Part 39

44 5 0
                                    

Dokter Reyna pun langsung memanggil petugas medis dan membawa Ibu Chintia ke UGD.

Ayah Andika menunggu Ibu Chintia di UGD. Sedangkan Dokter Reyna,ia masuk ke dalam ruang inap Cariesta.

"Cariesta,kamu harus kuat de. Demi keluarga mu demi orang-orang yang sayang sama kamu. Seharusnya kamu dengerin kata kakak aja, nggak usah dengerin kata orang lain. Kamu pasti kuat de."bisik Dokter Reyna pada Cariesta yang terbaring lemah dengan beberapa peralatan medis yang menempel di tubuhnya.

Keluarga Cariesta yang lain pun sudah berada di luar ruang inap Cariesta. Mereka langsung segera bergegas setelah Andika mengabari mereka bahwa Cariesta drop dan kemungkinan akan mengalami koma.

"Mi,kak Esta gapapa kan? Kak Esta nggak bakal ninggalin Elva kan?"tanya Elva seraya terisak-isak kepada Umi Freya.

"Kita berdoa ya sayang? Kakak kamu pasti bakal baik-baik saja. Kakak kamu kan kuat. Elva percayakan sama kak Esta?"ucap Umi Freya seraya memeluk tubuh ringkih Elva. Umi Freya juga sama sedihnya dengan Elva. Tapi ia berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis.

Sedangkan Revan,Berli dan Deva mereka hanya terdiam tidak tahu harus berbuat apa.

Ayah Andika dan ibu Chintia pun datang menghampiri mereka semua yang sedang terhanyut dalam pikirannya masing-masing.

"Dika, kamu udah bilang sama ayah kandungnya Esta kan? Dia mau kan buat ngedonorin sumsum tulang belakang nya buat Esta?"tanya nenek Cariesta beruntun pada Ayah Andika yang baru duduk di depan ibu mertuanya.

"Dika udah ke sana Bu. Tapi ayah kandung Esta nggak mau ngedonorin sumsum tulang belakang nya."jelas Ayah Andika.

Mereka semua yang mendengar itu pun sontak jantung nya berdegup kencang.

"Lalu sekarang kita harus bagaimana?"tanya Kakek Cariesta.
"Aku nggak tau yah."lirih Ayah Andika.
Mereka pun kembali terdiam.

Keesokan harinya, Cariesta masih belum sadar dan Dokter menyatakan bahwa Cariesta koma dan mengharuskan ia dipindahkan ke ruang ICU.

Mereka bergantian menunggu Cariesta. Sedangkan yang tidak menunggu Cariesta, mereka berdiam diri di ruang tunggu yang ada di depan ruang inap Cariesta. Ketika suasana sedang hening terdengar suara dari ponsel ayah Andika berdering. "Siapa?"tanya ibu Chintia pada ayah Andika.

"Ini opanya Cariesta." Jawab ayah Andika,lalu ia mengangkat telponnya.

"Assalamualaikum,"salam opanya Cariesta.

"Waalaikumsalam. Ada apa ya pak? Apakah anak bapak sudah mau mendonorkan sumsum tulang belakang nya buat Cariesta?"jawab dan tanya ayah Andika.

"Kalau soal itu belum kami masih mengusahakan nya. Saya hanya ingin bertanya Cariesta di rawat di rumah sakit mana dan ruang nomor berapa?"tanya Opanya Cariesta.

"Cariesta di rawat di rumah sakit meditasi,ruang nomor 105. Tapi sekarang Cariesta sedang di rawat di ruang ICU."jawab ayah Andika.

"Tapi cucu saya baik-baik saja kan?"tanya opa Cariesta khawatir.

"Anda bisa langsung ke sini jika ingin mengetahui keadaan Cariesta, karena saya pun tidak bisa menjelaskan keadaan sekarang ini."saran ayah Andika.

"Baiklah terimakasih. Jika tidak ada halangan saya akan berkunjung ke sana sore ini. Yasudah saya hanya ingin bertanya itu. Assalamualaikum."ucap Opanya Cariesta.

"Waalaikumsalam."jawab ayah Andika lalu mematikan ponselnya dan menyimpannya kembali ke dalam sakunya.

"Opanya Esta bakal ke sini mas?"tanya Ibu Chintia.

"Iya, beliau bilang akan datang sore ini."jawab ayah Andika.


Jangan lupa vote ❤️

Cariesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang