"Mas kamu bisa nggak sekarang ke rumah sakit?"tanya Ibu Chintia dengan nada khawatir.
"Emang ada apa?"tanya Ayah Andika.
"Esta mas,"ucap Ibu Chintia tapi terpotong oleh Ayah Andika.
"Esta kenapa?"tanya Ayah Andika khawatir.
"Ih,makanya dengerin dulu dong mas!"kesal Ibu Chintia karena ucapannya dipotong oleh Ayah Andika.
"Iya iya maaf,jadi Esta kenapa?"tanya Ayah Andika."Esta nggak papa kok,cuma dia agak yang lemes gitu. Aku takut ini efek dari belum di operasi nya Esta mas."jelas Ibu Chintia.
"Yaudah kamu tungguin dulu ya? Mas sekarang lagi dijalan menuju ke rumah sakit."ucap Ayah Andika lalu mematikan sambungan telepon nya setelah mengucapkan salam.
Ibu Chintia pun kembali ke dalam ruang inap Cariesta dan duduk di sofa sambil memperhatikan Cariesta yang tertidur dengan gelisah. Ibu Chintia menghampiri Cariesta. Ketika memegang kening Cariesta dan terasa panas.
Tak lama kemudian ayah Andika datang.
"Gimana? Cariesta udah nggak papa?"tanya Ayah Andika ketika sudah masuk ke dalam ruang inap Cariesta.
"Cariesta demam mas,kita harus panggil dokter!"saran Ibu Chintia pada ayah Andika dengan nada cemas.
Ayah Andika pun dengan segera memencet tombol yang ada di atas brankar. Tak lama kemudian dokter Reyna pun datang.
"Dok,anak saya demam. Apakah ini akibat dari belumnya di lakukan operasi?"tanya Ibu Chintia pada dokter Reyna.
"Biar saya periksa dulu ya bu? Ibu dan bapak dimohon untuk menunggu di luar."ucap Dokter Reyna. Ayah Andika dan Ibu Chintia pun menuruti perkataan dokter Reyna untuk menunggu di luar ruang inap Cariesta.
Setelah beberapa menit menunggu, dokter Reyna pun keluar dari ruang rawat Cariesta.
"Dok,gimana keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan?"tanya Ayah Andika.
"Begini Bu,pak kita harus menyegerakan operasi nya. Jika tidak.."ucap Dokter Reyna tapi tidak di lanjutkan karena ia merasa bimbang apakah harus di beritahu kepada orang tua Cariesta atau tidak?
"Jika tidak kenapa dok? Apa yang akan terjadi pada anak saya?"tanya Ibu Chintia.
"Ah, bagaimana pun orang tua Cariesta harus tahu."batin Dokter Reyna.
"Jika tidak, Cariesta tidak akan bertahan lebih lama lagi."jelas Dokter Reyna dengan menitihkan air mata nya ia merasa sedih,karena ia sudah menganggap Cariesta sebagai adiknya sendiri.
"Enggak, nggak mungkin dokter bohong kan? Anak saya pasti akan bertahan. Mas ayo kita datangi ayahnya Esta mas. Aku nggak mau Esta ninggalin kita. Mas ayo kita pergi sekarang."Ibu Chintia pun histeris mendengar perkataan dokter Reyna. Ia tidak mau kehilangan anaknya,ia masih ingin menebus apa yang telah ia lakukan selama ini terhadap Cariesta.
Dokter Reyna pun pamit undur diri karena merasa tidak seharusnya ia mencampuri urusan keluarga mereka.
Ayah Andika pun merengkuh tubuh Ibu Chintia."Udah ya? Kamu jangan nangis, nanti kalo Esta lihat dia pasti bakal sedih. Sekarang kamu hapus air matamu. Mas pergi dulu ya?"ucap Ayah Andika.
"Mas mau kemana?"tanya Ibu Chintia ketika sudah menghapus air matanya.
"Mas mau ke rumah keluarga ayah nya Esta lagi. Kita harus segera melakukan operasi itu."ucap Ayah Andika lalu pergi dari rumah sakit.
Sedangkan Ibu Chintia kembali masuk ke ruang inap Cariesta.
Jangan lupa vote ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cariesta (End)
Teen FictionDifa Cariesta Salsabila siswa kelas 12 di SMA Chandra Bakti yang hanya dikenal oleh teman-teman seangkatannya. Cariesta itu nggak suka yang namanya keributan dia akan mengalah ketika berdebat kecuali ketika ia berdebat dengan Dirgantara Saputra si s...