Anna menghentikan mobil sedan hitamnya setelah memasuki halaman rumah. Gadis itu cukup lelah akibat mengeluarkan tenaga besar hari ini. Dua operasi, dua penangkapan sekaligus. Nyatanya setelah hal besar yang terjadi dua tahun lalu, terorisme tidak pernah berhenti. Selalu ada saja yang mereka rencanakan. Sayangnya tidak semua bisa terendus oleh intelijen. Jangan lupakan bahwa dunia ini luas, maka sudah tentu selalu ada tempat untuk mereka bersembunyi. Anna merasakan sesuatu yang lain ketika harus berkontak lagi dengan Pak Jaka. Mereka melakukan pekerjaan hari ini bersama, hanya saja tidak secara tatap muka. Ya, setelah dua tahun pun laki-laki paruh baya itu tetap sama. Bekerja di balik layar dan hanya keluar saat diperlukan. Tak Anna pungkiri ia senang, namun serentetan ingatan pun mengikuti di belakang. Membuatnya tidak tenang.
"Hari yang melelahkan. Delapan orang diringkus, dan aku akhirnya bicara dengan Pak Jaka lagi. Suaranya tetap serak seperti dulu. Dia menyapa 'Oh, hai, Anna! Senang bekerja bersama lagi!' dan aku cuma tersenyum. Ya, hanya Pak Jaka yang menyapa aku setelah dua tahun ini. Tiba-tiba terpikir, kalau aja Danu juga ada, dia pasti akan bicara cepat padaku dalam satu tarikan napas. Dan aku? Jelas aku akan memarahi dia karena pernikahannya dengan Delia entah kapan akan berlangsung. Atau jangan-jangan ... mereka menungguku? Oh no! Big no! Jadi semua karena aku? Berarti aku harus kembali untuk mendatangi acara mereka, iya kan? Tapi kalau aku kembali... biar kutebak. Aku akan bertemu beberapa orang yang dulu pernah aku kenal. Firli, Addri, Rendi, dan...," Anna menghentikan ocehannya yang berlangsung sedari tadi, mendadak tertegun, lalu melanjutkan. "Gema."
Rekaman suara pun dimatikan. Anna menggeletakkannya di sofa yang sama yang ia duduki. Setelah banyak hal terlewati, ia telah banyak berpikir, banyak menelisik ke dalam dirinya sendiri soal apa maunya; ke mana tujuannya; kapan ia akan berhenti menghilang dari semua orang; mengapa ia harus kembali; pada siapa dia akan menyerah; dan di mana ia akan benar-benar menemukan rumah. Hal yang menyebalkan adalah ketika seseorang sudah jauh berkelana mencari-cari jawaban atas pertanyaannya padahal sebetulnya ia sudah sadar sejak awal bahwa ia telah memiliki jawaban. Anna akui ia memang pengecut, tapi bukan berarti ia sengaja pergi agar dicari. Ia tak sebercanda itu dengan pilihannya sendiri. Justru karena ia tak ingin dicari lah maka ia pergi dan kesendiriannya selama dua tahun telah membuatnya terbiasa. Kesibukannya pun telah banyak mengalihkan pikirannya. Anna pun menghentikan overthinking-nya dan beranjak hendak menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.
"Oke, cuma ada roti, kornet, keju. Bagus, cukup untuk burger," ujarnya setelah membuka kulkas. Sebelumnya ia telah melirik pada tempat beras, namun ia malas kalau harus lebih repot ketimbang menyiapkan burger yang cuma lima menit. Gadis itu pun teringat bahwa masih ada beberapa sosis yang ia letakkan di freezer, dan ia pun mengambilnya sekalian untuk digoreng, dan ditambahkan pada burger ala-alanya.
Anna menggoreng sosis sambil bersenandung, ketika ia mendengarkan gerasak-gerusuk yang membuatnya langsung waspada. Kali ini bukan suara berisik dari telinga yang bersumberkan earpeace, tapi suara tanaman yang terinjak atau tersenggol dan semacamnya. Rumah yang ia tempati tak begitu besar dan dapur letaknya juga di dekat ruang tamu, jadi suara dari depan pun terdengar. Gadis itu pun segera pergipergi dengan mengendap-endap setelah memutar knob kompor. Tangannya sudah bersiap di pinggang dan pistol pun diambil olehnya, curiga kalau-kalau setelah operasinya, ada yang mengikuti tanpa ia tahu. Gadis itu sudah menarik kokang pistol dan modenya berganti jadi siap tembak. Sambil mengintip di jendela, tangannya yang lain membuka perlahan pintu rumah. Dan tak ada siapapun.
Untuk mengecek lebih lanjut, Anna keluar dari rumah dan memperhatikan sekitaran yang sepi. Daerah dataran tinggi dengan mayoritas rumah bermodelkan villa dengan pekarangan yang luas nan hijau, membuat jarak antar rumah pun tidak berdekatan. Anna memang sengaja memilih tempat seperti itu untuk ia tinggali dua tahun ini, karena jika sesuatu terjadi dan menimbulkan kerusuhan, tak akan mengganggu yang lain. Toh villa-villa itu hanya ramai dikunjungi orang ketika liburan karena tak banyak yang tahu daerah itu, mungkin sebabnya adalah strategi promosinya yang jarang, sejarang ia melihat batang hidung seseorang di sini. Merasa cukup, gadis yang masih mempertahankan rambutnya untuk tetap panjang sebahu itu pun menurunkan pistolnya, tentu saja dengan tetap waspada.
KAMU SEDANG MEMBACA
404 NOT FOUND [Complete]
ActionGENRE: ACTION - ROMANCE [TAHAP REVISI, JADI SERING-SERING LAH DI-REFRESH UNTUK PEMBARUAN BAB] SELURUH ADEGAN TERORISME DALAM CERITA INI TIDAK BERMAKSUD MENYANGKUT-PAUTKAN PIHAK MANAPUN DAN MERUPAKAN FIKTIF BELAKA. LOKASI DAN ORANG-ORANG TERKAIT MERU...