46

6 2 0
                                    

H-2 pesta pernikahan Harvey William.

"Apa-apaan gaun pengantin ini?!" keluh Rachel yang sedang mengenakan gaun pengantin berwarna putih polos, dengan potongan sederhana, tanpa ada aksesoris yang mencolok untuk memperindah gaun tersebut.

"Tugas saya sudah selesai. Saya pamit undur diri," jawab Kai datar tanpa ekspresi yang memuaskan. Lalu ia berbalik melangkah keluar dari pintu utama kediaman keluarga Anderson.

"Hei, aku ini Rachel! Aku juga bos mu! Pokoknya aku mau ganti gaun yang sangat megah di hari pernikahanku!"
ujar Rachel meninggikan nada suaranya.

"Gaun tersebut adalah gaun khusus pilihan dari Tuan Harvey untuk anda Nona," tanpa berbalik hanya menghentikan langkahnya Kai menjawab masih dengan suara datar. Namun, terdengar ada penekanan di setiap katanya.

Sepeninggalnya Kai dari ambang pintu utama. Rachel dan keluarga hanya mampu terdiam tanpa penolakan. Karena tentu saja bila Harvey yang sudah turun tangan sendiri, semua akan lebih rumit bila mereka tetap menentang keputusan Harvey.

Kai tidak hanya mengirimkan gaun pengantin. Namun juga, semua busana untuk Nyonya dan Tuan Anderson yang tentu saja tidak lebih mewah dari gaun pengantin tersebut.

Sebenarnya busana-busana tersebut tetap terlihat mewah dan anggun, tetapi lebih ke model sederhana yang ditujukan untuk garden party atau pun beach party yang lebih mengutamakan kenyamanan dibanding kemewahan.

**

Meninggalkan cerita dari keluarga Anderson.

Semua penghuni mansion kediaman William disibukan dengan persiapan pesta pernikahan besar-besaran. Tidak ada seorang pun yang bisa santai-santai, jika tidak ingin mendapat amukan dari Harvey, Hansen William dan juga Kai Deverra.

Bahkan, sang Ketua pun tidak mau kalah. Ia sangat bersemangat untuk ikut turun menghubungi kolega-koleganya yang entah dari dunia bisnis putih mau pun bisnis gelap dari dunia bawah yang telah ia tekuni sejak lama.

•••HATE•••

H-0 pesta pernikahan Harvey William.

"Sudah siap Tuan," ucap Kai saat memasuki kamar utama.

"Aku mengerti."

Harvey mengangguk.

Pesta megah disalah satu ballroom hotel berkelas di kota itu.

Nampak tamu-tamu undangan sangat antusias, mereka merasa sangat terhormat karena mendapat undangan untuk menghadiri pesta pernikahan dari Keluarga William, nama besar keluarga tersebut tidak dapat dipertanyakan lagi.

Suara gemuruh bisikan-bisikan tamu undangan tidak lagi dapat terelakan.

Tidak luput juga dari keluarga besar Anderson yang menjilat kesana-kemari menyombongkan posisinya sekarang yang sudah masuk ke dalam jajaran sosialita bisnis kelas atas. Karena keturunan keluarga tersebut berhasil mendapatkan Tuan Muda pewaris tunggal atas segala kekayaan dari keluarga besar ternama, William.

Akhirnya tiba saatnya dimana pengantin wanita memasuki altar.
Berjalan dengan sangat anggun memberikan senyuman paling tercantiknya, melangkahkan kakinya di atas red carpet yang menghentang panjang menuju altar, tidak ketinggalan buket bunga digenggamannya yang ia tunjukan di depan perutnya dengan wajah amat bahagia.

Suara gemuruh para tamu undangan semakin riuh menyambut pengantin wanita hingga sampai di altar. Pengantin wanita itu membungkuk kecil ke depan memberi salam dan diakhiri ia mendudukan dirinya ke kursi pelaminan.

Masing-masing gerombolan tamu sibuk berbisik, membicarakan sang pengantin wanita.

Tidak berselang lama sang pembawa acara mengumumkan bahwa pemeran utama dari pesta megah tersebut akan bersiap memasuki altar. Para tamu undangan semakin antusias karena orang yang mereka tunggu-tunggu akhirnya akan muncul.

Karena seseorang tersebut adalah alasan para undangan sangat bahagia menghadiri pesta pernikahan itu.

Tidak lain dan tidak bukan, seseorang itu adalah....

Pengantin pria mulai menginjakan kakinya di atas red carpet, jelas saja para tamu undangan kompak serentak berdiri dan bertepuk tangan meriah mengetahui sosok Harvey sudah muncul dihadapan mereka.

Namun, seketika para tamu undangan terdiam mematung ketika melihat Harvey berbalik dan berlutut tepat diambang pintu utama ballroom. Tangannya terulur siap untuk meminta seseorang menangkap uluran tangannya tersebut.

Seseorang menerima tautan tangan Harvey yang setia menggenggamnya lembut, Harvey bangkit berdiri dengan senyuman hangat, mereka berdua berjalan beriringan menuju ke altar bersama-sama. Tamu undangan bergemuruh meriah, bersorak untuk pemeran utama mereka.

Tidak ketinggalan juga beberapa di antaranya memasang raut wajah yang menahan emosi, raut kecut kemarahan dan raut malu yang luar biasa.

Harvey berjalan dengan menggandeng seseorang dilengannya.

Mengenakan blouse suit senada dengan disandingkan gaun putih megah penuh berkilapan aksesori swarovski glamor dengan rok gaun yang menggembung payung bak seperti gaun putri-putri Disneyland tak kalah ekor gaun yang menjuntang panjang dengan diiringi bridemaids yang berjalan dibelakangnya yang mengenakan gaun tak kalah glamornya.

Raut muka Rachel tidak dapat disembunyikan lagi, kedua pipinya sudah sangat merah seperti udang rebus. Entah, itu kemarahan atau terlalu malu.

Kedua bulir matanya membulat sempurna, oh apakah itu yang disebut melotot?

Yang jelas terlihat bisa saja mata itu akan lepas keluar dan jatuh menggelinding. Rachel sudah tidak duduk lagi, ia spontan bangkit berdiri ketika menyadari adanya kesalahan. Apalagi kesalahan tersebut dari orang yang juga dianggapnya kesalahan.

Siapa lagi? Kalau bukan kakak tirinya, Theala.

"Ah~~~ cantiknya mempelai wanita kita hari ini, disebelahnya sudah tak perlu di jelaskan lagi sosok Tuan Muda Harvey William memang selalu tampan menawan. Kedua pemeran utama pesta megah kita ini ingin memberikan sambutan hangat kepada para tamu undangan sekalian. Dimohon tenang dan memperhatikan apa yang ingin disampaikan oleh mempelai. Mari kita beri tepuk tangan meriah dengan singkat~~"

Pemandu acara membuka pesta dengan sangat baik, kini Harvey dan Theala sudah berada tepat di bawah altar. Sebelum menaiki tangga mereka memilih untuk berhenti untuk memberi kata sambutan.

Tentu saja, Rachel masih setia berdiri diatas altar dengan didampingi para pengawal yang sudah bersiap di kedua sisinya.

"Selamat datang para tamu undangan sekalian, terima kasih karena sudah menjadi saksi pesta pernikahan kami. Singkatnya, perkenalkan di sebelah saya adalah istri sah saya yang sudah saya nikahi beberapa bulan yang lalu secara tertutup. Mungkin beberapa keluarga bernama besar sudah mengenal istri saya. Wanita cantik yang saya nikahi dengan penuh cinta, Theala Florence."

Kalimat Harvey ditutup dengan kecupan singkat di bibir Theala. Theala menyuguhkan senyum terindahnya mengedarkan pandangannya keseluruh tamu undangan disana.

Rachel dan keluarga besarnya yang siap mengamuk Theala langsung diatasi para penjaga yang berada di setiap sudut mereka.

Tamu undangan semakin bersorak-sorai menyelamati Harvey dan Theala. Beberapa dari mereka juga mencibir sinis ke arah keluarga besar Anderson karena tadi mereka sempat merendahkan mereka.

Rasa malu dan hancur menyapa setiap anggota keluarga besar Anderson. Mereka yang tak tahan keluar begitu saja, ada juga yang memilih tetap tinggal karena malu. Jika mereka dikenali sebagai anggota keluarga dari nama Anderson.

Pesta pernikahan yang berjalan lancar sesuai rencana Harvey. Kerja tim yang sangat memuaskan, baginya ini adalah misi terbaik yang pernah ia lakukan.

•••HATE•••

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang