saat Sungchan sibuk mengotak atik ponselnya, seorang maid datang untuk meletakan minuman diatas meja.
"maaf, tuan joshep akan datang sebentar lagi.."
netra Sungchan beralih menatap pemilik suara yang ia rasa familiar, "Kim Seina?"
gadis mengenakan pakaian maid itu tersentak lantas mengangkat wajahnya pelan dengan bibir bergetar menatap pemuda yang tadi terduduk memainkan ponsel.
tak disangka saja ia dipertemukan sang mantan kekasih saat sedang bekerja sebagai maid, sial sial sial! umpat Seina dapat didengar Sungchan.
Sungchan berdiri menahan pergelangan tangan Seina yang hendak pergi, "ada apa dengan kondisimu?" tanyanya memperhatikan beberapa lebam diarea tangan dan leher, "are you okay?"
"no, I'm not okay.." lirih Seina melepaskan cekalan Sungchan saat melihat tuannya berdiri diujung tangga, setelah berhasil lepas ia segera pergi meninggalkan ruang utama.
Sungchan menoleh kearah pandang Seina sebelumnya, "tuan Joshep?"
"ti interessa la mia cameriera?" celetuk Joshep menghampiri Sungchan.
dahi Sungchan mengrenyit, "cameriere? puoi spiegare come quella ragazza è diventata la tua cameriera?"
Joshep duduk sembari menjelaskan tentang apa yang terjadi, "ayahnya.. tuan Kim, memberikan dia padaku sebagai jaminan atas hutang."
"kau memukulnya?"
"dia tidak tau tugasnya sebagai pelayan, anak manja." hardik Joshep.
"Quanto ti deve il signor Kim?"
sontak membuat Joshep menegakkan pungungnya dan menatap penuh tanda tanya, "untuk apa anda menanyakan hutang tuan Kim?"
"akan ku lunasi setelah itu lepaskan Kim Seina, deal?" tawar Sungchan.
Joshep tak yakin, "anda yakin melunasi seluruh hutang si Kim?"
"apa aku terlihat miskin, tuan?"
"Non è questo che intendo, ma il signor Kim deve molto.."
Sungchan bergidik acuh.
"aku tidak peduli, intinya Seina harus berhenti bekerja sebagai maid."
"ma qual è il tuo rapporto con Seina?"
"seharusnya setelah putus hidupnya lebih bahagia tapi mengapa ada pengecualian untuk mantan gadis ku itu?"
ㅡhow to share?ㅡ
Taeyong menarik nafas sebelum menyentuh knop pintu kamar putranya, Jeno.
masih ada sedikit rasa kecewa dan menyelas didalam lubuk hati pria paru baya itu, dengan berat hati ia membuka pintu kamar dan masuk.
kedua mata Taeyong membola melihat beberapa hela rambut panjang berjatuhan dilantai, "ya! apa yang kau lakukan? menjambak rambutmu hingga rontok karena frustasi dengan masalah ini?" tukasnya tajam membuat sang pemilik rambut berbalik kaku.
"apa yang kau lakukan? mengotori kamar putraku, huh!?" sentak Taeyong lagi, "Jeno memang menerimamu tapi tidak denganku, Karina."
Karina, gadis itu hanya menunduk dan menahan rasa sakitnya, "maafkan aku tuan.. tapi aku sungguh tidak berniat mempertahankan ini."
Taeyong memungut helaian rambut Karina yang berada dibawah kakinya, menamati rambut itu sebelum kembali menyeletuk, "kuharap kau tidak memiliki penyakit atau nanti kau hanya akan merepotkan putraku." katanya sinis, memperhatikan raut wajah Karina yang tadinya ketakutan berubah menjadi kepanikan, "kuharap."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. How to share?
Fiksi Penggemar"Aku hanya belajar berbagi tapi tidak ada niat untuk berbagi." Semua berawal dari perintah Taeyong pada ke empat anak laki lakinya untuk berbagi apapun pada sang adik maupun sang kakak. Namun, kalimat itu disalah konsep kan oleh si sulung, Mark. mem...