"Sayang, mata kamu kok sembab gini sih?"tanya Ibu Chintia seraya mengelus kelopak mata Cariesta.
"Enggak papa kok ibu. Tadi bang Berli bikin aku ketawa sampai nangis,jadi mata aku sembab deh."jawab Cariesta dengan riang.
"Masa sih kak? Bang Berli nggak bikin kakak nangis kan?"tanya Elva dengan melayangkan tatapan mengintimidasi nya ke arah Berli.
"Eh, enggak ya? Kamu ini fitnah aja. Mau abang kelitikin?"ucap Berli seraya menghampiri Elva.
"Ah nggak mau. Kak masa abang mau kelitikin Elva sih? Kalo Elva di kelitikin nanti perut Elva sakit kak."Adu Elva kepada Cariesta ketika dirinya sudah duduk di brankar dan memeluk Cariesta.
"Jangan takut nanti kita cubit abang bareng-bareng."ucap Cariesta seraya membalas pelukan Elva.
"Yah.. masa maennya cubit-cubitan sih? Ducubit itu sakit tau nggak."ucap Berli dengan memasang wajah seakan dia membayangkan ketika dicubit oleh Elva dan Cariesta.
"Biarin wlee."ejek Elva dengan menjulurkan lidahnya. Mereka pun tertawa melihat wajah menggemaskan Elva,kecuali Berli ia mengerucutkan bibirnya kadang-kadang bergumam-gumam tak jelas.
Tak lama kemudian, pintu ruang inap Cariesta di buka,dan terlihat Revan memasuki ruang inap Cariesta dengan menenteng plastik yang entah apa isinya. Keadaan seketika hening.
"Eh,kok pada diem sih?"ucap Deva mencairkan suasana canggung tersebut.
"Ekhem.. Elva,ini abang bawain makanan kamu makan ya sayang?"ucap Revan seraya menyerahkan salah satu kantong plastik yang dibawanya. Cariesta yang melihat itu pun sedikit murung. Ia mengira bahwa Revan memang benar-benar kecewa karena ternyata dirinya bukan sepupunya.Tetapi,
"Salsa,ini buat kamu. Tadi Abang lihat coklat Abang jadi keinget kamu. Jadi Abang beliin deh buat kamu. Nih,tapi makannya jangan sekaligus ya sayang?"ucap Revan seraya duduk disisi brankar ketika Elva sudah beranjak ke sofa."Ternyata dugaan aku salah. Maafin salsa ya bang. Salsa udah mikir yang enggak-enggak tentang Abang."batin Cariesta.
"Kamu masih marah sama abang?"tanya Revan ketika melihat Cariesta tidak merespon dirinya.
Cariesta menggeleng,"Salsa nggak marah kok sama abang. Makasih ya bang, Salsa suka banget sama coklat nya."ucap Cariesta dengan tersenyum manis.
"Maaf ya? Abang tadi nggak sengaja."ucap Revan seraya menunduk menyesali perbuatannya tadi.
"Enggak usah minta maaf. Abang nggak salah kok."ucap Cariesta.
Revan pun langsung memeluk tubuh Cariesta. "Maafin abang ya? Abang benar-benar nyesel udah kayak gitu ke kamu."sesal Revan.
Cariesta membalas pelukan Revan,"iya nggak papa. Salsa ngerti kok,Abang cuma pengen Salsa buat terbuka sama abang,jadi ini semua salah nya Salsa."ucap Cariesta menyalahkan dirinya sendiri.
Revan menggelengkan kepala, dengan masih memeluk Cariesta.
"Enggak ini bukan salah kamu. Maafin abang ya, karena udah maksa kamu buat jujur tentang sakit Salsa."ucap Revan yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Cariesta."Ihhh,masa pelukan nggak ngajak Elva sih?"rajuk Elva yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Cariesta dan Revan terkekeh, lalu Revan membawa tubuh Elva ke dalam pelukannya.
"Aku juga pengen kalo gitu. Masa bang Revan aja yang meluk princess-princess kita."ucap Berli lalu ikut berpelukan. Deva yang melihat itu semua pun ikut masuk dalam pelukan mereka.
Sedangkan para orang tua? Mereka hanya tersenyum karena keharmonisan yang tercipta diantara keluarga mereka.
"Terimakasih tuhan karena engkau sudah memberi kami kebahagiaan, walaupun entah ini akan abadi atau hanya sementara."batin para orang tua.Jangan lupa vote ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cariesta (End)
Teen FictionDifa Cariesta Salsabila siswa kelas 12 di SMA Chandra Bakti yang hanya dikenal oleh teman-teman seangkatannya. Cariesta itu nggak suka yang namanya keributan dia akan mengalah ketika berdebat kecuali ketika ia berdebat dengan Dirgantara Saputra si s...