32

7 2 0
                                    

Theala

Esok hari.

Masih di rumah sakit Regina.

"Padahal tidak ada patah tulang dan hanya luka lecet juga lebam, tapi kenapa sampai harus menginap di rumah sakit?! Itu pun kamar VVIP! Arrgh~ baru tinggal semalam aku sudah hampir mati karena bosan!" gumam Theala kesal, ia berbicara sendirian di dalam kamar inapnya.

"Makanya, kenapa kau lari-lari?" ucap Harvey tiba-tiba dengan nada dingin saat melangkahkan kakinya hendak masuk, yang saat itu mendengar celoteh Theala.

"Astaga!" jantung Theala seakan mau lepas saking terkejutnya.

"Dasar bodoh! Bisa tidak sih kau tidak membuat masalah dalam sehari saja? Tolong kau diam saja dan nikmati hidup sebagai Nyonya Muda William. Oke?"

Harvey melepaskan jasnya dan ia sandarkan di sofa, lalu ia berbalik melangkah sembari melipat lengan kemejanya, mendekat pada Theala yang masih terduduk diatas ranjang pasien.

Melihat sikapnya yang seperti ini, bagaimana aku bisa mengatakan yang sebenarnya.

Theala hanya sibuk bermonolog di dalam hatinya, memandangi wajah tampan Harvey yang seakan menunjukkan ekspresi khawatir namun dengan keras dia sengaja menutupi hal itu.

"Jangan pernah berpikir untuk kau keluar dari rumah sakit sampai lukamu sembuh total!" ceramah Harvey.

"Kan cuma lecet..." Theala menjawab seadanya.

"Cuma? Kau berdarah! Sampai harus menerima dua jahitan!" geram Harvey tidak Terima dengan jawaban Theala.

"Ehem, permisi Tuan Harvey dan--" sapa seorang dokter pria yang memasuki kamar rawat Theala.

Dokter pria berparas tampan, lengkap dengan ekspresi wajah dingin yang melekat pada dirinya menjadikan hal tersebut sebagai ciri khas dan daya tarik tersendiri untuknya.

Kira-kira usianya tidak jauh berbeda dengan Harvey William.

Dokter tersebut bernama Dio Tjandra, anak dari keluarga Tjandra, ia termasuk dokter terbaik dan juga Direktur utama rumah sakit Regina termuda.

Rumah sakit ternama di negeri tersebut.

"Nona ini, kan?!" sambung Dio Tjandra saat matanya menangkap sosok Theala, melanjutkan kalimatnya yang sempat terputus tadi, "Apa kabar Nona? Sudah lama ya?"

"Kalian saling kenal?" Harvey menatap lekat dokter Dio.

"Iya," jawab Dio kompak bersama Theala yang menjawab.

"Tidak."

"Hei kalian cari mati? Jawab dengan benar!" dengus Harvey kesal mendengar jawaban keduanya yang tidak sinkron.

"Maaf dokter, tapi saya benar-benar tidak mengingat bahwa saya pernah bertemu anda," ucap Theala sopan.

"Ah... Benar juga, saat itu aku hanya tertarik saat melihatmu. Melihatmu rapuh karena harus kehilangan janin yang kau kandung, sedangkan statusmu di data saat itu kau belum menikah," jelas Dio mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang