"Bu,kalo Rizky tetap ngotot nggak mau untuk mendonorkan sumsum nya buat cucu kita,aku sendiri yang akan mendonorkan sumsum nya buat cucu kita."ucap kakeknya Cariesta.
"Jangan pa. Kalo papa ngedonorin sumsum kamu buat cucu kita kemungkinan kamu bakal selamat itu kecil pa."ucap neneknya Cariesta.
"Apapun bakal aku lakuin asal cucuku bisa hidup. Walaupun nyawaku yang jadi taruhan nya."final kakek Cariesta.
Sedangkan ayah Andika, ia bergegas kembali ke rumah sakit dengan jantung berdetak kencang. Ia khawatir ia tak mau jika terjadi sesuatu pada Cariesta. Karena sebelumnya ia mendapat telepon dari istrinya bahwa Cariesta pingsan ketika istrinya tinggal membeli makanan di kantin rumah sakit.
"Yaallah semoga tidak terjadi apa-apa pada Cariesta."batin ayah Andika.
Ayah Andika melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, karena ia ingin segera sampai di rumah sakit.Setelah sampai rumah sakit dan memarkirkan mobilnya,ayah Andika berlari dengan kencang sampai menabrak beberapa orang yang ada di lorong rumah sakit.
"Huh gimana huh keadaan huh Esta?"tanya Ayah Andika dengan terengah-engah merasakan capek karena berlari-larian.
"Mas,, maafin aku ya? Karena aku Esta jadi kayak gini."ucap Ibu Chintia dengan terisak-isak seraya memeluk tubuh ayah Andika.
"Udah ini bukan salah kamu."ucap Ayah Andika menenangkan istrinya.
"Gimana mas? Ayahnya Esta mau kan ngedonorin sumsum tulang belakang nya?"tanya Ibu Chintia dengan mendongakkan kepalanya.
Namun yang ia dapati adalah gelengan kepala dari suaminya.
"Maksud kamu apa mas? Kamu pasti cuma bercanda kan?"tanya Ibu Chintia melepas pelukannya.
"Enggak,aku nggak bercanda. Ayahnya Esta nggak mau ngedonorin sumsum tulang belakang nya."ucap lirih ayah Andika.
Ibu Chintia langsung lemas mendengar perkataan yang terlontar dari mulut suaminya. Dengan sigap,ayah Andika menangkap tubuh ibu Chintia yang akan jatuh ke lantai.
"Terus kita harus bagaimana mas? Kita nggak punya banyak waktu buat cari pendonor sumsum tulang belakang untuk Esta. Kita harus gimana mas?"tanya Ibu Chintia lirih seraya terisak-isak.
"Kamu tenang dulu ya? Kita dengerin pendapat dokter tentang apa yang kita hadapi."jawab ayah Andika. Mereka pun duduk di kursi panjang yang ada di lorong ruang inap Cariesta.
Setelah menunggu hampir setengah jam, dokter Reyna pun keluar dari ruang inap Cariesta.
Ayah Andika langsung berdiri dan bertanya kepada dokter Reyna,"bagaimana keadaan anak saya dok?"
"Sebenarnya kami para medis sudah menduga jika tidak segera di lakukan operasi keadaan nya akan jadi seperti ini."jelas Dokter Reyna.
"Tapi anak saya tidak apa-apa kan dok?"tanya Ibu Chintia ikut berdiri dari duduknya.
"Cariesta sedang tidak baik-baik saja Bu. Jika Cariesta belum sadar juga sampai besok pagi,maka ia akan dinyatakan koma dan harus segera dipindahkan ke ruang ICU."jelas Dokter Reyna. Ibu Chintia yang mendengar perkataan dokter Reyna pun langsung pingsan.
"Chin, Chintia bangun!"ucap Ayah Andika panik.
Dokter Reyna pun langsung memanggil petugas medis dan membawa Ibu Chintia ke UGD.
Ayah Andika menunggu Ibu Chintia di UGD. Sedangkan Dokter Reyna,ia masuk ke dalam ruang inap Cariesta.
"Cariesta,kamu harus kuat de. Demi keluarga mu demi orang-orang yang sayang sama kamu. Seharusnya kamu dengerin kata kakak aja, nggak usah dengerin kata orang lain. Kamu pasti kuat de."bisik Dokter Reyna pada Cariesta yang terbaring lemah dengan beberapa peralatan medis yang menempel di tubuhnya.
Jangan lupa vote ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cariesta (End)
Fiksi RemajaDifa Cariesta Salsabila siswa kelas 12 di SMA Chandra Bakti yang hanya dikenal oleh teman-teman seangkatannya. Cariesta itu nggak suka yang namanya keributan dia akan mengalah ketika berdebat kecuali ketika ia berdebat dengan Dirgantara Saputra si s...