42

6 2 0
                                    

Theala
"Ibu! Ibu! Kita mau kemana?"

Hembusan angin di sore hari itu menembus helaian-helaian pakaian, terdengar suara yang di timbulkan dari langkah-langkah kaki yang bergesekan dengan rerumputan di ladang tersebut.

Angin yang berhembus semakin kencang dengan di temani langit yang sudah mulai menggelap, karena awan-awan nampak pekat seperti akan turun hujan deras sebentar lagi.

"Ibu?"

Gadis kecil itu terus-terusan bertanya dengan wajah polosnya, jemari mungilnya bertaut dengan tangan wanita dewasa ketika ia terus melangkah diatas rerumputan hijau.

"Ibu!l! Sakit! Hiks, hiks, tolong pelan-pelan..."

Gadis kecil itu merengek karena jemarinya mulai terasa perih, karena genggaman erat nan kasar yang terus menyeretnya untuk terus berjalan mengikuti langkah si wanita dewasa yang dipanggilnya ibu tersebut.

"Diam! Aku bukan ibumu!"

Akhirnya si wanita dewasa itu membuka mulutnya setelah berjalan sangat jauh, semenjak turun dari dalam mobil.

Gadis kecil itu pun tersentak. Ia mematung, menengadahkan kepalanya untuk dapat memandang wajah cantik si wanita dewasa itu. Matanya kini sudah sangat nampak merah dan mulai berkaca-kaca.

Bruuukk

"Ouchh! Ibu sakit hiks, hiks..."

Dan pada akhirnya gadis kecil tersebut menangis, setelah badannya didorong dengan kasar dan jatuh diatas rerumputan.

"Ibu! Ibu! Aku mohon jangan tinggalkan aku!"

Gadis kecil itu terus berteriak-teriak sambil berlari-lari dengan langkah kecilnya, menyusul wanita dewasa itu.

"Ibu!! Maafkan aku! Aku sudah menjadi gadis kecil yang nakal! Tolong maafkan aku ibu!"

Tangisannya pun semakin kencang, setelah wanita yang dipanggilnya ibu itu pergi meninggalkannya dengan sangat cepat ia melangkah menjauh. Hingga dari kejauhan terlihat mobil yang membawa mereka sampai kesana itu melaju pergi tanpa dirinya.

"Huaaaaa! Hiks, hiks, ibu aku takut..... Ku mohon hiks, hiks, ma-maafkan aku!"

Dengan lutut yang sudah lecet-lecet sedikit berdarah, dan gaun kecil berwarna Orange yang sudah sangat kusut bahkan kotor terkena tanah.

Gadis kecil itu merundukan kepalanya, menangis sejadi-jadinya sembari terus-terusan mengucapkan kata-kata maaf dengan terus mengucek-ucek kedua mata lentiknya.

Hari pun benar-benar menjadi gelap ditambah dengan awan yang sudah sangat nampak mendung gelap.

Gludhukk Dyaarrr

Suara dan kilatan petir menyapa gadis kecil itu ditengah tangisannya, ia ditemani rintikan hujan deras yang langsung saja mengguyur badan mungilnya ditengah ladang hijau yang sangat luas itu. Bersyukurnya petir tidak menyapa tepat diatasnya, ia masih selamat.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang