46 :: Hening Sepi Operasi Pertama

175 24 0
                                    

Anggota tim inti akan berkumpul di ruangan Pak Zain untuk melaksanakan rapat. Kali ini Delia pun diperintahkan untuk ikut dan hanya Pak Zain lah yang tahu tugas apa yang akan diberikan pada gadis itu, mengingat bahwa selama di sini Delia tak pernah diajak. Anna dan Gema, duduk berhadapan di paling ujung, dekat dengan kursi utama yaitu kursi Pak Zain. Tak ada percakapan apapun antara mereka meski hanya sekadar basa-basi karena keadaan yang tiba-tiba mengubah keduanya jadi orang asing. Ketika itu, Gema memperhatikan Anna yang tengah melirik pada kursi tepat di sebelahnya yang kosong, itu membuatnya mengernyit sesaat. Tampak kesedihan yang dalam dari cara gadis di hadapannya itu menatap. Nanar. Yang Gema sendiri masih mencoba menyatukan semua kepingan perkataan dari siapapun yang ia dengar selama ada di markas ini. Pak Zain sempat menyinggung soal satu anggota perempuan yang tak ingin beliau ceritakan lebih jauh, serta Anna yang sempat mengatakan bahwa dia tahu rasanya kehilangan sahabat dari aksi teror.

Lamunan Gema buyar tepat ketika Anna juga mengalihkan pandangan karena kursi kosong tadi telah ditempati oleh Delia. Kebingungan pandangan Anna yang mendadak harus ia ubah dari sedih ke biasa saja, membuatnya secara tak sengaja terkontak langsung dengan mata Gema. Hanya sekilas, lalu gadis itu melengos lagi. Dan Gema, masih tetap pada kegiatannya semula: memperhatikannya, tanpa suara. Hadirnya Danu yang seketika menepuk pundaknya sebagai sapaan pun, terpaksa mengalihkan pandangan Gema dari Anna, dan rekan barunya tersebut duduk di sebelahnya, membawa serta berkas-berkas yang sejak beberapa jam lalu dikumpulkannya bersama Delia soal alamat yang Kemal berikan. Pak Jaka pun sama, menyusul dengan laporan-laporan yang sudah disusunnya dengan rapi karena sekilas terdapat celetukan dari Danu bahwa Pak Jaka itu orangnya perfeksionis sekali. Melihat ada tumpukan buku yang asal-asalan saja, pasti dirapikan olehnya.

Mata Gema menyapukan pandangan terhadap semua yang ada di dalam ruangan itu, termasuk pada Pak Zain yang baru saja masuk dan hendak memulai rapat. Sepertinya, Gema akan betah bersama orang-orang ini karena mereka semua pun dapat menerimanya dengan baik, malahan bisa dibilang, sepertinya mereka sudah pada kenal dengan dirinya padahal ia sendiri tak pernah tahu siapa mereka semua.

"Baik, kita mulai sekarang, ya." Pak Zain memulai percakapan. "Jadi, apa yang kita punya?"

"Mohon izin, Pak. Saya dan Delia berhasil menemukan lokasi alamat tersebut melalui Google. Terpantau titik lokasi merupakan bangunan berhalaman luas dengan pagar berupa tembok tinggi di sekelilingnya hingga bangunan di dalamnya tidak terlihat dari jalan, dan beberapa orang berjaga mengenakan pakaian hitam-hitam bersenjata lengkap," jelas Danu dengan satu tarikan napas seperti biasanya, yang jelas membuat Gema takjub.

"Saya ikut melihat keadaannya dari luar melalui kamera orang-orang yang dikirim Anna ke sana untuk memantau dan dihubungkan langsung ke sini. Tergambar jelas bahwa itu memang markas penting dengan pertahanan yang kuat," sahut Pak Jaka. "Foto dari plat-plat mobil serta motor yang keluar dari sana yang didapatkan oleh orang-orang kita pun, setelah kami cek ternyata palsu semuanya."

Sekilas Pak Zain melirik pada Anna, lalu mengangguk-angguk mengerti. "Jadi bisa disimpulkan bahwa itu memang markas Atas?"

"Benar, Pak," sahut semuanya serempak.

Gema hanya diam karena tahu bahwa dirinya belum berhak ikut nimbrung. Setelah melihat sendiri bagaimana Anna menginterogasi Kemal, ia banyak menghabiskan waktu mempelajari mading kebesaran Pak Jaka, yang kemudian membuatnya ikut menganalisis juga dengan sesekali mengkonfirmasikan dugaan dari alur pemahamannya tentang semua itu pada Pak Jaka sendiri. Semuanya, dari awal sampai akhir pun dijelaskan oleh Pak Jaka, mulai dari bagaimana muncul nama Handoko sebagai orang yang disinyalir terlibat sindikat teroris, kemudian dikirimkannya Anna untuk menyamar sampai akhirnya tragedi Rani terjadi, dan semua makin runyam dari situ.

Keputusan Pak Zain rupanya sudah sampai pada tahap akhir, setelah beberapa saat mengecek semua file-file yang dibawakan Danu dan Pak Jaka, serta memikirkannya dengan matang. "Anna, Gema, kalian akan segera pergi ke Pemalang. Dan Delia, akan ikut mensupport di sana dan berhubungan dengan Danu yang ada di sini."

404 NOT FOUND [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang