43. Olimpiade?

3.9K 220 78
                                    

Karamel dan Dinda berjalan berdampingan menuju kelas mereka. Pagi ini mereka berangkat bersama karena Alvin tidak menjemput Karamel dan cewek itu tidak ingin terlambat yang akan berujung dengan hukuman yang diberikan oleh Alvin. Maka dari itu, Karamel menumpang di mobil Dinda dan berangkat bersama sahabatnya itu.

"Liat tuh cowok lo!" ujar Dinda seraya menunjuk Alvin yang berdiri di dekat gerbang menggunakan dagunya.

"Keren banget pacar gue, parah." sahut Karamel seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Pasalnya Alvin saat ini terlihat sangat mempesona. Tatapan matanya yang tegas dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana abu-abunya serta penampilan yang selalu rapi, membuat semua mata enggan beranjak untuk berhenti memandangi Alvin.

"Gue gak tau kalo Alvin bakal sekeren ini saat lagi ngerazia. Kalo gini caranya, gue rela deh tiap hari berangkat pagi biar bisa liat Alvin sekeren ini."

"Astaga, Ra! Lo tuh pacarnya Alvin, lo bisa liat dia tiap saat, tiap detik malah."

"Tapi kalo kayak gini tuh auranya beda, Din."

"Lo pikir Aura Kasih? Ayok ah masuk!" ujar dinda seraya menarik pelan tangan Karamel dan mengajaknya untuk segera memasuki kelas.

Ketika lewat di hadapan alvin. Karamel memutuskan untuk menyapa pacarnya itu "Pagi, Pak Ketos! Enggak telat kan gue hari ini"

Karamel tersenyum lebar dan hanya dibalas dengan tatapan datar oleh cowok itu. "Dasi lo mana?" tanya Alvin seraya melihat kerah baju Karamel yang tanpa dasi.

"Ada kok, di tas." jawab Karamel.

"Pake!"

"Ck! Ntar aja deh, males gue." tolak Karamel.

"Pake sekarang, gue tunggu!" perintah Alvin tak terbantahkan.

"Ribet deh."

"Pake gue bilang. Buat lo, Din, lo boleh masuk! Gak usah nungguin Karamel." ujar Alvin seraya melirik Dinda yang berdiri di samping Karamel sekilas. Dinda menjawab ucapan Alvin dengan menganggukkan kepalanya pelan.

"Gue duluan." pamit Dinda kepada Karamel kemudian berjalan menuju kelasnya dan meninggalkan Karamel bersama Alvin.

"Hm." gumam Karamel menyauti Dinda lalu mengeluarkan dasinya dari dalam tas. "Banyak maunya." ujar Karamel kesal seraya mengenakan dasinya secara asal.

"Pake yang bener!"

"Udah bener ini, lo minta yang kaya gimana lagi?" ujar Karael emosi. "Bisa gak sih gak usah mempersulit hidup orang lain?"

"Lo yang mempersulit hidup lo sendiri" Karamel mencibir perkataan Alvin, kemudian segera menyelesaikan sampul dasinya. "Udah kelar nih, lo mau cari kesalahan gue apa lagi? Kaos kaki, ikat pinggang atau apa?"

"Masuk kelas!" suruh Alvin seraya menunjuk kelas Karamel menggunakan dagunya.

"Dari tadi kek. Pagi-pagi udah bikin kesel aja." gumam Karamel yang masih mampu di dengar oleh Alvin.

***

Setelah diizinkan masuk oleh Alvin, Karamel berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Ketika di tengah jalan, ia melihat Dinda yang berdiri mengahadap ke mading. Karamel semakin mempercepat langkahnya dan menghampiri Dinda yang masih belum menyadari kedatangannya.

"Ayok!" ajak Karamel seraya menepuk pundak Dinda pelan tanpa menghentikan langkahnya.

"Eh, bentar deh, Ra!" sahut Dinda seraya menahan tangan Karamel sehingga membuat langkah cewek itu terhenti.

"Apa?"

"Alvin ikut olimpiade?"

"Ha?" kedua alis Karamel bertaut.

Because I Love You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang