52

6 1 0
                                    

"Apa kau pikir aku bercanda? Aku akan memberikan tugas baru untukmu."

Harvey William sibuk merokok cerutunya, bersandar pada punggung sofa, hanya kepalanya yang sedikit ia tolehkan ke arah Lay. Menatapnya dengan sorot mata malas.

"Tugas baru?" jawab Lay Deverra menekankan nada bicaranya.

"Apakah anda ingin saya menyamar menjadi orang biasa, lalu menyerang organisasi Black Dragon dan organisasi musuh lainnya, sebagai seorang bayangan?" lanjut kalimat Lay penuh antusias.

Harvey tak bergeming, ia hanya menjawabnya dengan menghembuskan asap dari hisapan cerutunya saat menoleh ke arah Lay.

"Sudah waktunya pembantaian besar-besaran! Bermain dengan teknik seorang bayangan? Hehehe," gumam Lay Deverra.

Entah, kemana perginya senyuman hangat yang menawan itu pergi. Digantikan dengan senyuman licik yang sangat menyeramkan.

"Aku ingin kau menjadi pengawal pribadi bagi Theala yang selalu 24/7 berada disisinya. Tentu saja, kau juga harus membantunya bekerja di perusahaan. Karena aku baru saja memberinya satu perusahaan untuk dia pegang," perintah Harvey yang ternyata sangat jauh dari apa yang dibayangkan oleh Lay.

"HAH?! APA?!"

Lay yang nampak sangat terkejut sehingga meninggikan intonasinya lagi. Dia bergeleng cepat mengusir rasa frustasinya, lalu kembali tenang dan melanjutkan kalimatnya,

"Anda ingin menjadikan saya sebagai pengawal dan sekretaris pribadi wanita itu? Saya tidak mau menerima perintah ini," seru Lay, ia pun langsung menolaknya begitu saja.

"Yang barusan kau sebut sebagai 'wanita itu' adalah istri sah ku, bodoh! Dan lagi, kau berani menolak perintahku sekarang, ya? Kak Lay Deverra yang bu-di-man?"

Harvey dengan tatapan dinginnya, menekankan pada kata terakhirnya untuk mengakhiri kalimatnya.

Lay pun menelan salivanya kasar. Ia mulai paham situasi saat ini, ia sedang diancam. Meskipun tidak ada satu pun kalimat ancaman yang diucapkan oleh Harvey. Namun, Lay dengan cara kerja otaknya yang sangat tajam dapat menerima fakta bahwa ia baru saja mendapat ancaman maut.

"T-tidak Tuan. Saya hanya takut saja. Jika saya menjadi pengawal pribadi, maka tidak ada yang mengurus organisasi di Markas dan menjadi perantara langsung dari Ketua, anda, ataupun Tuan Hansen."

"Cih, ada Lucas disini. Ketua juga akan kembali ke Korea malam ini. Jadi, kau sekalian ikutlah bersamanya."

"T-tapi Tuan, bagaimana jika saya tidak kompeten mengurus perusahaan? Sebaiknya tugas itu diserahkan kepada Kai saja, dia sangat berpengalaman dalam bidang yang seperti di perintahkan anda barusan."

Dengan cepat Lay segera berkilah agar hidupnya bisa aman. Dia tidak ingin melepaskan zona nyaman kehidupannya untuk hal yang sangat ia benci -pekerjaan kantor. Lebih baik membantai ratusan nyawa musuh sendirian dari pada harus merasakan sakit kepala untuk melihat dan menghitung digit angka yang sangat banyak. Bukan karena Lay bodoh, sebenarnya otaknya sama encernya seperti Kai. Hanya saja, menurutnya pekerjaan yang monoton tidak cocok untuknya, terlalu membosankan.

"Apa kau sudah gila?! Kai sudah banyak mengurus Ketua, aku, Hansen, Theala, dan bahkan dia juga masih membantumu mengurus Markas kan?! Aku tahu pekerjaanmu sudah sangat keras dan banyak, kau juga mengurus banyak hal dan sama saling membantu kita di Korea walau pun dari sini. Tapi apa kau benar-benar tidak ingin menjalani kehidupan sebagai manusia?!"

Lay termenung beberapa menit setelah mendengar perkataan Harvey. Ekspresinya kosong, dia tiba-tiba terdiam mematung. Entah, apakah dia masih bernafas disana?

Louis, Harvey dan Lucas hanya menatapnya lekat. Apakah perkataan Harvey sangat begitu tajam sampai-sampai bisa membuatnya mematung.

"Baik Tuan Harvey. Saya menerima perintah," sahut Lay yang sudah sadarkan diri dari termenungnya.

Ucapannya membuat suasana yang tadi hening karena mungkin ada perkataan yang salah di dalam obrolan mereka berempat di ruang utama itu, menjadi pecah dan suasana menjadi lebih hangat.

Harvey mengangguk puas karena perintahnya di patuhi dan tersenyum tulus mendapat jawaban Lay yang menandakan Lay tidak marah karena perkataannya. Sedangkan Louis, kini bangkit berdiri dan berjalan mendekati Lay untuk mengusak tatanan rambut Lay dengan gemas. Seperti kebiasaan mereka saat anak itu masih kecil.

"Kau tenang saja soal itu. Kita adalah keluarga, kita akan tetap bekerjasama menjalankan tugas. Akan sangat baik kalau kau juga bisa berkerja secara fleksibel, Kai dulu juga menolak tetapi sekarang dia seperti menikmati kehidupan barunya," ucap Louis menenangkan Lay, ia sekarang menepuk pundak Lay dengan hangat.

"Bekerjalah mulai besok. Kai akan memberitahukan semuanya kepadamu," perintah Harvey yang mulai berjalan menuju penjara bawah tanah.

Sedangkan Louis dan Lay, mereka bersiap untuk kembali ke Korea seperti yang di inginkan Harvey.

**

Bau anyir darah yang sangat menyengat langsung tercium begitu memasuki lorong penjara bawah tanah itu. Bercak-bercak darah, bahkan pecahan-pecahan daging yang tercuil pun masih belum bisa di bersihkan dengan sempurna dan masih tersisa disana. Namun, mereka semua sudah terbiasa dengan semuanya itu.

"Ini dia ruangan sel mereka, Tuan."

Lucas mendahului jalan Harvey dan berhenti tepat disalah satu sel disana.

Ia menunjuk sel itu yang di dalamnya ada tawanan para anggota organisasi musuh yang sudah berlumuran darah dan luka sobek dimana-dimana, bekas tembakan peluru pun ada di masing-masing tubuh mereka.

"Apa kau sudah mendapatkan informasi penting dari mereka?"

Harvey memasang ekspresi iblisnya. Ia kembali menyelipkan cerutu disela bibirnya dan menyulutnya.

"Iya, Tuan. Mereka mengaku bahwa mereka dari organisasi Black Dragon. Dan mereka sedang mengincar Nyonya, menjadi target mereka."

"Karena itulah aku mau repot-repot datang kemari! Apa ada hal menarik yang lainnya?" ujar Harvey dengan ekspresi dinginnya yang kali ini tidak dapat terbaca sama sekali.

"Tidak, Tuan. Di antara mereka tidak ada satu pun yang mau buka mulut tentang Don mereka."

"Cih, apa saja yang kalian lakukan?! Mengurus sekumpulan tikus seperti ini saja tidak becus."

Harvey menengadahkan telapak tangannya, mengisyaratkan untuk meminta senjata api kepada Lucas.

Lucas menelan salivanya dengan sangat berat. Ia hanya menuruti permintaan Don-nya ini. Sebuah senjata api sudah berada digenggaman Harvey.

"Aku akan tunjukan bagaimana cara untuk mengurus tikus dengan baik. Kalian lihat ini baik-baik," ujar Harvey kepada seluruh bawahannya yang berada disana.

Harvey bahkan sudah menarik pelatuknya dan menodongkan senjata api itu ke dalam sel penjara itu.

"Jadi, siapa yang akan menceritakan seperti apa sosok Don di organisasi kalian? Kita mulai dari kamu!" ujar Harvey menodongkan senjata api mengarah tepat ke kepala tawanan itu.

Doorrr

Tawanan yang di todong tetap bungkam, peluru bersarang di kaki kirinya.

Harvey menanyakan hal yang sama kembali.

Doorrr

Kembali, tawanan itu menerima peluru panas di kaki kanannya. Dan tembakan itu terus berulang saat pertanyaan Harvey tidak terjawab, tembakan itu mulai naik ke kedua paha, kedua lengan, perut, dan terakhir kepala.

Ia melakukannya secara berurutan, melakukan dan menanyakan hal yang sama ke setiap tawanan yang berada di dalam sel itu.

•••HATE•••

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang