20

537 88 22
                                    

Kalau kemarin, seharian Taehyung terus saja membuat Yoora berada didekatnya, berbeda dengan hari ini. Dia seakan menghindari wanita bernama Kim Yoora. Bahkan saat Yoora mendatangi ruangannya, Taehyung terlihat acuh dan tak mau memandang ke arahnya.

Campuran antara rasa malu dan kesal karena pernyataannya yang masih digantung oleh Yoora sampai detik ini. Taehyung hanya mengangguk dan mendengus tiap kali Yoora menjelaskan sesuatu padanya. Seakan tak berminat pada apa yang dibicarakan.

"Ini laporan khusus yang harus Presdir periksa segera," kata Yoora sambil menyerahkan sebuah berkas bersampul hijau.

"Taruh saja di sana," kata Taehyung dingin.

"Anda harus mellihatnya sebelum menyesal."

Smirk Taehyung muncul, seakan menganggap berkas itu tak penting baginya. Saat ini tidak ada hal yang membuatnya lebih menyesal kecuali Yoora yang tidak ada tanggapan atas pernyataan Taehyung itu.

"Terserah pada Presdir. Semua keputusan ada di tangan Anda. Tapi ... Kesempatan itu bisa hilang kalau Anda tak segera mengambilnya. Ini hanya saran saja. Saya permisi dulu," pamit Yoora.

Sekeluarnya Yoora dari ruangan, Taehyung penasaran juga dengan berkas bersampul hijau yang terlihat mencolok di matanya dibanding dengan yang lain.

Awalnya dia membuka lembar awal dengan kening berkerut. Isinya adalah daftar riwayat hidup dari Kim Yoora beserta hal-hal remeh dan kecil darinya. Lalu di halaman kedua yang terbuka, mata Taehyung pun ikut terbuka lebar. Dia melesat keluar ruangannya begitu selesai membacanya.

Laki-laki itu menekan tombol lift dengan tak sabar. Kesal karena merasa terlalu lama, dia memutuskan memakai tangga darurat yang ada.

Perusahaan Taehyung punya tujuh lantai. Dan yang dia cari bisa saja berada di lantai mana pun. Alhasil Taehyung harus naik turun tangga hingga tubuhnya penuh peluh.

"Lima belas menit? Kurasa ini akan memakan waktu seharian hanya untuk menangkap bayangannya," gumam Taehyung dengan nafas tersengal-sengal.

Taehyung terlihat semakin gusar saat menyadari jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan kalau dia hampir kehabisan waktu. Menjadikan dia kalang kabut tak tentu arah.

"Hash," ucapnya sambil menjambak rambut sendiri dengan keras karena kesal. Waktunya habis sekarang.

Dengan menyeret kakinya yang terasa berat, dia kembali ke ruangannya. Dasinya juga sudah dia longgarkan karena hanya membuatnya sesak saja, begitu pula dengan kemeja yang dia biarkan sebagian keluar. Dia sangat terlihat berantakan sekarang.

Padahal ada sofa panjang nan empuk di sana, tapi Taehyung malah memilih berselonjor di lantai sambil terus meruntuki kebodohannya tadi. Coba kalau dia lebih cepat lagi membaca berkas tadi. Pastinya tidak akan sesulit menangkap belut begini keadaannya.a

"Mau minum?" tanya Yoora sambil menyodorkan sebotol air putih pada Taehyung. Mata laki-laki itu membulat. Terkejut akan kehadiran orang yang sedari tadi dia cari.

"Kau ke mana saja?!"

"Aku tidak tuli ya. Jangan keras-keras bicaranya," kata Yoora setengah kesal.

"Ah, maaf."

"Minum dan berdirilah. Kakiku sakit harus berjongkok terus," keluh Yoora.

Taehyung menurut. Dengan cepat, dia menghabiskan satu botol air yang diberikan Yoora. Mata Yoora menatap jakun Taehyung yang naik turun dengan cepat itu. Sehaus itu dia ya. Kasihan.

Yoora berniat mengambil botol kosong itu dari tangan Taehyung untuk dia buang.

"Masih ada sedikit," kata Taehyung tak mengizinkan Yoora mengambilnya, padahal hanya tersisa sekitar satu butir saja.

INNER CHILD (✔️Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang