32

368 76 28
                                    

"Undangan pernikahan untukmu," ucap Ra-On sambil memberikan sebuah amplop putih yang bagian depannya bertuliskan inisial namanya dan Yoongi ke pangkuan Yoora.

"Kau bisa mengirimkannya lewat pesan," ucap Yoora setelah melihatnya sekilas.

"Bisa. Tentu saja bisa. Tapi ini bisa juga sebagai alasanku untuk menemuimu," kata Ra-On sambil tersenyum.

"Berbahagialah. Dan berhenti membuat ulah di mana-mana," kata Yoora yang sudah kembali sibuk dengan buku yang dia baca.

Ra-On hanya mengangguk tanpa niat. Dia lalu berjalan melihat-lihat keadaan rumah yang ditempati Yoora sejak dua bulan terakhir ini.

Rumah mungil yang berada lumayan jauh dari Seoul. Entah bagaimana Yoora berhasil menemukan sebuah kota baru yang belum banyak ditempati penduduknya ini. Jauh dari hingar bingar yang padat penduduk.

Ra-On berhenti di rak yang memajang foto mendiang ibu Yoora dan beberapa foto Yoora lainnya. Wanita hebat yang mengajarkan pada dia bahasa pemrograman pertama kali. Orang yang sangat dihormati olehnya. Dan menjadikan Yoora sahabat, musuh, sekaligus orang yang harus dia jaga.

Yoora yang larut dalam cerita novel itu tak sadar sedang dipandangi oleh Ra-On. Banyak pertanyaan dalam benak Ra-On pada Yoora. Tentang alasan kenapa sahabatnya ini tiba-tiba merubah sikap dan sifatnya secara drastis, terutama tentang dia yang memilih menyendiri lagi. Dan kenapa dia meninggalkan orang yang dicintainya itu. Ahn Taehyung.

Apa masalah Yoora dengan laki-laki itu sebenarnya? Tidak mungkin hanya karena masalah ruang kerja milik ibu Taehyung saja. Meski ruangan itu penting bagi Taehyung, pastinya dia akan memberi celah bagi Yoora untuk memaafkannya. Tapi ini ... Yoora yang langsung mengambil jarak tanpa adanya aba-aba apa pun.

"Kau bahagia sekarang? Puzzle milik ibumu hampir selesai. Kau juga tinggal di tempat yang jauh dari bisingnya kendaraan seperti yang kau mau," kata Ra-On sambil bersandar ke tembok dan tetap memandang Yoora.

"Yah ... Begitulah," jawab Yoora acuh, tak menghiraukan Ra-On.

"Jaringan di sini lumayan jelek ya. Dari tadi aku mencoba menelfon sangat sulit."

"Siapa yang mau kau telfon? Yoongi-ssi bersamamu kan?" tanya Yoora sambil menengok ke arah luar rumahnya.

Laki-laki yang enggan mengikuti Ra-On masuk itu sedang berjongkok dan bermain dengan dua ekor kucing liar yang sering mampir ke rumah Yoora. Membelai dan memberi mereka roti yang dia bawa. Kesan dinginnya menguap begitu saja saat bersama hewan kesukaannya itu.

"Jadi kau mau menelfon siapa?" tanya Yoora kembali.

"Ahn Taehyung," jawab Ra-On santai sambil mengutak-atik ponselnya.

"Hei," kata Yoora sambil spontan merebut ponsel dari tangan Ra-On.

"Kenapa? Kau takut dia menemuimu di sini?"

"Tidak. Untuk apa aku takut."

"Kalau begitu tak ada alasan kau melarangku menghubunginya kan?" tanya Ra-On terdengar menantang. Tangannya merebut kembali ponsel yang dipegang oleh Yoora dengan santai.

"Kau bisa melakukannya setelah pergi dari sini."

"Tidak mau. Aku maunya di sini."

"Ra-On ..."

"Apa? Kau masih ada urusan dengan Ahn Taehyung?"

"Aku sudah bilang. Semuanya sudah selesai dengannya. Sudah tidak ada apa pun."

"Selesai bagimu, mungkin iya. Itu urusanmu. Tapi aku belum."

"Maksudmu?" tanya Yoora dengan kening berkerut.

INNER CHILD (✔️Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang