Bel pertanda pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Guru mata pelajaran terakhir pun telah keluar. Kini tinggal beberapa murid termasuk Karamel, Dinda dan Reza didalamnya. Karamel yang tengah memasukkan buku serta alat tulis lain ke dalam tas, terpaksa harus menghentikan aktivitasnya ketika seseorang dari luar memanggil namanya.
"Ra!" Karamel mendongak dan menatap Leo yang berjalan menghampirinya.
"Hm?" gumam Karamel.
"Ditungguin Alvin tuh di ruang OSIS." ujarnya.
"Mampus!" umpat Karamel lirih. "Lo bilang aja kalo gue udah balik"
"Lo pikir cowok lo bakal percaya gitu aja. Udah mending lo samperin aja, keburu ngamuk cowok lo." balas Leo.
Karamel mendengus kesal lalu menyampirkan tas nya di punggung lalu melangkahkan kakinya keluar kelas. Meninggalkan ketiga temannya tanpa sepatah katapun.
"Ada apasih, Le?" tanya Dinda pada Leo.
Leo mengendikkan kedua bahunya lalu menjawab. "Paling juga masalah Karamel yang dihukum tadi."
Dinda membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o' lalu mengangguk pelan.
"Mau pulang sekarang?" tanya Leo kemudian.
"Nungguin Karamel dulu lah, perasaan gue gak enak."
Leo berdecak lidah "Alvin gak mungkin apa-apain temen lo kali."
Reza memasukkan ponsel miliknya kedalam saku, disusul dengan menggendong tas nya di punggung. Kedua kakinya melangkah mendekat ke arah Leo dan Dinda. "Kali ini gue setuju sama Dinda. Katanya temen, gak ada salahnya kan kalo kita bantuin."
"Kalian gak percaya sama Alvin? Walaupun Alvin dingin dan cuek sama Karamel tapi gue yakin, Alvin gak bakal apa-apain Karamel." ujar Leo.
"Yang bilang Alvin bakal apa-apain Karamel juga siapa? Maksud gue sama Reza itu kita temenin Karamel aja, gak ada salahnya kan kita ada di sana saat temen kita susah." balas Dinda.
"Yang mau nemenin Karamel siapa? Orang gue mau liat Alvin ngasih hukuman apa ke Karamel, biar bisa gue ketawain sampe puas hahaha." sahut Reza membuat Dinda berdecih.
"Sarap otak lo!" kesal Dinda. "Terserah kalo kalian gak mau, biar gue sendiri aja yang nemenin Karamel." sambung Dinda kemudian melangkahkan kakinya keluar kelas meninggalkan Reza dan Leo.
"Mau ikut gak lo?" tanya Reza pada Leo yang masih menatap ke arah pintu.
Leo menoleh dan menatap Reza. "Kuy lah, mayan buat hiburan"
***
Sejak sepuluh menit yang lalu, Karamel berasa di ruang OSIS. Duduk berhadapan dengan Alvin yang tengah sibuk dengan laptop di hadapannya. Entah apa yang tengah cowok itu kerjakan. Karamel malas bertanya.
"Intinya lo nyuruh gue ke sini buat apasih, Al? Liatin lo yang lagi mantengin laptop?" tanya Karamel mulai jengah, pasalnya semenjak ia tiba di ruangan ini Alvin tidak mengucapkan sepatah kata pun selain menyuruh Karamel duduk. Selebihnya hanya keheningan.
Alvin melepaskan kacamata yang bertengger di batang hidungnya sejak tadi. Lalu menatap Karamel dengan datar.
"Tadi pagi lo berangkat jam berapa?" tanya Alvin setelah diam cukup lama.
Karamel bergumam sejenak sebelum menjawab. "Jam berapa ya? Lupa gue, Al."
"Lo telat?" tebak Alvin.
"Enak aja, enggak lah!" ujar Karamel mengelak.
"Trus kenapa gue gak liat lo, padahal gue ada di depan gerbang dari pagi sampe bel masuk." balas Alvin membuat Karamel menelan salivanya kasar. Alvin terlalu pintar untuk ia bohongi. "Lo masuk lewat mana? Siapa yang bantuin lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You || END
Ficção Adolescente[31/01/19] Rank #1 in cuek [31/01/19] Rank #7 in teenfanfic [21/05/19] Rank #1 in protective Mengapa aku harus bertahan dengan mu.? Bertahan dengan sifat mu yang dingin. Bertahan dengan sifat mu yang tidak pernah peka. Bertahan dengan sifatmu yan...