11

15 7 0
                                    

Harvey kembali ke meja makan tempat ia duduk dengan Rachel. Dengan sukses mengakhiri makan malam di restoran mewah yang bagaikan neraka baginya di malam itu.

Melihat Hansen dengan senangnya ikut serta merasakan kesenangan dari mainan favorit miliknya yaitu Theala.

Dari kejauhan ia tidak ada henti menengok, mencuri pandang sambil menghabiskan makanannya dan berpura-pura bersikap baik kepada Rachel yang sedang bersamanya saat itu.

Saking bahagianya Rachel sama sekali tidak menyadari bahwa di meja makan suatu sudut sebelah sana ada kakak tirinya menikmati makan malam bersama seorang pria.

Juga tidak menyadari tangan Harvey yang berdarah akibat perbuatannya beberapa saat lalu, meninju dinding yang sama sekali tidak bersalah.

***

Theala
Suasana di perusahaan berjalan seperti biasanya. Yang berbeda hanya CEO yang tidak kunjung tiba di kantornya. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. Waktunya makan siang telah tiba.

Theala yang sedari tadi sibuk menghubungi nomor Harvey tak kunjung membuahkan hasil.

Ia bingung apa yang sebenarnya sudah terjadi kepada atasannya itu, semua jadwal yang telah ia susunnya menjadi berantakan di hari itu.

Hansen.

Aku harus meminta tolong kepadanya. Bertanya sedang berada dimana Tuan Harvey sekarang.

**

Namun hasilnya sama, Hansen pun juga tidak tahu menahu. Hanya jawaban tidak jelas menjerumus bercandaan yang Theala dapatkan.

Ia memutuskan untuk pergi makan siang terlebih dahulu dan ia pergi bersama Hansen.

Entah sudah berapa minggu ia dan Hansen selalu bersama setiap saat, bukan hanya di kantor tetapi juga di luar jam kantor.

Theala tidak berpikir banyak dengan sikap Hansen yang baik kepadanya akhir-akhir ini, karena memang dia mantan atasan yang dulu setiap hari selalu bekerja bersamanya.

Mungkin hal yang wajar bila mereka menjadi dekat dan sering makan bersama.

Juga sikap Hansen sangat berbeda dengan Harvey yang tidak sewajarnya kepada Theala.

Sebagai atasan yang ia layani setiap hari sudah wajar bila perihal urusan pekerjaan sebagai sekretaris pribadinya.

Namun, saat di hari pertama Theala bekerja disisi Harvey pun sudah mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh yang seharusnya itu adalah tindakan yang sangat tercela.

Hanya sebagai pegawai bawahan Theala juga tidak mampu melawan hingga Harvey memperlakukannya seperti itu terus menerua dengan mengancam Theala.

Hingga janin di kandungan Theala tercipta dengan sendirinya.

Karena Theala tidak pernah berpikir hal itu akan terus berlanjut karena Harvey tidak selalu rutin terjadwal memainkannya hanya saat Harvey merasa bosan.

Theala juga tidak tahu jelas kapan mood Harvey akan merasa buruk, jadi ia tidak pernah bersiap dan mencoba meminum pil kontrasepsi untuk mencegah ini terjadi.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.10 saat ini. Harvey sudah duduk di balik meja kerjanya.

Bertanya-tanya dimana mainan favoritnya itu berada, ini sudah lewat dari jam makan siang.

Hingga ia melihat Hansen mengantarkan Theala kembali ke ruangannya. Bergegas ia menelpon telpon di meja kerja Theala untuk menyuruhnya masuk ke dalam ruangannya.

Kenapa tiba-tiba dia sudah berada di kantornya? Padahal sedari tadi dia sangat sulit untuk dihubungi.

Tanpa berpikir panjang lebar ia langsung menghampiri Harvey sambil membawakan kopi yang sering ia buatkan.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang