Sebuah rumah mungil bercat cokelat dengan dua pohon nan rindang sebagai pagarnya, serta beberapa tanaman bonsai yang terlihat di sekeliling pintu depan, menjadi tujuan pertama kedua gadis ini.
Ra-On dengan sangat manis masih terlelap di samping Yoora sejak mereka berangkat pagi buta tiga jam yang lalu. Dia membuat syarat, kalau ingin dirinya ikut maka Yoora yang harus menyetir. Atau Yoora sudah mau menemui malaikat maut lebih cepat kalau menginginkan Ra-On yang mengemudi.
Ah, Ra-On minus enam dan juga silinder, itu menjadikan jarak pandangnya tidak terlalu jauh dan baik meski sudah disambung dengan kacamata tebalnya.
Dan anak itu baru membuka matanya setelah merasakan kalau mobil sudah berhenti setelah beberapa sepuluh menit lamanya. Dia segera disambut dengan tatapan tajam oleh mak lampir cantik yang duduk di sebelahnya dan seakan ingin mengumpat namun ditahan dalam hati.
"Kau lelah? Bertahanlah. Kau sudah berusaha keras. Semangat," kata Ra-On tanpa beban sambil menepuk bahu Yoora lalu menguap lebar dia.
Mungkin ini juga yang menjadikan Yoora sangat tidak peduli dan dingin. Musuh bebuyutan sekaligus sahabatnya saja modelan begini bagaimana dia bisa tidak tertular olehnya?
"Hmm ... Ngantuk," gumam Ra-On sambil mengucek matanya. Padahal baru bangun dia ini, kotoran di matanya saja belum dia bersihkan lho.
"Nyalakan laptopmu," kata Yoora tak menggubris ucapan Ra-On tadi.
"Nyawaku masih setengah, kau sudah menyuruhku bekerja."
"Kau tidak keberatan makan begitu bangun."
"Itu kan usaha bertahan hidup namanya."
"Jadi mulutmu tidak bekerja?"
"Tidak. Dia hanya bergerak. Puas?" kata Ra-On sambil sedikit cemberut. Yoora tak jadi membalasnya, mata gadis itu menyuruh Ra-On untuk mengikuti ke arah pandangannya kini.
Perhatian mereka berdua lalu tertuju pada seorang laki-laki berbadan tegap dengan kacamata hitam yang membingkai mata berbentuk naga itu. Dia mengetuk pelan kaca di samping Ra-On dengan raut wajah bingung.
"Masih sepagi ini tapi dia sudah sangat karismatik," puji Ra-On. Yoora memukul lengan sahabatnya. Mencoba menyadarkan orang ini agar segera turun dari mobil dan menemui laki-laki itu.
Ra-On memasang senyuman semanis mungkin begitu berdiri di depan laki-laki yang semakin rupawan kalau dilihat dari dekat ini.
"Bagaimana Anda bisa sangat tampan? Kalau kata Yoongi, dia sudah terlahir begitu," kata Ra-On sedikit melantur disertai kekehan. Nyawanya belum genap sepertinya.
"Maaf sudah membuat keributan di depan rumah Anda," kata Yoora segera mengambil alih karena otak Ra-On belum menyala sepenuhnya.
"Ada perlu dengan saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INNER CHILD (✔️Completed✔️)
FanfictionJadi dewasa itu bagaimana? Sudahkah aku dewasa? Atau Hanya seorang anak kecil yang tersesat? Dua orang yang berbeda namun satu luka. Taehyung dan Yoora harus menyembuhkan masa lalu mereka untuk tahu arti dewasa yang sebenarnya. Luka yang dibawa oleh...