Part 22

62 15 2
                                    

Warning typo bertebaran!!
Happy reading ❤️

"Tapi kenapa anak saya tidak pernah memberi tahu kami bahwa dia memiliki anak?"tanya kakeknya Cariesta.

"Saya juga tidak tahu Bu,itu saja yang ingin saya sampaikan. Saya izin pamit, tolong beri tahu dan bujuk anak ibu dan bapak untuk mau melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang kalau tidak anak saya tidak bisa tertolong. Assalamualaikum,"pamit ayah Andika lalu pergi meninggalkan mereka yang masih memikirkan perkataan ayah Andika.

Ayah Andika pun bergegas untuk kembali ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit ayah Andika langsung menuju ke administrasi setelah selesai ia langsung menuju ke ruang rawat inap Cariesta.

"Assalamualaikum,"salam ayah Andika ketika masuk ke dalam ruang inap Cariesta.

"Waalaikumsalam gimana mas udah ketemu sama ayah kandung nya Cariesta?"tanya ibu Chintia.

"Belum Bu,tapi aku udah bicara ke orang tua nya. Semoga mereka mau membantu kita ya Bu?"ucap ayah Andika.

"Aamiin,"balas ibu Chintia mengaminkan.

"Lalu kenapa Cariesta belum sadar juga Bu?"tanya ayah Andika melihat Cariesta yang masih belum sadar kan diri.

"Kata dokter Cariesta di perkirakan akan sadar besok."jelas ibu Chintia ayah Andika pun hanya membalas dengan anggukan.

"Ini semua salah aku karena aku Cariesta jadi drop kayak gini."lirih ibu Chintia dengan kembali menangis menyesali apa yang ia perbuat selama ini.

"Kamu jangan salahin diri sendiri. Sekarang ibu tidur biar ibu nggak sakit!"saran ayah Andika lalu ibu Chintia pun tertidur di sofa yang di sediakan dalam ruangan inap Cariesta.

Keesokan harinya Ayah Andika terbangun dan melihat ternyata Cariesta belum sadar,ia pun mengalihkan pandangannya menuju ke arah sofa dimana Ibu Chintia tertidur tapi tidak terlihat ibu Chintia di sofa itu.

"Chintia ke mana pagi-pagi udah nggak ada aja?"gumam ayah Andika lalu ada suara gemericik air yang terdengar dari dalam kamar mandi.

Tak lama kemudian keluarlah ibu Chintia yang sudah lebih fresh dari kamar mandi.
"Gimana mas Cariesta udah sadar?"tanya ibu Chintia.

"Belum, nanti kita tanya dokter aja ya?"ujar ayah Andika yang diangguki lemah oleh ibu Chintia.

Ayah Andika pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Sedangkan ibu Chintia menunggu Cariesta dengan duduk di kursi yang ada di sebelah Cariesta.

"Esta bangun yuk! Kamu nggak capek apa tidur terus?"kata ibu Chintia berlinang air mata karena tak sanggup melihat Cariesta yang masih belum sadar.

"Esta mau apa? Ibu bakal turutin semua permintaan Esta tapi ibu mohon kamu bangun ya nak?"kata ibu Chintia makin mengeras kan tangisnya sambil memegang tangan Cariesta.

Tanpa di duga tangan Cariesta bergerak, ibu Chintia pun tersentak lalu melihat ke arah Cariesta.

"Esta? Kamu bangun nak?"ucap ibu Chintia dengan rasa bahagia.

"I ibu,"kata Cariesta dengan suara serak, ibu Chintia pun langsung memberikan Cariesta minum. Setelah minum ibu Chintia langsung memeluk Cariesta seraya menangis terisak-isak.

"Sayang,anak ibu kamu kenapa nggak pernah bilang ibu kalo kamu sakit sayang? Kenapa kamu nggak mau ikut kemoterapi sayang?"ucap ibu Chintia terisak-isak di pelukan Cariesta.

"Esta nggak papa kok ibu,"jawab Cariesta dengan meneteskan air matanya terharu karena sudah lama tidak di peluk oleh ibu Chintia.

"Kamu diem di sini dulu jangan kemana-mana ya sayang? Ibu mau manggil dokter dulu!"kata ibu Chintia lalu beranjak akan pergi memanggil dokter tetapi Cariesta mencekal tangan ibu Chintia.

Jangan lupa vote ❤️

Cariesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang