Aku ngetiknya cepet-cepet, jadi maaf banget kalo ceritanya makin absurd:v
So, happy reading😘
***
Sinar mentari memaksa masuk melalui celah-celah jendela kamar Karamel yang sedikit terbuka. Membuat Karamel mengernyitkan keningnya, menyesuaikan cahaya yang begitu menusuk mata. Setelah pupil matanya dapat menyesuaikan cahaya disekitarnya, cewek itu langsung mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk diatas ranjang.Tangannya terulur mengambil ponsel yang ia campakkan begitu saja dari semalam. Mengecek ponsel tersebut yang ternyata sudah low bath karena kehabisan daya. Dengan malas, Karamel kemudian mengambil charger yang ada didalam laci lalu menghubungkannya dengan stop kontak untuk mengisi daya pada ponselnya tersebut.
Seraya menunggu ponselnya terisi, Karamel beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. Sesampainya disana, ia berdiri didepan cermin dekat wastafel dan melihat tampilannya dari pantulan cermin.
Berantahkan.
Mungkin itu definisi yang cocok untuk menggambarkan kondisi Karamel saat ini. Mata merah yang bengkak, bibirnya pucat kering dan jangan lupakan hidungnya yang memerah juga. Rambut nya yang terurai nampak mengembang dan kusut. Persis seperti mayat hidup kondisi Karamel saat ini.
"Serem banget penampilan gue" komentar Karamel melihat penampilan dirinya sendiri.
Cewek itu bergidik lalu segera mencuci wajahnya dengan air keran agar penampilannya sedikit lebih baik dari sebelumnya. Setelah dirasa cukup, ia kemudian mengelap wajahnya menggunakan handuk yang ada dibalik pintu kamar mandi. Karamel lalu beranjak keluar dari kamar mandi menuju ruang makan yang ia pastikan kedua orang tuanya sudah berada disana.
Sesampainya di ruang makan ia mendapati mamanya, Sarah, dengan setelan baju kerjanya tengah menyiapkan sarapan. Disamping ia berdiri terdapat Bram yang tengah duduk seraya membaca koran paginya.
Bram menurunkan koran yang ada ditangannya setelah sang istri meletakkan secangkir kopi hitam di hadapannya. "Ini kopinya, Pa" ujar Sarah.
"Makasih, Ma" sahut Bram seraya mengecup sekilas pipi istrinya itu membuat Sarah tersenyum malu. Sedangkan Karamel yang berdiri dengan jarak beberapa meter dari orang tuanya hanya bisa menghembuskan nafas jengah.
"Bisa gak, enggak usah mesra-mesraan didepan anaknya" seru Karamel membuat orang tuanya serentak menoleh kearahnya. "Udah tau anaknya lagi LDR-an sama pacarnya, malah dipanas-panasin" sambungnya mash dengan nada kesal kemudian berjalan dan mengambil tempat duduk dihadapan Papanya.
"Lah emangnya kamu ngerasa panas? Padahal Papa gak ada niatan buat manas-manasin kamu lho. Lagian emangnya Papa ini kompor?" ujar Bram menggoda putri semata wayangnya itu.
"Bodo amat" sahut Karamel cuek, membuat kedua orang tuanya tertawa kecil.
"Kamu mau makan apa sayang? Mau pancake atau sereal?" tawar Sarah kepada Karamel.
"Pancake aja deh, Ma" jawab Karamel seraya mengambil pancake buatan sarah yang ada dihadapannya kemudian menuangkan madu diatas pancake miliknya. Setelah dirasa cukup, ia kembali menutup botol madu tersebut dan beranjak dari kursinya menuju ke arah kulkas. Dibukanya lemari pendingin itu dan mengambil sekotak susu cair lalu menuangkan isinya kedalam gelas yang berada diatas meja makan.
"Karamel tuh gak manja, bisa nyiapin semuanya sendiri. Enggak kaya Papa, manja. Apa-apa harus disiapin sama Mama" sindir Karamel seraya memasukkan potongan pancake ke dalam mulutnya.
Bram tersenyum miring menanggapi ucapan anaknya. Lalu pria itu beranjak dari duduknya menghampiri Karamel yang masih asik dengan pancake dihadapannya. "Oh jadi sekarang putri Papa udah berani ngatain papanya manja, hmm?" ujar Bram seraya mencubit gemas kedua pipi putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You || END
Teen Fiction[31/01/19] Rank #1 in cuek [31/01/19] Rank #7 in teenfanfic [21/05/19] Rank #1 in protective Mengapa aku harus bertahan dengan mu.? Bertahan dengan sifat mu yang dingin. Bertahan dengan sifat mu yang tidak pernah peka. Bertahan dengan sifatmu yan...