Part 14

76 17 1
                                    

Warning typo bertebaran!!
Happy reading ❤️

"Kakak tenang aja aku nggak bakal apa-apa kok, ya udah aku pulang dulu ya kak."pamit Cariesta pada mereka karena tak ingin membahas tentang hal ini lagi.

"Kamu selalu aja ngehindar kalo kita bicara tentang ini, abang mohon de jangan kayak gini de kita pengen kamu sembuh!"ucap Davin lirih yang membuat Cariesta yang hendak beranjak dari sana pun terdiam.

"Tolong de kamu pikirin baik-baik masih banyak yang sayang sama kamu dan nggak akan rela kamu pergi secepat ini abang mohon de,"mohon Davin masih dengan lirihnya.

"Iya de pikirin lagi sama kamu ini demi kamu dan orang-orang yang sayang sama kamu!"ucap Gian.

"Maaf kak,bang aku pulang dulu assalamualaikum,"pamit Cariesta karena merasa tidak kuat menahan air matanya.
Setelah keluar dari ruangan Gian Cariesta mengusap air matanya.

"Bukan aku nggak mau hidup,tapi buat apa aku berjuang sedangkan banyak orang yang menginginkan aku untuk tiada,"lirih Cariesta lalu ia berlalu pergi dari Cafe dengan menaiki motornya.

Cariesta memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah melainkan pergi menuju pantai untuk menenangkan diri.

Sesampainya di pantai Cariesta menuju ke tempat yang sepi.
Cariesta pun menatap ke arah laut lagi-lagi air matanya menetes tanpa di minta,"Salsa kangen nenek,"ucap Cariesta lirih seraya menghapus air matanya,"maaf ya nek Salsa ingkar janji Salsa nggak bisa nahan air mata ini rasanya Salsa pengen pergi dari dunia ini nek tapi Salsa inget kata nenek kalo kita nggak boleh nyerah tapi maaf nek kalo untuk kali ini Salsa nggak bakal berjuang terlalu keras untuk kehidupan Salsa nek,"ucap Cariesta lagi dengan menatap langit yang seakan ada sang nenek yang sudah di panggil sang Khalik.

Setelah hampir beberapa jam berdiam diri di pantai, tiba-tiba Cariesta merasa ada yang menepuk pundaknya Cariesta pun menoleh,"ngapain lo disini?"tanya seseorang tersebut seraya duduk di samping Cariesta.

"Lah emang nggak boleh gue disini?"ucap Cariesta sewot.

"Ya miris aja sih gue liatnya lo duduk disini sendirian lagi kayak orang yang banyak pikiran aja gitu,"ucap Dirga.

"Keliatan banget ya?"tanya Cariesta dengan berbisik tapi masih terdengar oleh Dirga.

"Serius lo lagi banyak pikiran ca?"tanya Dirga.

"Apa sih lo kayak peduli banget sama gue dan juga sejak kapan lo manggil gue dengan sebutan itu?"tanya Cariesta.

"Jujur ca gue kalo deket sama lo kayak ada sesuatu yang gue rasain. Awalnya gue nggak ngerti itu apa tapi lama-lama gue ngerti itu apa ca. Ternyata gue suka sama lo ca."jelas Dirga dengan nada lirih di akhir kalimat nya tapi masih terdengar oleh Cariesta.
Cariesta yang mendengar semua itu pun bergeming ia terkejut mendengar pengakuan Dirga atas apa yang dia rasakan saat bersama nya.
"Dan soal panggilan gue pengen aja manggil lo dengan sebutan ca,"sambung Dirga.

Lama mereka tak mengucapkan satu patah kata pun. Cariesta yang terkejut dan bingung untuk menjawab apa, sedangkan Dirga dia termenung apakah apa yang ia ucapkan tadi terlalu cepat atau bahkan seharusnya tidak dia ucapkan selamanya.

Udah nggak bisa berkata-kata lagi aku tuh(
Jangan lupa vote ❤️

Cariesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang