33

6 2 0
                                    

Satu minggu kemudian.

Beberapa rentetan prosedur pemeriksaan sudah dijalani Theala dengan sangat patuh. Karena ia sangat ingin segera kembali di kehidupannya.

Namun, tanda-tanda dia sudah diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit tak kunjung terlihat juga.

Theala membuka matanya, ia terbangun dari tidurnya. Ya, karena hanya dengan tidur ia akan melupakan rasa bosan yang sudah menghantuinya selama berada di rumah sakit.

"Jas itu? Apa Tuan Harvey berada disini?" gumamnya.

Bola mata Theala mengedar ke seluruh sudut ruang, mencari sosok Harvey, "Ah, apa dia sedang di toilet?"

Fokusnya kini beralih ke sekeliling tubuhnya, hingga ke laci-laci meja nakas disebelah ranjang pasien.

"Aduh, ponselku dimana sih? Perasaan aku selalu menaruhnya di dekat ku. Kenapa tidak ada," gumamnya karena kehilangan barang yang sudah seperti nyawanya selama berada di rumah sakit.

"Sedang apa kau?" tanya Harvey yang keluar dari balik pintu toilet kamar itu.

Melihat Theala sibuk kesana-kemari seperti cacing kepanasan. Harvey semakin penasaran, sebenarnya ada apa.

Kini Harvey sudah berada tepat di samping Theala yang masih belum sadar keberadaannya, masih sibuk dengan kasus ponselnya yang mendadak hilang.

"Ada apa, Thea?" tanya Harvey.

"Astaga! Ah.. Eh..." ucap Theala yang terkejut saat dia menengok ke samping karena tiba-tiba Harvey sudah berada disampingnya.

Berkat kagetnya ia hampir terjatuh ke belakang. Untungnya sebelum itu terjadi, Harvey berhasil menangkap tubuh Theala dan menopangnya dengan salah satu lengannya.

Cukup terasa lama, mungkin sekitar dua sampai tiga menit, Theala bertahan dengan posisi itu, fokusnya hilang di serap tatapan wajah keduanya yang terpaut sangat dekat.

"Sampai kapan kau terus begini? Kau itu sangat berat!" ujar Harvey memecah lamunan Theala.

"M-maaf Tuan..."

Theala salah tingkah, merapikan pakaiannya yang sebenarnya langsung jatuh sempurna tanpa dirapikan, karena yang di kenakannya adalah baju pasien.

"Kenapa anda berada disini? Ini kan sudah larut malam," tanya Theala yang penasaran.

Tumben sekali Harvey malam-malam mengunjunginya di rumah sakit. Ini pertama kalinya.

"Kenapa? Kau tidak suka?"

"Bukan! Saya hanya penasaran...."

"Kalau tidak suka, baiklah, aku akan pergi," ucap Harvey yang hendak melangkahkan kakinya.

"Tidak! Jangan~~" ucap Theala, jarinya memegangi kaos bagian belakang Harvey, menahan Harvey untuk tetap tinggal.

"Apa?" tanya Harvey, menengok ke arah Theala.

"S-saya bosan sendirian, t-tolong temani saya menginap malam ini," ucap Theala ragu.

"Oho~ Sekarang kau sudah bernyali ya? Gadis nakal, mengajak lelaki tampan untuk menemanimu tidur," senyum nakal terlihat jelas di wajah Harvey saat mengatakan kalimat itu.

"Hah?" Theala cengo, tidak paham dengan perkataan Harvey barusan.

Dikala Theala masih cengo, membutuhkan waktu untuk mencerna kalimat Harvey. Berbeda dengan Harvey yang sekarang sudah bersiap untuk tidur, ia merebahkan tubuhnya di ranjang pasien.

"Gadis nakal, kemarilah, apa kau tidak ingin tidur lagi?"

"Saya akan tidur di sofa Tuan--"

Telat melangkahkan kakinya, Harvey lebih unggul kecepatan untuk menghampiri Theala yang masih berdiri dan langsung membopongnya dan menidurkannya di ranjang pasien.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang