Terasa nyeri di belakang leher, dan pada beberapa titik di badan juga. Pelan-pelan, mata mulai terbuka. Anna bangun dari tidurnya yang entah sejak kapan. Dilihatnya ke sekitaran, mencari Gema. Namun yang tersisa, hanya kesunyian. Sunyi sepi yang menyeramkan. Anna masih duduk di sofa, berusaha meraih kesadaran penuh dan memperhatikan sekali lagi di mana dirinya berada. Pakaian masih sama dengan ketika ia pulang. Anna bangun, mencari-cari sesuatu. Undangan berwarna cokelat. Seingatnya masih ada di ruang tamu yang sama, tapi tak ada apapun. Setelahnya, gadis itu termenung. Sadar, bahwa sejak pulang tadi ia ketiduran. Kenapa, Tuhan? Kenapa? Kenapa mimpi tadi terasa sangat nyata? Apa aku benar-benar sebegitu merindukannya?
Kedua tangan gadis itu mengepal. Merasa sangat bodoh. Ia dipermainkan oleh mimpinya sendiri dan itu langsung menaikkan rasa menyesalnya sampai ke level teratas. Mana mungkin juga Gema akan datang kemari? Bagaimana mungkin orang yang ia tinggalkan akan memaafkannya begitu saja dan malah mencarinya, memintanya kembali? Tidak ada orang di dunia ini yang ingin disia-siakan. Sekalipun Gema pernah bilang bahwa dia tidak keberatan hidup dengan seorang pengecut macam Anna, buktinya, pemuda itu pun tidak pernah ada. Anna berhenti di teras depan, duduk di bangku pada malam yang dingin itu, sendirian. Lantunan lagu yang ia pilih untuk menemaninya membuatnya menangis, tapi ia tak menahan hal tersebut. Baginya untuk kali ini saja biar ia terlihat lemah. Yang diputarnya adalah lagu berjudul Perih yang dibawakan oleh Senja. Lagu yang sangat mencerminkan dirinya saat ini.
Terlambat ku sesali semua yang terjadi...
Di saat ku tahu kau tak mungkin kembali...
Tak ku sangka sedalam ini ku terluka...
Karena cinta yang ku ingkari...
Andai saja aku bisa merubah sang waktu...
Tak akan pernah ku berpaling meninggalkanmu...
Mencoba sekuat hatiku merelakanmu dengannya...
Meski ku takkan bisa...Sekiranya sampai lagu itu habis, Anna terdiam lagi. Matanya menyapu pemandangan malam dengan cahaya bulan yang meneranginya. Pada hamparan pemukiman yang sebetulnya hijau namun kali ini diselimuti kegelapan. Deg! Tubuh gadis itu langsung menegang dengan mulut terbuka serta mata yang terbelalak hingga air matanya berhenti seketika. Sesaat setelahnya, ia menengadah, pada lampu teras yang menyala, kemudian ia sadari bahwa ruang tamu pun menyala. Anna kemudian ingat bahwa ia selalu mengunci pintu baik ketika di luar rumah ataupun di dalam rumah tanpa pernah lupa, namun tadi saat ia keluar, pintunya tidak terkunci. Dirogohlah pinggangnya yang tidak terdapat pistol di sana. Anna merutuk. Pasti ia sudah meletakkannya ketika di sofa. Pelan-pelan ia bangun dari kursi ketika di saat yang sama, sebuah melodi terdengar dari dalam rumah. Baru tiga detik pertama, gadis itu langsung tahu itu lagu apa. Itu intro dari lagu milik Elvis Presley, Can't Help Falling in Love. Anna mengernyit bingung dan melangkah masuk dengan tetap waspada.
Ruang tamu bersih, ia pun meneruskan langkahnya menuju ruang tengah karena merasa bahwa suara lagu tadi bersumber dari situ. Anna tak langsung masuk, melainkan mengintip di dinding. Tentu saja setelah tadi mengambil pistolnya di ruang tamu. Tampak seseorang dari samping dan seketika Anna mulai tidak yakin bahwa penglihatannya normal. Ditengok lagi, pemuda yang berada di ruang tengah itu tak lain adalah Gema. Gaya rambut yang sama, postur tubuh yang sama. Anna merapat ke dinding untuk mengambil napas dalam sambil mencubit-cubit dirinya sendiri guna memastikan apakah semua ini mimpi atau bukan. "Nggak mungkin...," lirihnya.
Take my hand ... Take my whole life too ... For I can't help falling in love with you ... Lagu sudah sampai pada akhir. "For I can't help falling in love with you," kali ini lagu dibarengi dengan suara Gema yang tiba-tiba sudah terdengar di samping Anna.
Tubuh Anna melemas dan seperti tak punya tenaga untuk menoleh. "Jadi aku udah datang jauh-jauh ke sini, dan kamu cuma diam di situ. Apa di antara kita, cuma aku yang rindu, An?" tanya Gema.
Setelah sadar betul bahwa yang kali ini bukanlah mimpi, Anna langsung memeluk Gema tanpa sempat mengatakan apapun. Pelukannya makin erat saat Gema pun balas memeluk dan menjatuhkan dagu di bahunya. "Ini bukan mimpi, kan? Ini kenyataan kan, Gema?"

KAMU SEDANG MEMBACA
404 NOT FOUND [Complete]
AçãoGENRE: ACTION - ROMANCE [TAHAP REVISI, JADI SERING-SERING LAH DI-REFRESH UNTUK PEMBARUAN BAB] SELURUH ADEGAN TERORISME DALAM CERITA INI TIDAK BERMAKSUD MENYANGKUT-PAUTKAN PIHAK MANAPUN DAN MERUPAKAN FIKTIF BELAKA. LOKASI DAN ORANG-ORANG TERKAIT MERU...