03

36 8 0
                                    

Hansen mengikuti langkah kaki adik sepupunya itu, mengantarkannya ke ruang kantor pribadi Direktur Utama perusahaan tersebut.

Duduklah Harvey, dibalik meja kerjanya dan Hansen yang duduk tepat di atas meja kerja Harvey sembari menyulut sebatang rokok yang diselipkannya disela bibir merah mudanya.

"Kak, siapa gadis yang tadi aku sapa?" tanya Harvey sembari memainkan ponselnya.

"Hah? Kapan kau menyapa gadis?" tanya Hansen bingung.

"Di lobi. Gadis berambut panjang hitam, yang mengulas bibirnya berwarna Orange dengan makeup natural yang aku ajak berjabat tangan."

"Ah! Ternyata yang kau maksud Theala, dia sekretaris pribadiku."

"Dia milikku sekarang."

"A-apa maksud--" Hansen sedikit tergejolak kaget lalu memahami maksud perkataan dari adik sepupunya itu, lalu ia menghela nafas lesu merasa barang kesukaannya dirampas paksa oleh Tuan Muda yang senang berlaku sesukanya.

"Baiklah, aku akan memanggilnya untukmu."

•••HATE•••

Theala
Sebelum langkahnya menuju pintu Hansen mematikan rokoknya di asbak yang tersedia di meja sofa santai di dalam kantor itu, berlalu keluar ruang kantor Direktur Utama dan kembali ke ruangan pribadinya.

"Berkemaslah dan pindah ke ruang kerja sekretaris pribadi Presdir. Jangan lupa ikut aku untuk memberikan salam kepada Presdir baru."

"Tapi Tuan Hansen, pekerjaan saya disini masih sangat banyak yang belum diselesaikan," jawab Theala sopan mengingat pekerjaannya sebagai sekretaris wakil Direktur Utama yang masih begitu banyak.

"Sudah tinggal saja. Biar orang lain yang mengurusnya untukku."

Setelah Hansen memberi perintah langsung untuknya, dia langsung berkemas dan memindahkan segala barang peralatan kantornya menuju ke ruangan sekretaris pribadi Direktur Utama perusahaan yang tidak lain adalah Harvey.

Seusai meletakan barang-barangnya lalu bersama Hansen, ia pun masuk ke dalam ruangan Direktur Utama untuk memberi salam.

"Heh, lama sekali hanya untuk berkemas barang sekecil itu! Apa kau sudah gila berani membuatku menunggu?" ucap Harvey tiba-tiba, matanya membidik tajam ke arah Theala.

Melihat sikap Theala yang seperti tidak ada ketertarikan dengan kekuasaan dan ketampanannya itu membuatnya geram.

"Maaf Tuan, saya telah lancang dan kurang ajar sudah membuat anda menunggu," ujar Theala.

Cih, orang gila macam apa yang mendadak menjadi bosku!

Bukankah untuk di pindah tugaskan setidaknya harus diberikan waktu berkemas?

Mengingat bahwa Harvey adalah orang yang seenak hatinya Hansen pun membantu menenangkan situasi. Khawatir primadona World Grup, bisa-bisa akan melarikan diri dari perusahaan.

"Aku langsung menyuruhnya ke ruanganmu saat dia belum selesai untuk berkemas dan menuju kesini juga perlu berjalan bukan dengan sulap."

Tubuh Theala bergetar merasa ngeri dengan sikap dan tatapan Harvey orang yang baru pertama kali bertemu dengannya, namun sudah bersikap kasar dan membentaknya.

"Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi pergilah!" ucap Harvey melambai-lambaikan tangan kirinya menyuruh Hansen untuk keluar dari ruangannya tanpa melihat kakak sepupunya itu, lalu tatapannya beralih kepada Theala.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang