54. Baikan

4.1K 122 14
                                    

Hampir dua minggu terlewat, namun hubungan Alvin dan Karamel belum juga menemukan titik terang. Karamel yang masih mengacuhkan Alvin, sementara Alvin yang sibuk mengurusi olimpiadenya. Namun meskipun begitu, Alvin tetap berusaha mendapatkan maaf dari kekasihnya tersebut. Tentu saja dengan paksaan dan saran dari Reza.

Berbagai macam cara telah Alvin lakukan, seperti tetap menjemput Karamel tiap pagi namun cewek itu selalu pergi lebih cepat daripada dirinya. Disela kesibukannya, Alvin selalu mengirimkan pesan kepada Karamel namun berakhir tanpa dibaca oleh cewek itu.

Jika sebelumnya ia merasa tidak maksimal untuk menghubungi Karamel, maka hari ini ia bertekad untuk menemui ceweknya. Karena hari ini adalah hari dimana ia akan melakukan olimpiade bersama Nadya.

Alvin menjawab pertanyaan yang diajukan dengan perasaan hampa. Ia sangat berharap ada Karamel yang duduk di salah satu kursi itu untuk melihatnya. Namun harapan itu harus pupus sepertinya.

Setelah melewati berbagai macam pertanyaan, akhirnya SMA Rajawali unggul dengan skor yang berbeda tipis dengan tim lawan. Alvin sangat senang tentu saja, namun yang terlihat sangat senang tentu saja Nadya. Cewek itu sampai memekik kesenangan ketika skor akhir diumumkan tadi.

Alvin dan Nadya tentu saja menerima berbagai ucapan selamat dari guru-guru dan teman-temannya. Kini keduanya berjalan di area lorong untuk segera pulang.

"Gue seneng banget sekaligus gak nyangka kita bisa menang, Vin. Semua berkat lo, makasih ya." Ujar Nadya tak menghilangkan sinar bahagia di kedua matanya.

"Lo ikut andil dalam kemenangan kita tadi." Bantah Alvin.

"Tapi lo yang paling banyak jawab pertanyaan tadi." Alvin tak berniat menyauti ucapan Nadya. Hingga keduanya larut dalam hening.

"Alvin!" langkah keduanya terhenti dan berbalik ke belakang ketika ada seseorang yang memanggil nama Alvin.

Cowok itu sedikit menatap tak percaya kepada Karamel yang kini tengah berlari ke arahnya dengan tangan yang memelukn sebuah bucket bunga.

"Gue telat, ya? Acaranya udah selesai?" tanya Karamel dengan nafas tersenggal. Keringat juga mulai bercucuran di dahinya akibat berlari tadi. "Gimana hasilnya? Lo menang kan? Pasti lah, pacar gue kan pinter." Karamel terus berbicara, mengabaikan Alvin yang kini terus menatapnya dalam.

'Grep!'

Hingga ucapan Karamel terhenti ketika secara tiba-tiba Alvin menarik tubuhnya ke dalam pelukan cowok itu.

"Gue kangen." Gumam Alvin menghirup dalam-dalam aroma yang sudah lama tak lagi ia cium.

Karamel menarik sudut bibirnya lalu membalas pelukan kekasihnya tersebut.

***

Setelah pertemuan di koridor tadi, kini keduanya duduk di dalam mobil milik Alvin dengan tangan saling bertautan. Lebih tepatnya Alvin yang tak kunjung melepaskan genggamannya pada tangan Karamel, seakan takut jika cewek di depannya itu kembali menjauh darinya.

"Gue gak bakal kemana-mana, Al. Jadi gak usah gitu banget liatinnya." Canda Karamel karena setelah mereka bertemu, Alvin tak kunjung mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Tapi lo jauhin gue dua minggu ini." Ujar Alvin yang tak ayal membuat Karamel sedikit sesak.

"Sorry." Gumamnya.

Alvin menggeleng. "Bukan salah lo, gue pantes dapetin ini semua."

"Enggak gitu." Bantah Karamel. "Gue sengaja jauhin lo biar kita sama-sama saling intropeksi diri. Gue juga pengen lihat seberapa sungguhnya lo sama gue, karena selama ini kelihatan seperti gue yang hanya berjuang. Tapi setelah melihat usaha lo belakangan ini, gue jadi yakin kalo lo bener-bener sayang sama gue."

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang