52. Jeda (2)

4.8K 240 150
                                    

Pagi ini Karamel telah rapi dengan baju seragam nya. Cewek itu keluar dari apartement nya tak lupa mengunci pintu berwarna coklat tersebut. Mengingat percakapannya dengan Alvin membuat ia tidak bisa tidur nyenyak semalam, itulah alasannya pagi ini wajah Karamel tampak kusut. Sesampainya di basemant ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan segera mengendarai benda tersebut menuju ke sekolah mengingat beberapa menit lagi bel masuk berbunyi.

Selang sepuluh menit kemudian, mobil yang Karamel kendarai memasuki pekarangan sekolah, untung saja ia datang beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi, karena demi apapun ia malas berurusan dengan Alvin.

Cewek itu keluar dari mobil. Saat hendak menuju ruang kelasnya, ia berpapasan dengan Alvin yang tengah berjalan di koridor. Keduanya saling diam, baik Alvin atau Karamel tak ada yang mau tegur sapa seperti biasanya.

"Mel!" Karamel mendengar seseorang memanggil namanya bersamaan dengan rangkulan tangan seseorang yang melingkar di pundaknya.

Karamel melirik sekilas orang itu yang tak lain ternyata Dinda.

Dinda memiringan kepalanya untuk melihat wajah Karamel lebih jelas lagi. "Masih pagi tapi muka lo udah kusut aja." ledek Dinda. "Tadi ada Alvin, tumben kalian diem aja?" beberapa detik Dinda menunggu, tak kunjung mendapat jawaban dari Karamel. "Ooohh... gue ngerti," seru Dinda seraya menganggukkan kepalanya seakan mendapatnya jawaban. "Ngeliat muka lo yang nggak enak diliat gini trus ditambah lo sama Alvin cuek-cuek an, gue yakin kalian pasti ada masalah ya?" tebak Dinda.

"Sok tau lo!" sahut Karamel singkat.

"Cih, sok-sok an nggak mau ngaku," cibir Dinda. "Cerita aja kali, Ra. Kayak sama siapa aja lo."

"Gue sama Alvin break." jawab Karame cepat.

"APA? BREAK?" teriak Dinda terkejut dengan pernyataan Karamel.

Karamel langsung menutup mulut Dinda dengan telapak tangannya. Mengingat mereka berada di koridor yang lumayan ramai. "Mulut lo!" desis Karamel.

Dinda melepaskan tangan Karamel dari mulutnya kemudian nyengir ke arah Karamel. "Kan gue terkejut," ujar Dinda dramatis seraya menyentuh dadanya. "Kok bisa sih?" Tanya Dinda kemudian.

"Gue ceritain di kelas." ujar Karamel mengajak Dinda ke kelas, mengingat tak mungkin ia menceritakan masalahnya di koridor yang ramai seperti ini.

"Jadi gimana?" sesampainya di kelas, Karamel langsung ditodong pertanyaan oleh Dinda.

Karamel yang baru meletakkan tasnya di atas meja hanya menatap malas kearah temannya tersebut. "Baru juga naro tas, belum sempet duduk gue. Ngegas banget lo."

Dinda menarik kursinya agar lebih dekat dengan Karamel. "Ya lagian gue kepo sih, udah lama kalian pacaran tapi baru kali ini kalian break." ujarnya.

Karamel termenung sejenak. Benar yang dikatakan oleh Dinda, sudah lama ia dan Alvin pacaran tapi beru kali ini mereka break. Sebesar apapun masalahnya pasti bisa mereka selesaikan tanpa break.

"Heh, malah bengong!" ujar Dinda membuyarkan lamunan Karamel.

Karamel menghembuskan nafasnya sebelum menceritakan semuanya kepada Dinda. Tak ada yang ia tutupi sedikit pun, karena ia yakin Dinda pasti mempunyai solusi untuk masalahnya ini. Ia menjelaskan semuanya sesekali mengusap wajahnys, Begitu pun dengan Dinda yang mendengarkan cerita Karamel dengan seksama, sesekali mengubah ekspresi wajahnya seperti kesal, terkejut dan sebagainya. Ia tidak berniat memotong ucapan Karamel.

"Masalah lo nggak jauh-jauh dari manusia dua itu ya, heran gue." komentar Dinda setelah Karamel selesai bercerita.

"Makanya itu, lagian Alvin juga nggak mau dengerin penjelasan gue dulu, kemarin kan kita emang nggak sengaja ketemu sama Nico' kan. Gue nggak tau harus ngomong apa lagi sama Alvin."

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang