57

8 1 0
                                    

Theala
Lihatlah kesini Tuan Harvey, siapa yang sekarang berada disini, lihatlah baik-baik dengan kedua matamu itu!

Istrimu sampai datang ke Italy!

Untuk menangkap suaminya yang selingkuh hingga lupa rumah dan tidak pulang-pulang.

Mari ku tunjukan bagaimana sosok istrimu yang sekarang setelah kau tinggalkan selama tiga tahun ini.

Klotak Klotak Klotak

Suara hentakan dari sepatu heels ku menemani langkahku, sengaja aku berjalan dengan sangat anggun dan elegan bak seorang model profesional yang sedang pentas di atas panggung.

Bagus, matamu harus terus seperti itu.

Menatapku tanpa henti, terus lihat aku, Harvey!

Tak

Lagi-lagi aku sengaja menghentakan kaki ku sedikit lebih keras ketika aku sudah sampai ke meja mereka. Aku berdiri menghadap Harvey dengan dia yang masih setia menatapku lekat.

Pyurr

"OH MY GOD!" ucap wanita bule itu.

"Sorry, my hand slip," ucap Theala dingin dengan ekspresi wajahnya yang datar.

(Maaf, tanganku licin.)

Sedangkan Harvey masih tetap diam mematung dalam duduknya, menatap mataku sangat lekat. Bukan tatapan tajam, tapi tatapan yang sangat dalam.

Jujur, baru kali ini aku melihatnya seperti ini.

"WHAT'S WRONG WITH YOU?!" ucap wanita bule itu lagi.

(Ada apa denganmu?!)

"Mr.Harvey, are you ok?" kini fokus wanita bule itu ke Harvey.

(Tuan Harvey, apa kau baik-baik saja?)

Dengan panik wanita bule itu mengusap wajah dan badan Harvey yang baru saja ku siram segelas whisky. Sedangkan Harvey tetap diam dengan matanya yang tak pernah lepas dariku. Mereka berlaku seperti sudah lama berpacaran, rasanya aneh.

Lebih tepatnya, apa harus dikatakan 'menjijikan.'

"HEI YOU?!" bentak wanita bule itu padaku.

(HEI KAU?!)

"Tidak usah berlebihan. Dia bilang tidak sengaja."

Akhirnya Harvey membuka mulutnya. Tangan kanannya menghentikan wanita bule itu karena sudah mau menyerang Theala.

"Tidak sengaja pun tetap saja!" wanita bule itu berbicara terus.

"Aku baik-baik saja," ucap Harvey dengan nada dingin dan menekan hingga membuat wanita bule itu diam.

Kini fokusnya kembali padaku lagi, bahkan ia tersenyum dengan sangat menawan, "Nona Theala, orang tentu bisa melakukan kesalahan."

Nona?

Terlebih senyuman yang aku lihat setelah tiga tahun, kenapa suaranya juga bisa selembut ini? Aku benar-benar tidak ingin bertemu kembali dengannya seperti ini. Benar-benar terburuk.

"Nona? Panggil saya Nyo-nya Theala. Saya kasihan pada suami saya kalau dia tidak di akui," ucap Theala menekankan kata Nyonya.

Sepertinya aku menyesali keputusanku untuk menyusulnya kesini...

Aku pikir datang ke Italy untuk memperluas koneksi bisnisku, tapi ternyata bukan. Daripada bangun koneksi bisnis sepertinya ini semua gara-gara suami.

Persetan dengan suami ataupun pernikahan!

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang