51

6 1 0
                                    

Harvey

Sarnidia, Italy.

Capo di Tuti Capi, Don World Rider, atau dikenal sebagai Ketua. Louis William. Memiliki kebiasaan meninggalkan kota untuk menghindari musuh dan polisi.

Pada puncak kekuasaannya, seperti sekarang nyawanya sangat terancam karena menjadi sasaran musuh yang sangat ingin menggantikan posisinya dari jabatan Capo di Tuti Capi.

Ayah membeli sebuah villa spektakuler di pulau Sardinia, Italy.

Villa seluas 30,000 meter persegi tersebut ia bangun menjadi sebuah mansion.

Beliau paham benar akan keselamatan dirinya dan juga untuk tambahan fitur keamanan seperti pemasangan tembok setinggi 10 meter lengkap dengan lampu sorot, serta rumah jaga, cabana, gua bunker, dan tidak ketinggalan juga dengan penjara bawah tanah yang sudah dirancang sangat khusus agar tawanan tidak dapat meloloskan diri.

Dapat dibilang, mansion di Italy ini lebih seperti benteng karena fasilitas untuk pertahanan diri lebih kuat dari mansion yang berada di Korea. Itulah alasan kenapa mansion di Italy ini lebih cocok untuk dijadikan sebagai Markas Besar organisasi untuk klan World Rider yang berada dibawah naungannya.

Berbeda dengan mansion di Korea karena hanya ditinggali oleh keluarga William.

Di mansion Italy ini ditinggali oleh orang-orang kepercayaan Louis William, yang kini mereka berada dibawah naungan organisasi dunia bawah yang di pimpinnya.

Begitu helikopter mewah itu berada diatas mansion, banyak orang yang sudah bersiap untuk menyambut kedatangan Don mereka yang sudah siap hendak mendarat.

"Selamat datang kembali di Markas Besar, Tuan Harvey."

Semua orang yang sedang berkumpul disana memberi hormat dengan sedikit membungkukkan badan mereka ke depan dan menyapa dengan serentak, menyambut kedatangan seorang Harvey William yang baru saja turun dari helikopter itu.

"Selamat datang kembali di Markas Besar, Tuan Harvey. Sudah lama anda tidak berkunjung kesini," sapa Lay, orang kepercayaan dan tangan kanan Louis untuk mengatur segala yang diperlukan untuk organisasi mereka di Italy.

Kedudukannya sama dengan Kai, benar sekali jika ada yang menebak Lay adalah saudara kandung Kai. Tepatnya, Lay adalah kakak kandung Kai. Meski pun mereka sama sekali tidak memiliki kemiripan fisik, namun mereka mewarisi ketajaman otak yang sama.

"Ketua sudah menunggu anda di dalam," ucap Lay kembali dengan senyuman hangat khas miliknya, saat Lucas sudah berjalan beriringan dengan mereka berdua.

Berbeda dengan Kai yang memiliki wajah yang tegas dan juga mimik wajah dingin. Lay memiliki wajah yang hangat dan sangat murah senyum, dua kepribadian yang sangat bertolak belakang ini benar-benar mewarisi darah yang sama. Yang menjadi keduanya terlihat mirip dan cocok disebut saudara kandung adalah kepribadiannya.

Seluruh anggota klan langsung menundukkan kepala mereka saat Harvey William berjalan melewatinya.

Selama ini, ayah memang sedang bersembunyi di mansion Italy.

Beliau sering bolak-balik untuk mengecoh musuh dan polisi. Entah, cara apa yang beliau lakukan. Sehingga polisi sangat sulit mengenali bahwa mansion di Korea adalah rumah Don Mafia terbesar di dunia.

"Bagaimana situasi di Markas?" tanya Harvey kepada Lay yang terus mengikuti di belakangnya bersama dengan Lucas dan beberapa anggota lainnya berada di belakang Lay dan Lucas.

"Situasinya tidak terlalu buruk, Tuan. Dan kami juga telah berhasil menyandra beberapa anggota dari klan musuh yang ada di perbatasan," jawab Lay yang melaporkan segalanya tanpa ada yang ia sembunyikan sedikit pun.

"Dimana orang-orang itu sekarang?"

Harvey menanyakan keberadaan orang-orang yang dimaksud Lay.

