"Pulas banget sih anak ibu tidurnya."bisik Ibu Chintia yang masih terdengar oleh orang-orang yang ada di ruangan itu.
Nenek Cariesta meneteskan air matanya, terharu karena setelah sekian lama ia melihat Chintia begitu sayang sama Cariesta.
"Kalo maudy masih hidup,pasti dia bakal bahagia ngelihat banyak yang menyayangi anaknya."ucap kakek Cariesta.Berli dan Revan sontak menoleh kearah kakeknya Cariesta.
"Apa? Maudy siapa kek?"tanya Berli dan Revan serentak.
"Dia adalah ibu kandung Cariesta."jelas ayah Andika.
"Apa? Jadi salsa bukan anak kandung om?"tanya Berli yang diangguki oleh ayah Andika.
"Iya,dia anak kakaknya Chintia."jelas Ayah Andika. Berli dan Revan pun merenung sejenak.
"Jadi Salsa bukan sepupu kita?"tanya Revan.
"Enggak,dia tetap sepupu kalian. Mau bagaimana pun Andika udah nikah sama Chintia. Jadi, Cariesta tetap sepupu kalian."ucap Umi Freya.
Keadaan pun hening. Mereka menatap Cariesta dengan pemikiran nya masing-masing.
"Jadi bagaimana? Apakah Rian mau mendonorkan sum-sum tulang belakangnya?"tanya Kakek Cariesta.
"Aku nggak tahu pa, kemarin aku hanya bertemu dengan orang tua nya."jawab Andika.
"Kita harus segera melakukan operasi. Mama nggak mau terjadi sesuatu sama Cariesta. Cukup kita kehilangan Maudy. Jangan sampai kita kehilangan Cariesta juga."lirih nenek Cariesta. Lalu umi Freya pun memeluk nenek Cariesta.
"Mama tenang aja, Cariesta pasti nggak bakal ninggalin kita. Cariesta itu anak yang kuat."ucap umi Freya yang memang memanggil nenek Cariesta dengan sebutan mama.
Ibu Chintia juga sudah terisak-isak di pelukan ayah Andika.
"Esta nggak bakal kenapa-kenapa percaya sama aku ya?"ucap ayah Andika menenangkan Ibu Chintia.
Elva? Dia sudah sejak tadi menangis karena mengingat bahwa dirinya selalu mengkambing hitamkan Cariesta ketika ia salah.
"Maafin Elva. Elva banyak salah sama kak Esta."ucap lirih Elva dengan sesegukan. Deva pun menarik Elva ke dalam pelukannya.
Ketika semuanya sedang menangis, mereka tidak menyadari bahwa Cariesta sudah terbangun.
"Kalian kenapa nangis?"tanya Cariesta. Sontak mereka semua menatap Cariesta.
"Kita nggak nangis kok sayang,"ucap ayah Andika seraya membuang muka untuk menghapus air matanya.
"Kalian nangis karena Esta ya? Maafin Esta, Esta nggak mau kalian nangis karena Esta."ucap Cariesta yang mulai meneteskan air matanya juga.
"Enggak sayang kita nggak nangis kok. Kamu juga jangan nangis ya? Kakek nggak suka cucu kakek nangis. Nanti kamu jelek mau?"ucap kakek Cariesta seraya menghampiri dan memeluk Cariesta.
"Ih kakek. Aku nggak jelek ya?"ucap Cariesta.
"Iya,cucu kakek nggak jelek tapi kalau nggak nangis. Tuh Elva aja udah nggak nangis masa kamu nangis sih? Nggak malu apa sama adik kamu?"tanya Kakek Cariesta.
Cariesta pun menoleh kearah Elva lalu tersenyum lembut ke arah Elva dan Elva membalas senyuman Cariesta.
"Iya, ternyata Elva udah nggak nangis. Esta jadi malu dilihatin."ucap Cariesta seraya menghapus air matanya sedangkan mereka yang melihat tingkah Cariesta terkekeh geli.
Cariesta melihat ke sekeliling, ternyata ada banyak orang di ruang inapnya padahal tadi ia hanya melihat ayah Andika,ibu Chintia,Umi Freya,nenek dan kakeknya saja.Tanpa sengaja netra Cariesta melihat seorang laki-laki yang sangat ia rindukan.
"Abang?"ucap Cariesta antusias dengan masih menatap Revan. Sedangkan Revan menatap lekat pada Cariesta.
Jangan lupa vote ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cariesta (End)
Teen FictionDifa Cariesta Salsabila siswa kelas 12 di SMA Chandra Bakti yang hanya dikenal oleh teman-teman seangkatannya. Cariesta itu nggak suka yang namanya keributan dia akan mengalah ketika berdebat kecuali ketika ia berdebat dengan Dirgantara Saputra si s...