Tawa Alvin telah berhenti sejak beberapa menit yang lalu. Suasana dalam mobil kembali hening seperti biasa. Tawa Alvin yang sebelumnya menggelegar langsung hilang begitu saja. Bahkan hingga sekarang Karamel masih belum mengerti kenapa Alvin bisa tertawa seperti itu.
Mobil Alvin terhenti saat lampu berwarna merah. Keheningan di dalam mobil terpecah ketika perut Karamel mengeluarkan suara. Menandakan bahwa cewek tersebut tengah lapar.
Keduanya saling tatap. Alvin dengan tatapan datarnya dan Karamel dengan senyum lebarnya.
"Gue laper" Alvin kembali mengalihkan pandangannya ke depan tanpa niatan untuk menjawab ucapan Karamel.
"Ish, Al! Gue laper" Karamel berdecak kesal.
"Trus?"
"Cari makan dulu yuk!" ajak Karamel.
Alvin tetap diam.
"AL!" Teriak Karamel membuat Alvin meliriknya sekilas.
"Apasih?" tanya Alvin terdengar kesal dari nada suaranya.
"Nanti berhenti dulu di taman kota, gue lagi pengen makan sate ayam. Ya?" ujar Karamel dengan senyum lebarnya yang tidak pudar.
"Enggak"
Senyum lebar Karamel luntur seketika setelah mendengar penolakan Alvin. Cowok itu menolak ajakan Karamel hanya dengan satu kata. Membuat cewek itu mengerucutkan bibirnya sebal.
"Kalo gak inget dosa, udah gue penggal kepalanya Alvin"
Lampu telah berganti warna menjadi hijau. Alvin kembali melajukan mobilnya dan berbelok ke arah taman. Ia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus pengunjung taman.
Karamel memandang Alvin dengan kening berkerut. "Kita mau ngapain?"
"Katanya lo laper, pengen makan sate ayam di taman kota" jawab Alvin seraya melepas seatbelt yang melekat pada tubuhnya.
"Katanya tadi lo--"
"Mau tetep disini atau ikut turun?" tanya Alvin memotong ucapan Karamel. Cowok itu keluar dari mobil terlebih dahulu meninggalkan Karamel.
"Untung lo ganteng, Al, kek Manurios" gumam Karamel menggelengkan kepalanya, heran dengan sikap Alvin yang sulit ditebak.
Tanpa pikir panjang, Karamel segera melepas seatbelt yang sebelumnya masih melekat pada tubuhnya. Lalu keluar dari mobil dan menyusul Alvin yang tengah berjalan menuju sebuah tenda sederhana dengan tulisan 'Sate Ayam'.
"Tinggal aja terus" kesal Karamel menyamakan langkah nya dengan Alvin.
"Lo aja lelet" sahut Alvin singkat.
Keduanya berjalan bersebelahan kemudian memasuki tenda kaki lima tadi. Keduanya masuk dan duduk di salah satu bangku kosong yang ada di sana.
Jadi di sini lah mereka sekarang. Duduk berdampingan di sebuah tenda sederhana penjual sate ayam. Meskipun kecil, suasana di tempat ini mampu membuat Karamel nyaman. Tempatnya bersih serta dapat melihat suasana taman yang sore ini terlihat ramai. Baik ramai oleh anak-anak kecil dengan orang tua nya, atau anak-anak remaja seperti dirinya bersama teman maupun pacar.
Beberapa menit menunggu, tampak sang penjual berjalan menghampiri mereka dengan membawa dua piring berisi nasi putih dan dua piring berisi sate ayam dengan bumbu kacang.
"Makasih" ujar Karamel sesaat setelah penjual tadi meletakkan dua gelas es jeruk masing-masing di hadapan Alvin dan Karamel.
Tangan Alvin terulur untuk menghentikan tindakan Karamel yang ia rasa terlalu banyak mengambil sambal yang disediakan di atas meja. Melihat tangannya yang di tahan oleh Alvin, membuat Karamel menatap pacarnya itu dengan tatapan memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You || END
Roman pour Adolescents[31/01/19] Rank #1 in cuek [31/01/19] Rank #7 in teenfanfic [21/05/19] Rank #1 in protective Mengapa aku harus bertahan dengan mu.? Bertahan dengan sifat mu yang dingin. Bertahan dengan sifat mu yang tidak pernah peka. Bertahan dengan sifatmu yan...