Part 19

65 11 0
                                    

Warning typo bertebaran!!
Happy reading ❤️

"Jangan bohong lagi ayah Esta udah muak sama semua kebohongan ini,"ucap Cariesta yang mulai meneteskan air matanya lagi.

"Enggak sayang ayah nggak bohong,"ucap ayah Andika.

Ibu Chintia yang sedari tadi hanya menyimak obrolan Cariesta dan ayah Andika pun mulai membuka suara,

"Cukup mas,kita nggak usah nutupin ini semua,lagi pula dia juga udah besar udah bisa ngerti yang mana yang benar dan yang salah!"tutur Ibu Chintia.
"Kamu ngomong apa sih Chin? Jangan suka ngada-ngada Cariesta itu anak aku anak kita!"tegas Ayah Andika dengan menatap tajam Chintia.
"Enggak mas dia itu bukan anak kita. Dia itu anak pembawa sial, gara-gara dia kakak aku meninggal!" Ucap ibu Chintia dengan nada tinggi.
"Jadi aku anak nya kakak ibu?"tanya Cariesta sontak membuat ibu Chintia dan ayah Andika menatap Cariesta.
"Iya,kamu itu anak kakak saya dan Karena melahirkan kamu kakak satu-satunya saya harus meninggal,"jawab Ibu Chintia dengan menunjuk ke arah Cariesta.
"Terus ayah aku di mana Bu?"tanya Cariesta dengan lemah.
"Mana saya tau dia itu sama kayak kamu nggak berguna! Ketika kakak saya melahirkan,dia nggak datang dan sampai kakak saya meninggal pun dia tidak juga menunjukkan dirinya di hadapan saya."ucap Ibu Chintia.
"Chintia! Jangan bilang kayak gitu sama Cariesta."bentak ayah Andika pada ibu Chintia.
"Tuh kamu lihat sendiri! gara-gara kamu suami saya jadi berani bentak saya. Dasar anak nggak berguna lebih baik kamu lenyap dari dunia ini!"

Degg

Cariesta menegang mendengar ucapan Chintia.

"Chintia kamu jangan pernah berani bicara kayak gitu lagi sama Cariesta!"perintah ayah Andika dengan nada marah.

"Ibu apakah aku ini tidak berguna untuk ibu dan ibu ingin agar aku lenyap dari dunia ini? Jika iya bersabarlah bu tak lama lagi aku akan lenyap."ucap Cariesta dengan lirih tapi masih terdengar oleh ayah Andika dan ibu Chintia.

"Cariesta kamu ngomong apa? Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu sayang,"tegas Ayah Andika tapi masih dengan nada lembut.

"Iya. Memang kamu lebih bagus lenyap dari dunia ini."ucap ibu Chintia lalu beranjak dari meja makan.

Ayah Andika pun langsung memeluk Cariesta seraya menenangkan Cariesta yang makin mengeras kan tangisnya.

"Udah sayang jangan di masukin ke hati ucapan ibu kamu ya?"ujar ayah Andika.

"Maafin Cariesta ayah. Cariesta nggak bisa berjuang sendiri lagi ayah,"ucap Cariesta sesegukan dengan lirih.

"Enggak sayang kamu nggak berjuang sendiri ada ayah yang bakal selalu sama kamu,"ucap ayah Andika ikut menangis mendengar ucapan Cariesta.

Andika merasakan tubuh Cariesta yang terasa melemah pun melihat ke arah Cariesta.

"Sayang?Esta? Cariesta bangun kamu kenapa sayang?"ucap ayah Andika yang melihat Cariesta tidak segera membuka matanya.

"Sayang jangan buat ayah panik! Sayang ayo bangun,"ucap ayah Andika seraya menepuk-nepuk pipi Cariesta tapi nihil Cariesta tidak juga membuka matanya.

Bi Sumi yang mendengar tuannya berteriak pun segera menghampiri Andika.

"Astaghfirullah tuan, non Cariesta kenapa?"tanya bi Sumi dengan khawatir.

"Nggak tau bi tiba-tiba Cariesta pingsan,"jawab ayah Andika masih menangis.

"Ayo tuan bawa non Cariesta ke rumah sakit!"ajak bi Sumi.

"Iya bi, bibi tolong siapin baju Cariesta ya nanti bibi nyusul ke rumah sakit pake taksi aja ya bi."tutur Andika lalu dengan segera membopong tubuh Cariesta ke mobilnya.

"Sabar ya sayang,kita ke rumah sakit sekarang,"gumam Andika ketika sudah membaringkan Cariesta di kursi penumpang.

Jangan lupa vote ❤️

Cariesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang