35. Bukan Masalah.

3.9K 168 10
                                    

“Kerja bagus, Dav” ujar Alvin seraya menepuk pelan bahu Dava. Cowok berlesung pipi yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS tersebut berhasil memimpin rapat dengan baik.

Thanks pujiannya. Kalo boleh tau, tadi lo dari mana sih sampe nyuruh gue buat gantiin lo?” Tanya Dava seraya memasukkan laptop miliknya ke dalam tas.

“Enggak dari manapun”

“Trus?”

“Biar lo ada kerjaan aja” jawab Alvin.

Dava membulatkan matanya lalu memukul punggung Alvin pelan. “Sialan lo”

“Yaudah gue duluan” pamit Alvin.

“Buru-buru amat lo”

“Karamel udah nunggu” sahut Alvin seraya berjalan ke arah pintu.

Alvin berjalan cepat menyusuri koridor yang mulai sepi. Mengingat sekolah sudah dibubarkan semenjak kurang lebih sekitar satu jam lebih tiga puluh menit yang lalu. Langkah kaki Alvin menuntun dirinya
menuju kantin untuk menjemput Karamel yang ia tinggal ketika hendak rapat OSIS tadi.

Setibanya di kantin, manik mata berwarna hitam seperti malam itu mengedar ke penjuru kantin. Namun kantin sudah kosong. Tidak ada satu pun manusia yang berada di sana, termasuk cewek kini rambutnya telah berubah warna menjadi cokelat itu.

Alvin berdecak lalu kembali melihat sekeliling. Siapa tahu Karamel masih berada di sekitar kantin. Ia yakin bahwa Karamel tidak mungkin pulang sendiri tanpa dirinya.

“Lo kemana sih, Mel?” gumam Alvin frustasi seraya meremas rambut bagian belakang nya.

“Woy, Vin! Belum balik lo?” pandangan Alvin teralih menatap seorang cowok dengan kostum basket tengah mengambil minuman dingin yang ada di lemari pendingin di sampingnya.

“Lo liat Karamel gak?” bukannya menjawab, Alvin malah balik bertanya.

Cowok tadi meneguk minuman yang ada di mulutnya lalu menutup botol minum yang sempat ia buka. “Oh lo nyari Karamel? Tadi sih ada di lapangan indoor, lagi liatin anak-anak latihan basket”
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Alvin segera beranjang dari tempatnya. Sedikit berlari cowok itu menuju lapangan indoor sesuai dengan yang di katakana cowok tadi. Entah lah, Alvin lupa namanya siapa. Lagi pula itu tidak penting untuk saat ini.

***

Karamel sesekali bersorak ketika melihat Nico berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Tidak salah jika ia dipilih untuk menjadi kapten tim basket sekolahnya. Kemampuan dalam bermain basket patut di acungi
jempol.

Karena terlalu menikmati keseruan tim basket SMA Rajawali yang tengah berlatih, membuat Karamel tidak sadar bahwa ada seseorang yang tengah menghampirinya dengan sorot mata tajam.

“Pulang!” Karamel tersentak ketika tiba-tiba seseorang menarik tangannya dengan kasar. Membuatnya langsung berdiri dari posisi sebelumnya yang duduk di podium penonton.

“Apaan sih, Al? Lepas!” Karamel berontak ketika merasa cengkramen tangan Alvin dari pergelangan tangannya semakin erat.

Alvin menatap Karamel tajam, membuat cewek itu berhenti berontak. “Gue bilang apa sama lo tadi? Tunggu di kantin”

“Gue bosen nunggu di kantin sendirian. Udah tau gue bego jadi makin kelihatan bego gue sendirian nunggu lo di kantin” dengus Karamel.

“Siapa yang ngajak lo kesini?” Tanya Alvin dengan nada dingin.

“Nico” jawab Karamel seraya tersenyum sehingga memperlihatkan deretan gigi rapinya. “Udah deh gak
usah ngambek. Baru juga baikan, lo gak capek apa kita marahan terus? Readers nya protes tuh kalo kita sering marahan kek kemarin” lanjut Karamel setelah melihat raut wajah Alvin yang menegang.

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang