34. Membaik.

4.3K 158 16
                                    

Alvin segera bergegas memasukkan buku serta benda lainnya dari atas meja lalu
memasukkan ke dalam tas. Setelah semua telah selesai, ia langsung pergi ke luar kelas setelah guru yang mengajar telah keluar juga. Mengabaikan Leo yang menatapnya bingung.

Langkah lebarnya berjalan cepat ketika melewati koridor yang ramai oleh murid-murid yang berhamburan keluar kelas. Sesekali ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia sudah telat sepuluh menit untuk menemui Karamel di rooftop.

"Vin!" langkah Alvin terhenti ketika seseorang dari arah belakang memanggil namanya.

Alvin membalikkan badannya dan melihat Dava yang tengah berjalan ke arahnya. Kedua alisnya terangkat ketika cowok berlesung pipi itu telah berada di hadapannya.

"Mau kemana lo? Ruang OSIS kan bukan kesana" ujar Dava membuat Alvin mengernyit bingung. Melihat ekspresi Alvin yang demikian, membuat cowok berlesung pipi itu berdecak "Lo gak lupa kan, Vin, kalo hari ini ada rapat OSIS?"

Alvin bergeming sejenak. Mencoba mencerna ucapan Dava barusan. Bagaimana ia bisa lupa kalau hari ini ada rapat OSIS yang harus ia hadiri.

Cowok itu kemudian kembali melihat jam tangan hitam miliknya. Sudah lewat lima belas menit sejak bel pulang berbunyi.

Ia yakin Karamel sudah menunggunya sejak tadi.
Bola matanya kini beralih menatap Dava yang berada di hadapannya itu.

"Gue masih ada urusan, lo pimpin dulu rapatnya, nanti gue nyusul" ujar Alvin lalu pergi begitu saja tanpa meminta persetujuan dari Dava.

Sementara Dava yang melihat Alvin yang pergi menjauh sempat mengernyit bingung
sebelum mengendikkan bahunya tidak peduli. Yang harus ia lakukan saat ini yaitu pergi ke ruang OSIS untuk memimpin rapat sesuai perintah Alvin tadi.

***

Pintu satu-satunya penghubung tangga dengan rooftop terbuka. Alvin dapat melihat seorang cewek dengan rambut sepunggung tengah berdiri membelakanginya. Rambut
cokelat cewek itu berkibar bebas terkena hempasan angin sore.

Alvin bernafas lega melihat Karamel masih menunggunya di sana. Kaki Alvin melangkah mendekati pacarnya itu. Tepat di belakang Karamel, Alvin masih diam. Tidak ada niatan untuk membuka suara.

Hingga akhirnya suara Karamel memecahkan keheningan keduanya selama beberapa
detik tadi "Jadi apa tujuan lo ngajak gue kesini?" Tanya cewek itu tanpa berbalik menatap Alvin.

Alvin kembali melangkah dan kini berdiri ikut berdiri di samping Karamel. "Lo gak
capek berantem kek gini? Mau sampe kapan?"

Alvin mendengar helaan nafas yang berasal dari sebelahnya.

"Capek lah. Gue pulang cepet karna pengen ketemu sama lo, tapi pulang-pulang malah lo ajak berantem" Alvin tersenyum miring mendengar jawaban dari Karamel.

"Gue gak punya banyak waktu. Jadi siapa dia?"

"Siapa?" Tanya Karamel bingung.

Alvin berdecak "Cowok yang pergi sama lo"

"Oh. Dia Fakhri, anak dari rekan bisnis nya bokap sama nyokap. Gue sama dia beneran gak ada apa-apa, Al"

Alvin masih mempertahankan senyum miringnya lalu bersedekap dada. "Gak ada
apa-apa tapi jalan berdua"

Karamel berdecak "Ish, dengerin gue dulu napa. Awalnya gue nolak pas dia ngajak gue jalan, tapi dia malah ijin ke bokap mau ngajak gue jalan. Bokap ngijinin trus nyuruh gue buat jalan sama dia, ya gue gak bisa nolak dong"

Alvin diam, tak menyauti ucapan Karamel dan menatap cewek itu datar seperti biasa.

Karamel mendengus "Liatnya biasa aja napa"

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang