27

13 3 0
                                    

Harvey
Jalan 50 km wilayah Georgia, Amerika Serikat.

Zraaaazzh

Suara riuh hujan deras, rintikannya setia menghantam atap mobilnya, menemaninya dalam perjalanan pulang Harvey William kembali ke bandara dimana jet pribadinya berada.

Tiiiiiiiinnn! Tiiiiiiiiiinn!

Terlihat truk barang berwarna putih yang melaju dengan kecepatan tinggi mengarah ke mobil yang sedang di kemudikan Harvey.

Duuaaaarr

Kecelakaan pun tak dapat di hindari, naas, bukan mobil Harvey yang tergencet oleh laju truk barang dengan kecepatan tinggi itu. Namun, mobil yang berada di belakangnya rengsek seketika, Harvey berhasil membanting setir menghindar, mobil miliknya menabrak pembatas pagar jalan dan menerobos masuk ke dalam lahan perkebunan di sekitar jalan tersebut.

Zrraaaaazzh

"Hosh..... Hosh...... Hosh......" Harvey merangkak berusaha keluar dari mobilnya.

Tap tap tap! Jleeebb!

"Gaaarrghh!" jeritan Harvey yang pinggang belakangnya telah ditusuk pisau oleh lelaki berperawakan gagah mengenakan pakaian serba hitam tak luput dengan topeng Beanie, yang diyakininya adalah seorang ajudan mafia.

Beberapa saat kemudian beberapa pria yang diduga oknum dari organisasi yang sama, muncul berkumpul seakan menghadang dan mengintimidasi Harvey yang sedang tersungkur disana.

"Cecunguk-cecunguk ini, apa yang sedang berusaha kalian lakukan!" tanya Harvey yang berhasil memegang salah satu kaki pria tersebut.

"Hahahaha! Hah... Don kita yang polos, kau masih belum sadar juga? Memang sudah waktunya Bos kita pergi, ya?" ucap seseorang yang muncul dari balik ajudan-ajudan itu.

"Apa?! Keparat sialan!" ucap Harvey yang langsung bangkit berdiri dan melancarkan tinju kepada pria itu.

Buaakk

"Wah~ Memang benar ya katanya, tua berpengalaman lebih baik daripada darah muda. Yah~ Untungnya aku sudah mempersiapkan diri," ucap kembali pria itu terkekeh setelah menerima pukulan dari Harvey diwajahnya.

Cttaakk

Pria itu menjentikkan jarinya, memberi isyarat kepada para bawahannya.

Tap tap tap

Perkelahian tak terelakan, Harvey di keroyok secara membabi buta oleh oknum-oknum tersebut.

Sat sat sat

"Hosh.... Hosh.... Hosh... Heint, bajingan sialan, sejak kapan kau?!" Harvey terengah-engah dan sudah mulai terhuyung-huyung, karena darah yang keluar dari tusukan pisau tadi semakin deras.

Buughh! Kraaakk!

"Uh..... Uhuukk," rintih Harvey.

"Semuanya~ Bos besar kita memutuskan untuk mengundurkan diri. Antar dia dengan sopan ya~" ujar Heint dengan senyuman sinis.

"Hosh... Hosh... Hosh... Uh... Dasar berengsek! Kacau balau! Uh... Uhuukk!" kini Harvey berjalan merayap dari pohon satu ke pohon lainnya, ia pun kehilangan kekuatannya dan tersungkur di salah satu pohon besar di dalam hutan.

"Heint, sialan! Sebenarnya sejak kapan? Akan ku bunuh.... Hoeeekk," ujar Harvey sesaat sebelum ia memuntahkan darah.

Harvey melihat bekas muntahannya di tanah, ekspresinya menunjukkan bahwa dia tidak menduga kalau ia bisa kalah saat melawan teri-teri tadi.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang