41. Sisi Hangat Alvin

4.7K 208 60
                                    

Alvin berjalan memasuki kediaman Nadya dan meninggalkan Karamel di dalam mobil. Jika bukan karena untuk mengambil proposal OSIS, demi apapun Alvin tidak mau berurusan dangan Nadya apalagi sampai menginjakkan kakinya di tempat ini. Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, setiap kali ia berurusan dengan Nadya pasti akan menimbulkan masalah dengan Karamel.

Alvin telah berada di depan pintu berwarna coklat. Diketuknya pintu itu hingga seorang cewek dengan pakaian santainya membukakan pintu tersebut. Senyum cewek itu mengembang melihat Alvin berdiri di hadapannya.

"Masuk dulu yuk!" ajak Nadya masih mempertahankan senyumnya.

"Langsung aja, mana proposalnya?"

"Ada di dalem, lo masuk dulu deh. Gak enak sama tetangga kalo di sini."

"Justru mereka bakalan berpikir yang enggak-enggak kalo gue masuk ke rumah lo."

Nadya mengibaskan tangannya di udara. "Yaelah, kita kan gak ngapa-ngapain, Vin."

Setelah mengucapkan kalimat barusan, Nadya membalikkan badannya dan memasuki kediamannya. Sementara Alvin yang melihat Nadya masuk ke dalam, mau tidak mau harus mengikuti cewek tersebut.

"Duduk dulu, Vin! Gue ambil dulu proposalnya."

Alvin berdecak pelan lalu menuruti perkataan Nadya untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Sementara Nadya melangkahkan kakinya menaiki tangga. Mungkin ke kamarnya untuk mengambil proposal.

Beberapa menit kemudian Nadya telah kembali dengan membawa sebuah map di tangannya yang pastinya proposal yang Alvin minta. Nadya tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika hampir sampai di samping Alvin. Sebelah tangannya yang kosong terangkat lalu mengucek matanya dengan ekspresi kesakitan.

"Kenapa lo?" tanya Alvin seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Enggak tau, tiba-tiba mata gue perih
" sahutnya dengan posisi yang sama.

Alvin mengehela nafas lalu berdiri dan menghampiri Nadya.

"Jangan dikucek!" larang Alvin.

"Tolong gue, Vin. Liatin di mata gue ada apanya?" pinta Nadya dengan nada memelas.

Alvin yang merasa kasihanpun akhirnya menyingkirkan tangan Nadya agar berhenti menyakiti matanya. Sebelah tangannya membantu melebarkan kelopak mata Nadya untuk melihat sesuatu di dalam nya. Sedangkan tangan lainnya menangkup sebelah pipi Nadya agar wajah cewek itu tetap di posisinya.

"Ada bulu mata lo masuk." ujar Alvin.

"Tolong keluarin dong, Vin. Sumpah perih banget."

Tanpa berkata apapun, Alvin mencoba mengeluarkan bulu mata Nadya yang lepas dan mengakibatkan matanya sakit. Sementara Nadya tersenyum miring melihat Karamel yang berdiri di ambang pintu rumahnya.

Ia yakin, dengan posisinya yang sekarang bisa membuat Karamel salah paham hingga membuat cewek itu dan Alvin bertengkar. Memikirkan hal itu membuat senyum Nadya semakin lebar. Hingga tak menyadari Karamel yang telah berjalan ke arahnya.

Cewek itu tersentak ketika tanpa aba-aba tubuhnya terdorong ke belakang dan disusul dengan bunyi nyaring ketika telapak tangan Karamel mendarat keras di sebelah pipinya.

"Bitch!" teriak Karamel tepat di depan wajah Nadya.

"Mel?" gumam Alvin yang terkejut dengan kedatangan Karamel secara tiba-tiba dan mendorong Nadya seperti tadi.

***

Kejadian menguras air mata itu sudah berlalu sejak sepuluh menit yang lalu. Alvin juga sudah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Menyangkal semua prasangka Karamel terhadap dirinya karena memang ia dan Nadya tidak melakukan apapun selain membantu cewek itu yang kelilipan bulu matanya sendiri.

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang