Karamel meletakkan beberapa buku miliknya di atas meja. Gadis itu menggaruk tengkuknya sebentar lalu menarik sebuah kursi lalu mendudukinya. Kedua matanya menatap buku-buku itu tanpa minat. Kemudian ia mulai membuka lembaran demi lembaran buku di hadapannya tersebut.
"Susah banget, gila!" Cetus Karamel seraya menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "Tuh guru kalo ngasih hukuman gak kira-kira. Udah susah, banyak banget lagi" tambahnya.
Kemudian cewek itu mulai mencoba mengerjakan beberapa soal yang dia anggap lebih mudah. Walaupun sesekali bibirnya melontarkan sumpah serapah beberapa kali kepada sang guru. Niat hati ingin bebas dari hukuman Alvin karena telat, namun malah masuk ke hukuman guru killer karena tidak mengerjakan tugas.
Merasa jenuh, Karamel memutuskan untuk mengambil sebuah earphone yang ia bawa kemana pun dari dalam saku seragam. Cewek itu mulai menyalakan musik yang berasasl dari ponsel miliknya yang terhubung dengan earphone tadi. Bukannya semakin fokus mengerjakan soal, kini Karamel mulai mengguap. Suasana sepi dan tenang, ditambah dengan alunan musik membuat kedua mata Karamel terasa berat. Tak lama kemudian cewek itu langsung tertidur dengan beralaskan buku serta tangan yang masih memegang sebuah bolpoin. Melupakan tugas yang diberikan kepadanya.
***
Kedua bola mata Alvin tak henti-hentinya menatap ke seluruh penjuru kantin. Mengamati setiap siswa yang memasuki kantin. Sambil berharap orang yang ia tunggu segera datang. Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, tumben cewek itu tidak langsung menemuinya di kantin. Biasanya sebelum Alvin tiba di kantin, cewek itu sudah duduk manis di kantin bersama temannya.
"Liatin apa sih, lo? Serius amat?" tanya Leo lalu meneguk minuman kaleng yang barusan ia beli.
"Udah istirahat, tumben Reza belum ke kantin. Masih belum bubar kelasnya?"
Leo mengerutkan keningnya heran. Tidak biasanya Alvin menanyakan Reza, bahkan cowok itu biasanya lebih suka jika Reza tidak ada.
"Ngapain lo tanyain Reza?" tanya Leo. Namun tak berapa lama kemudian terbitlah sebuah senyum miring. Seolah mengerti maksud lain dari pertanyaan Alvin yang menanyakan tentang Reza. "Lo nyari Reza apa nyari Karamel?"
Alvin menatap Leo datar. "Enggak dua-duanya"
"Yaelah, Vin Vin. Karamel itu pacar lo sendiri lho, gak usah gengsi deh kalo lo nyariin dia"
"Kok lo bacot sih" ketus Alvin yang langsung membuat Leo bungkam.
"Itu mulut apa gado-gado yang karetnya dua? Kok pedes banget"
Alvin diam dan tak lagi menanggapi ucapan Leo yang menurutnya tidak penting. Tangan Alvin memainkan sedotan yang ada di gelas minumannya, dengan kedua mata yang masih menatap ke penjuru kantin.
Tak lama kemudian, mata elang Alvin menangkap sepasang manusia yang tak asing baginya tengah berjalan memasuki kantin. Hingga kedua orang itu tiba dan duduk di bangku yang sama dengannya, Alvin masih tidak menemukan seseorang yang biasanya selalu bersama mereka berdua.
"Karamel belum kesini, Vin?" tanya Dinda sesaat setelah duduk di samping Leo.
"Lah, bukannya Karamel sama kalian?" bukan Alvin yang menjawab melainkan Leo. Dinda menggelengkan kepalanya pelan. "Emang Karamel kemana?" tanya Leo lagi. Alvin diam, karena pertanyaan yang ada di otaknya telah disampaikan oleh Leo. Sepertinya Leo mempunyai kemampuan baru yaitu membaca pikiran orang.
"Karamel dihukum sama Bu Ika dan gak dibolehin masuk kelas. Tapi malah ngilang sampai sekarang"
Tanpa Alvin sadari, ia mengeraskan rahangnya setelah mendengar bahwa Karamel dihukum oleh guru. Memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You || END
Teen Fiction[31/01/19] Rank #1 in cuek [31/01/19] Rank #7 in teenfanfic [21/05/19] Rank #1 in protective Mengapa aku harus bertahan dengan mu.? Bertahan dengan sifat mu yang dingin. Bertahan dengan sifat mu yang tidak pernah peka. Bertahan dengan sifatmu yan...