23

8 4 0
                                    

Waktu telah cepat berlalu.

Hari pertunangan. Bertempat disalah satu hotel berbintang ternama di kota itu. Menempati fasilitas ruang ballroom termegah yang dimiliki hotel tersebut. Rangkaian bunga ucapan selamat dari beberapa rekan bisnis keluarga Anderson berjejer memenuhi disepanjang koridor ballroom. Sedangkan suasana tepat didalam salah satu kamar executive VVIP hotel tersebut.

"Bagaimana semuanya?" tanya Harvey memastikan.

"Sudah siap untuk memulai pertunjukannya," jawab singkat Hansen.

"Apa yang harus ku lakukan?" tiba-tiba Harvey nampak ragu.

"Apa maksudmu?"

"Tadinya aku berniat untuk mempermalukan keluarga mereka di acara ini..."

"Tunggu. Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan?"

"Apa kau sekarang menjadi bodoh?"

"J-jangan bilang kau mau mengubah skenario kita di detik terakhir?" tanya Hansen ragu.

"Bagaimana kalau kita tetap melanjutkan permainan mereka?Coba kau pikir, bodoh! Kalau kita hanya mempermalukan mereka sampai sini saja, apa itu cukup?" perjelas Harvey panjang kali lebar.

"Ah... Kau benar juga, sepupuku! Tapi apa kau benar tidak keberatan terus bermain menjadi pemain utama aktor dokumenter pembalasan ini?"

Harvey kini beranjak dari sofa lalu berjalan kesisi jendela kamar tersebut, menyandarkan tubuhnya di dinding kaca dan mengedarkan pandangannya keluar jendela seakan sedang mencari seseorang.

"Apa orang-orang kita tidak ada satu pun disini?"

"Untuk apa? Bukankah skenario awal memang pertunangan ini tidak di hadiri oleh pihak kita?"

"Kalau begitu hubungi semuanya untuk segera kesini, hanya panggil mereka untuk berlangsungnya skenario pihak penting tidak perlu datang," jelas Harvey.

"Oke aku paham. Tapi apa kau benar yakin?"

"Percayakan padaku."

"Lalu bagaimana dengan Theala?"

"Aku akan mengurusnya nanti. Urus saja semua yang aku suruh."

"Baiklah... Toh, dia juga istrimu, bukan urusanku kalau-kalau akan ada perang dingin di rumah tangga kalian," Hansen seakan mengingatkan.

Tak perlu memakan waktu terlalu lama untuk mengatur ulang skenario dokumenter pembalasan ala William. Bak tim profesional dalam penggarapan naskah untuk sebuah film. Segalanya telah rampung disusun dengan begitu apik dan rapih, tidak ketinggalan juga begitu pun sudah tersemat dengan list aktor-aktor yang akan ikut meramaikan skenario tersebut.

Semua orang-orang panggilan Hansen sudah tiba di hotel dan mulai ikut berkumpul di ballroom tempat dimana diadakannya acara pertunangan palsu.

"Para hadirin sekalian terima kasih banyak atas waktu yang telah anda luangkan untuk menghadiri acara yang sangat penting bagi kami, keluarga Anderson dan William," seorang pemandu acara telah memulai acara.

"Mari kita sambut peran utama dari acara kita yang meriah ini... Kepada Tuan Muda Harvey dan Nona Rachel di persilahkan menempatkan diri ketengah lantai dansa."

Harvey pun dengan gentle menghampiri Rachel mengulurkan tangan kanannya mengisyaratkan Rachel untuk berdansa dengannya. Begitu pun Rachel dengan sigap langsung menyambar tangan Harvey yang telah terulur di hadapannya tanpa basa-basi.

Keduanya berjalan dengan anggun menuju tengah lantai dansa, tangan Rachel senantiasa tertaut di lengan kanan Harvey bak seorang pangeran dan putri kerajaan yang berwibawa.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang