Tepat pukul satu malam lebih dua puluh lima menit, sebuah mobil sport hitam keluar dari garasi sehingga suara gesekan pintu garasi mengakibatkan membangunkan salah satu sosok dari alam mimpinya, Mark Jung.
Mark terbangun secara paksa dan langsung pergi ke balkon kamarnya untuk melihat mobil siapa itu yang keluar pukul dini hari? biasanya Jeno yang baru saja pulang tapi kenapaㅡ"Sungchan.." gumamnya saat melihat mobil sport hitam milik Sungchan keluar dari gerbang utama kediaman Jung.
seharusnya ini jam untuk istirahat, apalagi tadi habis bertengkar hebat tapi kenapa anak itu justru keluar rumah?
tok.. tok.. tok..
Mark mengetuk pintu kamar Jeno, yang ada tepat disebelah kamarnya.
"Jeno-ya?"
pintu terbuka menampakan Jeno dengan muka bantalnya, "kenapa?"
"apa Sungchan mengatakan ingin pergi kemana?"
Jeno mengucek mata yang terasa berat sambil menggeleng pelan, "kau tau kan aku sudah berada dikamar sejak setelah makan malam, hyung."
Mark khawatir jika hal itu terjadi lagi, Sungchan tidak berbicara apapun lalu mendadak kritis.
"memang dia kemana?" tanya Jeno yang sepenuhnya sadar dari rasa kantuk.
"dia keluar, aku tidak tau kemana."
"Jaemin?" panggil Jeno yang melihat kembarannya baru saja keluar dari lift.
Jaemin langsung menghampiri kedua kakaknya itu dengan raut bingung, "ada apa?"
"kau membuat kopi dijam segini?" tanya Mark melirik gelas kopi ditangan Jaemin.
"hn, ada beberapa berkas pasien yang harus aku selesaikan sekarang." tutur Jaemin seadanya, toh itu pekerjaannya.
"apa saat ke dapur kau berpapasan dengan Sungchan?" tanya Jeno.
Jaemin menggeleng, "aku baru turun tiga menit tadi.. memang mau pergi kemana Sungchan semalam ini?" tanyanya bersamaan dengan kedatangan Kun menghampiri mereka bertiga.
"tuan?" panggil Kun.
ketiganya menoleh.
"tuan Sungchan pergi." adu Kun.
"kemana?"
"tuan Sungchan tidak mengatakan apapun, dia hanya menyuruhku membukakan pintu garasi saja."
kebiasaan, diam setelah marah ah tidak marah lalu diam dan menyimpan unek uneknya..
"apa dia marah?"
ㅡhow to share?ㅡ
siang tibaㅡRenjun, pemuda itu memutuskan untuk pergi berjalan jalan disekitar sungai Han yang terletak tak jauh dari komplek perumahan mewahnya.
matahari siang ini tidak begitu menyengat kulit Renjun, berjalan sesekali melihat kanan dan kiri sampai sugestinya merasakan akan adanya orang berjalan tepat dibelakangnya, mengikutinya?
langkah Renjun terhenti lalu berbalik untuk melihat orang mana yang berani mengikutinya sampai sini? dan detik berikutnya mata pemuda China itu menangkap sosok berbalut hoddie hitam dengan tudung menutupi kepala tengah berdiri membelakanginya, pandangan Renjun jatuh pada tangan kanan pemuda itu, berbalut perban.
"Sungchan." terka Renjun tanpa sadar.
detik berikutnya pemuda berbalut hoddie hitam itu berbalik dan mengejutkan Renjun.
"kauㅡapa yang terjadi?" Renjun meraba luka lebam yang terpapar jelas diwajah pemuda itu, tangan rampingnya mengangkat tangan kanan Sungchan, melihat dengan jelas warna merah merembes, "bertengkar lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
2. How to share?
Fanfiction"Aku hanya belajar berbagi tapi tidak ada niat untuk berbagi." Semua berawal dari perintah Taeyong pada ke empat anak laki lakinya untuk berbagi apapun pada sang adik maupun sang kakak. Namun, kalimat itu disalah konsep kan oleh si sulung, Mark. mem...