"Berada di penjara bawah tanah, Tuan," sahut Lay dengan segera.

Harvey hanya menganggukan kepalanya, mengisyaratkan paham. Kini mereka sudah berada tepat di ruang mansion utama, dimana tempat tinggal untuk Don dan orang kepercayaannya.

Mereka duduk di sofa mewah yang disediakan disana. Lay mempersilahkan Harvey untuk duduk berhadapan dengan Louis. Disusul Lay dan Lucas yang ikut bergabung dengan duduk bersama di satu sofa panjang disana.

"Bagaimana? Kau sudah menemukan siapa dalang yang menyerang orang-orang kita di perbatasan?" tanya Harvey dengan menunjukan ekspresi dinginnya.

"Seperti yang telah Tuan perkirakan sebelumnya, organisasi dari klan Black Dragon mengirim beberapa anggota mereka untuk mulai menyerang klan kita. Pergerakan mereka semakin terlihat dan mudah dibaca setelah berita tentang pernikahan anda muncul dan menjadi bahan perbincangan media," jelas Lay.

"Apa kau juga sudah tahu bahwa mereka sedang mengincar Theala?"

Kali ini Louis yang angkat bicara setelah hanya menyimak obrolan anak-anaknya.

"Sudah, ayah. Saya sudah memperkirakan hal itu akan terjadi, jadi saya menyiapkan keamanan jauh lebih ketat dari biasanya. Ayah sebaiknya kembali ke Korea, kemungkinan mereka akan menyerang di mansion Korea sangat sedikit. Sepertinya sebentar lagi, saya harus mulai untuk bermain dan menyelesaikannya disini," jawab Harvey dan mencurahkan isi pikirannya.

"Apa kau baik-baik saja disini sendiri?"

"Ini adalah tugas saya, bukankah ini yang ayah inginkan selama ini?" jawab Harvey menatap lekat manik hitam Louis.

Louis hanya berdecih kesal, membenarkan perkataan putra semata wayangnya itu.

"Psst! Lucas! Dia beneran Tuan Muda Harvey kita, kan? Kau tidak sedang salah membawa orang, kan?"

Lay menanyakan apa yang ada di kepalanya saat ini pada Lucas. Suara Lay sedikit berbisik, namun bisikan itu masih mampu terdengar sangat jelas oleh Louis dan Harvey disana.

Lucas pun hanya membalas dengan senyuman melihat kebingungan Lay dan para anggota yang sedang berjaga disana, yang pertama kali mendengar kabar tentang itu.

Bahkan, mengenai perubahan drastis dari sikap Tuan Mudanya yang sebelumnya sangat anti untuk masuk dan ikut campur kembali ke dalam urusan organisasi.

Karena memang sedari awal Lucas tidak tahu-menahu apapun. Otak Lay terus bertanya-tanya, kemanakah perginya sosok Tuan Mudanya yang angkuh, kekanakan, dan sangat keras kepala itu.

Kali ini Harvey menoleh dan menatap sosok Lay dengan sangat tajam, ekspresi dinginnya sangat menakutkan saat ini.

"Lay, ikutlah bersama Ketua. Sudah waktunya kau belajar tentang perusahaan."

"WHAT THE HELL?!" seru Lay yang benar-benar syok saat mendengar perintah untuknya.

Dia bahkan lebih tidak percaya lagi, Tuan Mudanya saat ini sedang tengah tersenyum bahagia setelah mengucapkan perintah itu dengan tatapan membunuh.

"Rupanya kau sudah bosan hidup?" tanya Harvey masih setia dengan nada dinginnya.

Kali ini ia tidak memperhatikan Lay, ia sibuk menyelipkan sebatang cerutu disela bibir merah mudanya dan kemudian menyulutnya.

"A-anu... I-itu perintah Tuan sangat tiba-tiba dan tidak dapat masuk ke dalam akal sehat saya, karena anda sangat tahu kalau saya sangat membenci pekerjaan kantor. Jantung saya hampir copot saking syoknya hehehe."

Lay masih berpikir mungkin Tuan Mudanya hanya mengancam dan menggodanya saja. Lay bahkan masih bisa cengengesan dan tersenyum sangat hangat.

•••HATE•••

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang