di bangkunya segera berjalan menghampiri cewek tersebut.

"Din!" panggilnya seraya menarik sebuah bangku di sampingnya.

"Hmm." Sahut Dinda acuh.

"Karamel ada cerita gak, kalo dia lagi break sama Alvin?" tanya nya. Dinda mengangguk.

"Masalahnya apa?"

"Lo kenapa jadi wawancarai gue gini dah, Ja?" tanya Dinda mengernyitkan dahinya. "Kalo lo cuma kepo, gak bakal gue kasih tau." Tambahya.

"Eh, bukan gitu." Sangkal Reza menggelengkan kepalanya. "Gue heran aja kenapa mereka bisa break. Emang sih mereka sering berantem, tapi gak pernah yang parah banget sampe kayak gini."

Dinda menghela nafas sebelum menceritakan semuanya kepada Reza. "Temen lo tuh gara-garanya, ngambil keputusan pas lagi emosi." Ujar Dinda setelah menceritakan apa yang terjadi kepada Reza. Tanpa ada yang dikurangi atau ditambahkan, persis seperti yang diceritakan Karamel kepadanya.

"Kok lo jadi nyalahin temen gue? Wajar kalo Alvin marah liat ceweknya jalan sama cowok lain."

"Heh, sableng!" Dinda memukul belakang kepala Reza menggunakan buku yang ia gulung. "Kan udah gue bilang tadi kalo gue sama Karamel tuh gak sengaja ketemu Nico."

"Yaudah sih gak usah mukul. Galak banget lo." Ujar Reza mengusap belakang kepalanya yang dipukul oleh Dinda tadi. Reza tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke arah Dinda, membuat cewek itu memundurkan kepalanya dengan menatap Reza was-was. "Gue curiga—"

"Curiga apa?" dinda dan Reza sama-sama melonjak kaget dengan kedatangan Karamel yang tiba-tiba. "Kalian ngapain sih?" tanyanya melihat Reza dan Dinda bergantian.

"Engga ada, Ra." Jawab Dinda. "Dah lo sono balik ke habitat lo." Ujar Dinda kepada Reza.

Reza mendengus. "Dikira monyet kali gue." Gumamnya, tak ayal cowok itu berdiri dan berjalan menuju bangkunya.

***

Disaat semua murid tengah belajar di dalam kelas, berbeda dengan Alvin dan Nadya. Mereka tengah berjalan menuju perpustakaan untuk menemui guru pembimbing mereka dalam olimpiade nanti.

"Gak nyangka olimpiadenya makin deket ya, Vin. Asli gue deg-deg an banget." Ujar Nadya yang diacuhkan oleh Alvin. Meskipun telah diacuhkan oleh cowok disebelahnya, cewek itu tetap bercerita tentang banyak hal.

Hingga tiba-tiba Alvin melihat Karamel yang baru keluar dari toilet. Kedua mata mereka sempat bertemu beberapa detik sebelum Karamel memalingkan wajahnya. Dengan tetap memasang ekspresi datar seperti biasa, Alvin menatap Karamel yang berjalan ke arahnya.

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang