Theala
Theala sudah seperti istri yang sangat baik merawat dan melayani suaminya tanpa ada kesalahan pun. Dari menyiapkan makanan, perlengkapan dan kebutuhan, hingga untuk mandi suami.Gemercik air terdengar dari dalam kamar mandi. Theala sedang menyiapkan air hangat untuk mandi suaminya. Harvey pun ikut masuk ke dalam kamar mandi, sebelum di persilahkan oleh istrinya.
"Aku sangat menginginkannya," kata Harvey sambil memeluk Theala dari belakang.
"Tuan, disini sangat licin. Tolong lepaskan, ini sangat berbahaya dan lebih baik segeralah mandi. Saya akan menunggu anda di kamar," ucap Theala berusaha melepaskan pelukan Harvey.
"Kenapa kita tidak memulainya dengan mandi bersama?" ujar Harvey melepaskan pelukannya.
"Ini sudah terlalu larut, Tuan. Tidak baik berlama-lama terkena air, terlebih lagi saya juga sudah mandi," ucap Theala meninggalkan Harvey di dalam kamar mandi.
Seperti mendapatkan keberanian yang sangat besar. Entah dari mana. Theala mampu terus menerus menjawab dan menolak ajakan Harvey.
Beberapa saat kemudian Harvey keluar dari kamar mandinya. Benar-benar ia menyelesaikan mandi dengan waktu yang sangat singkat. Ia melihat istrinya sudah tertidur di sofa. Tidak membuatnya berhenti mengganggu dan menghentikan keinginannya. Ia menghampiri istrinya itu.
"Thea.. Apa kau benar-benar sudah terlelap tidur? Tidak bisa kah kau mendengarku?" tanya Harvey saat ia duduk di samping tubuh Theala.
"Sepertinya kau benar-benar sedang bermimpi sangat indah ya? Sehingga bisa tidak memperdulikanku samasekali?" sambung Harvey.
Karena ia merasa tidak ada hasil habislah kesabarannya. Ia langsung mengangkat tubuh istrinya. Menggendongnya di bawa ke ranjang.
Theala masih konsisten dengan berpura-pura sudah tertidur sangat lelap."Thea, kau benar-benar bukan istri yang baik," ucap Harvey ketus tepat di telinga Theala.
"Apa maksudnya?! Saya sudah melayani, membantu dan mempersiapkan semuanya sebagai seorang istri," ujar Theala yang bangkit mendudukan badannya.
Theala tanpa sadar terpancing dengan ucapan Harvey. Lupa bahwa sedari tadi ia sudah apik berakting, tapi sekarang hancur sudah semuanya.
"Oh, ternyata kau belum tidur?" ucap Harvey.
"Saya terbangun karena kaget mendengar ucapan anda," ucap Theala menampik.
"Memang benar kan?! Kau bukan seorang istri yang baik?!" pekik Harvey.
"Dimana letak kesalahan saya? Saya sudah melayani anda dengan sebaik mungkin," tanya Theala.
"Tapi belum pernah sebagai istri," ucap Harvey acuh.
"Ah.. Tuan sedang ingin bermain rupanya. Baiklah. Tolong tunggu sebentar," ujar Theala pasrah.
"Kau mau kemana?! Apa yang sedang kau lakukan?!" tanya Harvey.
"Bukankah Tuan ingin memainkan tubuh saya? Saya hanya boneka untuk Tuan. Jadi, bukankah Tuan tidak ingin saya mengandung anak Tuan Harvey?" kata Theala sambil mencari pil kontrasepsi dan hendak meminumnya.
"Hei, hentikan! Apa kau sudah gila?!" bentak Harvey sambil meraih tangan Theala yang memegang pil itu.
"Tapi Tuan waktu itu yang memberikan obat ini kepada saya?" jawab Theala.
Harvey menarik Theala kembali ke ranjang. Mendudukan ia disana.
"Sekarang kau istri ku. Walau pun kau hanya sebuah mainan bagi ku. Tapi bila kau mengandung anak ku itu tidak masalah sekarang. Anak itu akan tetap menjadi anak ku. Darah daging ku dan penerus ku!" ujar Harvey kesal.
"Lalu bagaimana dengan saya, Tuan?" tanya Theala.
"Aku bisa memberikan sebagian hartaku untukmu saat kau pergi. Tapi itupun kalau semua tugasmu sudah selesai dengan baik dan benar," ujar Harvey.
"Maksud, Tuan? Anda akan memisahkan saya dengan anak saya?" tanya Theala lemas mendengar apa yang telah terucap dari Harvey.
"Sudahlah! Jangan Banyak bertanya. Lanjutkan saja tugasmu," jawab Harvey.
Harvey membuka botol pil itu lalu membuang semua isinya ke dalam kloset di dalam kamar mandi di kamarnya.
"Awas sampai kau berani meminumnya lagi!" ucap Harvey mengancam.
Theala menggenggam erat pakaiannya. Merasa sangat ketakutan dan ngeri atas sikap Harvey kepadanya. Yang barusan ia lihat benar-benar kenyataan. Bukan hal yang sedang di mimpikannya dalam tidurnya.
"Apa kau benar-benar tidak ingin melayaniku sebagai istri? Bahkan malam ini di saat aku sudah sangat ingin menginginkannya? Apalagi sampai aku sudah memintanya darimu?" ujar Harvey menyadarkan lamunan Theala.
Theala sama sekali tidak mampu bergeming. Hanya kedua tangannya yang bergerak. Melonggarkan genggamannya. Perlahan melepaskan satu persatu balutan kain yang menjadi busana di tubuh indahnya. Seakan berkata, "Silahkan mulai menikmati permainan anda dengan puas Tuan."
Harvey yang melihat tingkah Theala di depannya sudah memberikan ijin untuknya memulai hal yang paling ia sukai. Tanpa basa-basi ataupun perasaan sungkan muncul di benaknya. Ia langsung menghampiri istrinya itu, bak raja hutan yang siap menerkam dan melahap mangsanya.
"Mari kita perankan status suami istri dengan baik dan benar di depan orang lain. Walaupun kau hanya sebatas mainan bagiku, hanya kau dan aku yang perlu mengetahuinya," ucap Harvey di telinga Theala.
Harvey memulainya dari sisi kegemarannya, yaitu tengkuk leher Theala. Menciuminya dengan lembut dan sesekali meninggalkan cap kepemilikan disana.
"Bukannya seharusnya kau merasa sangat bersyukur bisa memainkan peran sebagai istriku? Sedangkan wanita lain berlomba-lomba di luar sana! Bahkan, adik tirimu sangat menginginkannya," ucap Harvey sambil mengikat rambut Theala dengan karet kunciran.
"Terima kasih banyak, Tuan. Ini adalah suatu kehormatan bagi saya dapat menjadi istri anda," ucap Theala terbata-bata sedikit menggigit bibir bawahnya menahan emosinya yang nyaris meluap.
"Sadarkah kau?! Aku sedang membantumu membalas dendam kepada keluarga itu! Aku berjanji tidak akan berbuat jauh kepada mereka asal kau bisa patuh denganku!" ujar Harvey sambil menidurkan tubuh Theala dan menindihnya dengan tubuhnya.
"Apakah saya boleh mengetahui ada apa sebenarnya?" tanya Theala.
"Tidak! Kau hanya perlu patuh saja," jawab Harvey melanjutkan aksinya.
"Tuan Harvey..." ucap Theala saat merasakan tubuh Harvey sudah menahan di puncaknya.
"Aku akan bermain lembut kali ini. Sebagai penyambutanmu menjadi istriku," ujar Harvey.
Selain tengkuk leher Theala. Harvey juga sangat menggemari dua gundukan kembar milik Theala. Ukurannya yang pas, tidak besar juga tidak kecil. Benar-benar ukuran proporsional bagi telapak tangannya.
"Thea... Aku tidak akan menyalahkanmu bila nanti kau jatuh cinta pada ku. Meskipun aku tidak bisa membalasnya, tapi kau boleh terus berada disisiku," ujar Harvey lalu mengecup dan mencium bibir mungil Theala lalu turun sembari terus mencium inci per inci tubuh Theala.
Apakah hanya untuk itu aku diciptakan dan hidup di dunia ini.
Hanya boleh untuk mencintai tanpa dicintai seseorang yang sekarang menjadi suamiku ini.
"Thea... Maafkan aku," ujar Harvey saat juniornya sudah siap untuk mencetak super gol di gawang milik Theala.
Apa?
Maaf?
Apakah aku salah dengar?
Kenapa tiba-tiba Tuan Harvey bisa mengucapkan kata maaf kepadaku?
Ini baru pertama kali dia sudi mengucapkan kata itu.
•••HATE•••
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
FanfictionSebuah cerita klise roman picisan tentang wanita cantik bernama Theala, yang telah dibuang oleh keluarganya dan dipertemukan dengan pria tampan konglomerat bernama Harvey. Rank in #5 Perkantoran 2021 Rank in #21 Fall in Love 2022 Staring; EXO ( Se...