55 :: Yang Terdalam, Yang Tak Berubah

149 24 2
                                        

Dua hari setelah Gema sadar, ia sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Rumahnya malam ini ramai, seolah semuanya tidak sabar menunggu untuk Gema benar-benar pulih terlebih dahulu. Di atas semua itu, si empunya rumah saja tidak keberatan rumahnya dijadikan tempat berkumpul sekarang. Di sebelah sana, di taman, terlihat Firli dan Addri yang sibuk membakar barbekyu. Danu menyiapkan LCD proyektor untuk digunakan menonton film bersama-sama sembari menikmati santapan. Delia dan Anna, menata tempat makan yang sudah direncanakan akan berada di taman karena cuaca sangat mendukung. Dari tempatnya duduk, karena memang tak diperbolehkan melakukan apapun, Gema menatap keseruan mereka semua. Akhirnya, sapuan pandangannya berhenti pada pergerakan satu orang saja. Seorang gadis dengan setelan simpelnya: celana jeans panjang warna biru dan atasan lengan pendek warna putih.

Gema menghela berat. Ia tahu sesuatu yang lain sedang terjadi dalam diri Anna sejak ia mengungkapkan semua perasaannya di rumah sakit sehari setelah ia sadar, yaitu kemarin. Ia dengar dari Addri, katanya perlu sedikit memaksa Anna untuk mau ikut malam ini. Lagi-lagi Gema pun kembali menghadapi sesuatu yang tidak ia mengerti tentang Anna yang menjauhinya saat ini. Pada awalnya ia melihat jelas kebahagiaan Anna saat mendapatinya telah sadar. Ia melihat cinta. Sekarang Gema hanya tidak siap kalau ternyata semua itu hanya khayalannya di mana ia melihat sesuatu yang sebetulnya cuma sedang ia harapkan, bukan yang sebenarnya.

"Kamu tahu, An? Aku takut kalau aku nggak bangun lagi, bukan karena takut mati." Gema kembali mengingat percakapannya dengan Anna kemarin.

Duduk di bangku sebelah tempat tidur pasien, Anna mengernyit. "Lalu?"

"Yang aku takutkan, kalau kamu salah paham dan aku nggak sempat meluruskan itu," jawab Gema. "Sebelum aku pergi meninggalkanmu di pekarangan ... aku bukan kecewa karena kamu nggak mempercayaiku, An. Aku cuma nggak suka melihatmu membahayakan dirimu sendiri. Bagaimana kalau seandainya aku gagal waktu itu? Maka kamu ... akan mati karena aku. Kalau itu terjadi, dalam kematianku pun kata maaf udah nggak berlaku untuk diriku sendiri, An. Karena...," Gema menggantungkan kalimatnya, dengan masih menatap Anna lamat-lamat. "Karena aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Setelah semua ini, aku masih mencintaimu, An. Dan akan selalu begitu."

Anna menitikkan air matanya detik itu juga. Ia melihat Gema sama menangis, dan satu tangannya mengayun ringan untuk menghapusnya. Di ruang dan waktu yang sama, keduanya saling bisa menembus ke hati masing-masing. Menemukan nama masing-masing pula di dalamnya. Nama Anna di hati Gema, dan nama Gema di hatinya. Entah apa yang terjadi, karena selanjutnya, Anna langsung beranjak pergi begitu saja sambil menghapus air matanya sendiri. Sejak saat itu ia tak lagi kembali ke rumah sakit meski di hari kepulangan Gema. Hanya Addri dan Firli lah yang menjemputnya dan membawanya ke rumah. Sehingga, malam ini, Gema dapat melihat kecanggungan yang kembali. Kekakuan, asing, dan hening.

"Gema?! Sini!" panggil Addri dari luar. "Butuh bantuan nggak buat jalan?" teriaknya lagi, yang kali ini dimaksudkan untuk menyindir Gema. Panggilan tadi sukses membuat Gema kembali pada kesadarannya sepenuhnya, kemudian berdecih dan bangkit, menyusul semua orang di taman. "Lihat, Gem, semua sudah siap. Kamu tinggal terima beres aja udah."

Firli menyikut Addri seketika dan memasang muka garangnya seperti biasa. "Nggak bisa ya, empati sedikit?"

Addri hanya meringis kemudian mengacak pelan rambut Firli, namun sekarang bisa dibilang Firli sudah jinak, dia tidak keberatan kalau Addri melakukan itu. Semua sudah berubah di antara mereka sejak Addri keluar dari rumah sakit. Oh, rasanya Gema ingin sekali berandai-andai bahwa dirinya mendapatkan hal yang sama antara dirinya dan Anna. Tapi kenyataannya, semua malah jadi lain. Di situ, sepertinya Delia tahu ada sesuatu yang Anna sembunyikan darinya dan disimpan sendirian. Melihat bagaimana diamnya Gema yang tak seperti biasanya, Delia makin yakin ini adalah sesuatu antara mereka. Bahkan sampai makan selesai begitu juga dengan filmnya, kesenyapan antara Anna dan Gema masih terjadi, di mana kali ini bukan hanya Delia, tapi semua orang menyadarinya.

404 NOT FOUND [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang