27. Salah Paham

3.9K 161 31
                                    

Yang dari kemarin-kemarin minta buat up mana suaranya? angkat tangan!

Udah aku tepatin kan yaaa, dan maaf kalo baru bisa up karna lagi sibuk banget sama laporan dan projek sebelum UAS.

Cieeee yang malmingnya ditemenin Bang Alvin:v

Selamat membaca!

***

Fakhri dan Karamel berjalan menghampiri orang tua mereka yang nampak mengobrol santai seraya tertawa ringan.

"Pa!" Panggil Fakhri membuat ketiga orang tua itu sontak menoleh secara bersamaan.
Kemudian Fakhri dan Karamel duduk bersebelahan.

"Gimana tadi ngobrolnya? Seru?" tanya Sarah kepada Karamel dan Fakhri.

"Biasa aja" jawab Karamel cuek lalu meminum orange juice milik mamanya. "Kapan pulang? Masih lama ya?" tanya Karamel yang ditujukan entah kepada siapa.

"Ra!" Bram menegur putrinya yang dirasa kurang sopan. Sementara Karamel mengerucutkan bibirnya seraya menghembuskan nafas kesal.

"Oh iya, Ra. Selama disini kamu udah pergi kemana aja? Gimana kalo besok aku temenin kamu jalan, aku tau lho tempat yang bagus di Melbourne" ajak Fakhri menatap cewek disampingnya yang masih asik dengan minuman milik Sarah.

"Enggak ah, males gua" tolak Karamel.

"Ra, gak baik nolak tawaran Fakhri. Niat dia baik lho" ujar Sarah seraya mengusap puncak kepala putri semata wayangnya tersebut.

"Liat besok aja" jawab Karamel cuek.

***
Senja yang begitu tenang, warna kemerah-merahan yang berhasal dari cahaya matahari tenggelam menemani Alvin yang nampak masik asik dengan bola basket di tangannya.

Kedua temannya telah pulang sejak siang tadi, setelah berhasil membuat kamar Alvin berantahkan mirip seperti terkena angin topan. Maka dari itu ia memilih bermain basket sendiri di halaman belakang rumahnya. Sesekali memasukkan kedalam ring tanpa miss sedikitpun. Salah satu bakat Alvin yang jarang diketahui oleh semua orang.

Satu kali bola masuk kedalam ring, kemudian Alvin berjalan kepinggir lapangan setelah mendengar ponsel berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

Tertera nama Nadya disana. Dengan setengah hati bahkan terkesan malas, Alvin menjawab panggilan dari cewek itu.

"Hmm" gumam Alvin saat panggilan telah terhubung.

"Vin, lo dimana?" tanya Nadya dari seberang sana.

"Rumah."

"Lo bisa temenin gue sebentar gak?"

"Enggak" tolak Alvin, padahal Nadya belum mengutarakan tujuannya.

"Dih, gue serius. Ini penting!" ujar Nadya dengan nada kesal.

"Apaan?"

"Anterin gue minta tanda tangan ketua yayasan buat proposal. Gue gak tau rumahnya"

"Kan tadi pas disekolah gue udah bilang buat minta tanda tangannya"

"Hmmm..." Nadya bergumam. "Gue lupa" lanjutnya dengan suara pelan.

Alvib berdecak lalu menjawab. "Minta tolong yang lain, gue sibuk" tolaknya.

"Minta tolong siapa? Yang tau rumahnya Ketua Yayasan cuma elo"

"Dava tau"

"Dava lagi gak ada dirumah, tadi gue udah minta tolong ke dia"

"Ck! Nyusahin lo" umpat Alvin kesal. "Tunggu 15 menit lagi gue otw" ujarnya lalu memutuskan telepon secara sepihak. Lalu beranjak menuju kamar untuk mangambil jaker serta kunci motor miliknya.

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang