29. Keputusan

4K 155 27
                                    

Karamel terus saja berjalan dibelakang Fakhri. Mengikuti kemana pun langkah kaki cowok tersebut tanpa berniat untuk bertanya kemana tujuan mereka kini.

Tepat setelah Sarah menyuruhnya untuk bersiap tadi, selang beberapa menit kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu depan rumahnya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Fakhri. Cowok itu menepati janjinya untuk mengajak Karamel jalan-jalan hari ini, walaupun sebenarnya Karamel sangat enggan keluar rumah hari ini. Namun paksaan dari kedua orang tuanya serta rasa tidak enak kepada Fakhri yang telah rela menjemput kerumahnya membuat Karamel mau tidak mau harus ikut kemanapun cowok itu mengajaknya.

"Kita mau kemana dah?" tanya Karamel yang sedari tadi bungkam.

Fakhri menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang. "Lo maunya kemana?"

Karamel berjalan dan berdiri disamping Fakhri. "Lah si Oncom. Kan elo yang ngajak gue, lagian gue gak tau tempat-tempat disini, pinter!" sahut Karamel, Fakhri tertawa pelan.

"Kirain lo udah tau, makanya gue diem aja dari tadi"

"Si pinter!" ujar Karamel seraya jalan mendahului Fakhri. "Kalo lo gak jelas mau ngajak gue kemana, lebih baik gue pulang aja deh" tambahnya membuat Fakhri mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Karamel.

"Dih, lo ngambek?" goda Fakhri.

"Lo gak jelas" balas Karamel.

"Yaudah iya maaf" ujar Fakhri seraya mengacak puncak kepala Karamel gemas. "Yaudah sekarag ikut gue ke tempat favorit gue aja yuk!" saran Fakhri.

"Terserah" sahut Karamel seadanya.

***

"Enggak ada kerjaan lo pada, ngikutin gue mulu" geram Alvin menatap Reza dan Leo yang masing-masing disisi kiri dan kanannya.

Setelah menelfon Sarah tadi sore, Alvin langsung memutuskan keluar rumah. Dan disinilah ia sekarang, di tempat biliard yang tak jauh dari sekolahnya. Namun sampai sekarang ia masih tak mengerti bagaimana bisa kedua sabahat konyolnya itu bisa  ada disana sesaat setelah Alvin turun dari motor. Seolah mempunyai ikatan batin antara ketiganya, padahal Alvin sama sekali tidak memberitahukan keberadaannya sekarang kepada kedua makhluk tersebut.

"Siapa juga yang ngikutin lo. PD banget dah" seru Leo seraya mengambil stick biliard.

"Trus kenapa kalian berdua ada disini, kalo bukan ngikutin gue?"

"Jodoh kali" celetuk Reza yang selalu ngawur.

Menghiraukan kedua sahabatnya, Alvin lalu memukul sebuah bola putih agar mengenai bola lain dan jatuh ke dalam lobang yang ada di masing-masing sudut meja. Walaupun jarang bermain biliard, namun jangan sesekali meremehkan kemampuan Alvin dalam permainan yang satu ini.

"Lagian tumben lo main di mari, kaga biasanya" ujar Leo ikut bermain bersama Alvin walaupun kemampuannya masih jauh di bawah cowok yang menjabat sebagai ketua OSIS tersebut.

"Lagi pengen aja" sahut Alvin singkat.

Kedua cowok tersebut tersentak saat sesosok manusia tiba-tiba menyela dianyara keduanya. "Apaan sih lo, Ja?!" sentak Leo kesal karena Reza yang tiba-tiba menyela diantara dirinya dan Alvin.

"Gue mau main dong, tapi ajarin gue gimana caranya" ujarnya seperti tak merasa bersalah.

"Enggak gini juga dong cara lo, sana geseran. Gausah deket-deket gue"

"Buset, sensi amat lo sama gue, Le" keduanya terus saja ribut tanpa menyadari bahwa Alvin telah beranjak dari tempatnya dan memilih untuk duduk disofa yang ada didekat meja biliard tadi.

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang