Warning!! Bagian ini menurut aku banyak dramanya, parah. Kalo gak suka silahkan menyingkir teratur.
***
Karamel menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sekitar 10 menit yang lalu pesawat yang ia tumpangi telah mendarat sempurna di landasan Bandara.
Cewek itu menarik koper miliknya menuju caffetaria di bandara untuk mengisi perutnya yang kosong. Setelah itu ia akan langsung menemui Alvin. Ia tahu bahwa jam segini pasti Alvin masih ada di sekolah.
Setelah sampai di caffetaria Karamel langsung duduk ditempat yang sudah disediakan dan memesan makanan yang ada di menu. Kali ini ia memilih seporsi nasi goreng dengan lemon tea untuk mengisi perutnya serta menghilangkan lapar serta dahaganya.
***
Alvin berjalan keluar kantin meninggalkan teman-tamannya. Mood nya masih belum baik, ia tidak ingin menjadikan teman-temannya sebagai pelampiasan. Maka dari itu cowok itu memilih meninggalkan kantin sebelum dirinya lepas kontrol.
Namun sesampainya di pintu keluar kantin, langkah kaki Ketua OSIS itu harus terhenti saat Nadya berdiri dihadapannya. Alvin menatap Nadya seperti biasa, tatapan datar menusuk.
"Buat lo, Vin" ujar Nadya seraya menyerahkan kotak bekal yang ada ditangannya. "Anggep aja sebagai tanda permintaan maaf gue ke elo" sambungnya dengan tatapan memohon.
Namun hal itu tidak cukup berhasil untuk meluluhkan hati Alvin. Nasi goreng dari Karamel saja pernah Alvin tolak, apalagi ini dari Nadya. Jangan harap Alvin mau menerima.
"Minggir!" ketus Alvin membuat Nadya terkesiap.
"Terima dulu nasi goreng dari gue. Gue jamin rasanya gak mengecewakan kok" ujar Nadya tetap kekeuh dengan pendiriannya.
"Gue. Bilang. Minggir" desis Alvin dengan penuh penekanan.
Nadya mengeleng cepat. "Terima dulu, baru gue minggir" walaupun sedikit takut dengan tatapan Alvin, Nadya tetap meyakinkan dirinya untuk tetap disana sampai Alvin menerima kotak bekal yang berisi nasi goreng buatannya tersebut.
Alvin menahan nafasnya lalu mengehembuskannya. Jangan sampai emosi yang ia tahan semenjak kemarin harus meledak hanya karena cewek dihadapannya ini.
"Minggir!" ujar Alvin seperti geraman karena emosi yang mati-matian ia tahan.
Melihat cewek di depannya itu kembali menggeleng, membuat Alvin tak dapat menahan emosinya kembali.
'Brak!'
"GUE UDAH BILANG MINGGIR YA MINGGIR! NGERTI GAK SIH?"
Alvin menepis bekal yang ada di tangan Nadya lalu membentak cewek tersebut. Meminta Nadya untuk menyingkir dari hadapannya sedari tadi bukan tanpa alasan. Ia hanya tidak mau kemarahannya ia lampiaskan kepasa cewek yang menjabat sebagai sekretaris OSIS tersebut.
Suara keributan tersebut berhasil membuatnya menjadi sorotan penghuni kantin. Mengabaikan tatapan semua orang, bahkan ia tak memperdulikan Nadya yang menunduk dengan bahu bergetar, Alvin langsung berjalan keluar kantin.
Alvin ketenangan saat ini. Dan selama ini yang mampu meredam kemarahannya hanya ada satu orang yaitu... Karamel
'Gue butuh lo disini, Mel' gumam Alvin dalam hati ketika melewati koridor. Mengabaikan pandangan orang-orang yang menatap ngeri ke arahnya.
***
"Makasih, Tante" ujar Karamel seraya tersenyum ketika Vera meletakkan segelas air sirup dingin di meja yang berhadapan dengan Karamel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You || END
Novela Juvenil[31/01/19] Rank #1 in cuek [31/01/19] Rank #7 in teenfanfic [21/05/19] Rank #1 in protective Mengapa aku harus bertahan dengan mu.? Bertahan dengan sifat mu yang dingin. Bertahan dengan sifat mu yang tidak pernah peka. Bertahan dengan sifatmu yan...