7

594 100 10
                                    

"Lusa datanglah ke kantor pukul sembilan pagi," ucap Taehyung sumringah. Dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya sekarang.

"Bukankah jam masuk pukul delapan?"

"Benar. Tapi, aku datang jam segitu," jawab Taehyung santai. Sedangkan jawaban itu membuat nilai minusnya bertambah di mata Yoora.

Ahn Taehyung bukan orang yang tepat waktu.

"Apa yang harus kukerjakan."

"Kau akan tahu saat datang nanti. Sekarang pulanglah. Tidur yang nyenyak agar kita cepat bertemu. Selamat malam, Yoora Kim."

Dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya, Taehyung berbalik dan berjalan dengan langkah ringan meninggalkan gadis  yang masih berdiri sambil memandang punggung laki-laki yang semakin menjauh,  lalu menghilang setelah dia masuk  ke mobil miliknya.

Yoora baru bergerak saat mobil itu benar-benar sudah pergi jauh. Sambil setengah melamun, kakinya tanpa disuruh sudah berjalan menuju rumah atapnya.

"Sudah kuiyakan. Dijalani saja dulu," gumamnya sebagai akhir dari rasa bimbang.

Yoora yang sudah berada di rumah, kini membuka lebar lemari kayu besar miliknya. Berniat mencari setelan pakaian resmi yang seingat dia masih dia simpan.

"Hanya ada satu memang," katanya sambil memandang pakaian yang berhasil dia temukan.

"Lebih baik dari pada tidak ada."

Selesai menyiapkan pakaian, dia beralih ke sepasang sepatu hitam berhak tiga centi yang sudah berdebu saking lamanya tidak dipakai. Disemirnya hati-hati karena takut rusak saking lamanya berada di lemari.

Semua persiapan untuk bekerja di kantor ala Yoora sudah selesai. Meski dia baru masuk kerja lusa, tidak ada salahnya untuk bersiap.

Matanya masih cerah padahal sudah pukul dua pagi sekarang. Di kepalanya berputar sibuk bagaimana merangkai kata yang tepat untuk mengabarkan pada semua atasan tempat kerja part timenya kalau dia akan berhenti.

Setelah beberapa kali menulis lalu menghapus kalimat di ponsel, akhirnya dia berhasil merangkai pesan itu juga. Dia mengirimkannya dalam pesan berwaktu, jadi si penerima akan menerima pesan tersebut pada waktu yang ditentukan Yoora sekarang.  Dia hanya takut terlupa kalau tidak melakukannya saat ini juga.

Khusus ke pemilik restoran, Yoora sendiri yang akan mengatakannya pagi ini. Waktunya terlalu mepet kalau dia mengabarkan perihal itu. Dia juga harus bersiap menerima omelan karena berhenti mendadak dari pekerjaan. Ini akan jadi hari yang panjang baginya.

"Kau ini tidak tahu diuntung ya? Kurang memangnya upah yang kuberikan? Kau pikir bisa berhenti seenak jidatmu?" kata si pemilik restoran begitu Yoora mengatakan niatnya setelah restoran tutup.

"Upah? Yakin mau membahasnya? Kau hanya mengupahku sesuai keharusan tanpa ada tambahan ketika aku harus memulai pekerjaan lebih awal. Lalu ... Kenapa aku tidak bisa berhenti sesuai hakku kalau kau saja bisa membayarku seenakmu? Aku tidak tanda tangan perjanjian apa pun. Jadi tidak akan ada ganti rugi atau semacamnya kalau aku berniat berhenti."

"Kau tidak tahu siapa aku? Beraninya mencari masalah denganku? Lihat saja, akan kupastikan tidak akan ada lagi restoran mana pun yang akan mau menerimamu sebagai pekerja."

"Kita lihat saja nanti," kata Yoora disertai senyuman tipis.

Yoora yakin kepergiannya bisa membuat si pemilik kalang kabut. Lihat saja reaksinya yang gusar seakan tak rela melepasnya.

"Jangan khawatir. Mungkin kita akan bertemu lagi. Tapi aku yang sebagai pelanggan di sini," ucap Yoora sebagai salam penutup.

Sebelum keadaannya semakin memburuk, Yoora sudah beranjak dari sana. Begitu dia melewati pintu depan, suara barang pecah terdengar. Rupanya si pemilik restoran melempar sebuah mangkuk ke arah Yoora. Untung saja gadis itu sudah tidak berada di sana, kalau tidak ... Mungkin akan semakin buruk urusannya.

INNER CHILD (✔️Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang