47

9 2 0
                                    

Theala
Sudah selang satu minggu sejak hari pesta pernikahan kami. Sebenarnya aku takut, sangat takut. Namun, entah ada apa dalam diriku yang mengatakan.

"Akhirnya ada seseorang yang mau mengakui keberadaanku di dunia ini."

Tentunya aku juga merasa sangat bahagia ditengah ketakutanku sendiri.

**

Di hari itu,

"Nyonya Theala silahkan bersiap, para pelayan wanita dan tim bridal sudah menunggu anda di kamar tamu. Mari saya antar," ucap kepala pelayan berusia paruh baya yang tiba-tiba mengetuk pintu kamarku, namanya kalau tidak salah... Pak Mumun.

Ah! Sepertinya beliau jarang diceritakan di dalam kisah kehidupan ini ya?

Tim bridal?

Apa maksudnya?

Aku masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Namun, aku hanya bergeming dalam benakku, aku tidak berani untuk banyak bertanya karena itu salah satu larangan yang ada di dalam rincian peraturan yang diberikan oleh Tuan Harvey.

Aku pasrah dengan semua yang dilakukan mereka kepadaku. Sampai aku pada akhirnya menyadari sesuatu.

Oh! Aku didandani menjadi mempelai wanita dengan berbalutkan gaun pengantin yang sangat mewah. Meskipun aku menyadari hal itu, bukan berarti aku sudah mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Benar, aku sama sekali belum mengerti tentang ini, Tuan-tuan mansion kediaman William pun sama sekali tidak terlihat sejak tadi pagi.

Seperti biasa, tidak ada seorang pun yang memberitahu mereka pergi kemana atau pun berpamitan, aku harus sadar diri posisiku di dalam keluarga William bukan sepenting statusku di keluarga ini.

"Sudah siap Nyonya Muda. Wah! Anda benar-benar terlihat sangat cantik," ucap salah satu dari mereka ketika dandananku sudah siap, dan disusul pujian-pujian lain dari yang lainnya.

"Ah! Terima kasih banyak, sudah membuatku menjadi sangat cantik seperti ini," balasku sedikit canggung, aku tidak terbiasa menerima pujian yang terlalu tinggi menurutku.

Aku mengikuti semua arahan yang ditujukan kepadaku dalam diam, sama sekali tidak membuka mulutku untuk memulai obrolan. Hanya saja aku selalu menjawab dengan sopan ketika beberapa orang menyapaku ataupun mengajakku untuk sekedar basa-basi.

Hingga sampai disebuah Hotel yang ternama di Korea meskipun sekarang namanya redup, kabarnya Hotel ini sempat menjadi ikon di Korea, salah satu bisnis keluarga William -World Hotel.

Akhirnya sosok yang aku kenal menampakan dirinya dihadapanku,

"Selamat malam, Nyonya Theala."

Aku menghela napas panjang, merasa lega karena sejak tadi siang aku hanya sibuk bertanya-tanya di dalam pikiranku sendiri.

Theala mengangguk, menatap lekat wajah tampan sosok pria itu yang kini sudah berdiri tepat di depan Theala yang sedang terduduk dengan wajah penantian.

"Malam ini adalah pesta pernikahan anda dan Tuan Harvey, anda diminta untuk mengikuti dan hanya menurut tanpa bertanya. Anda juga tidak boleh memasang ekspresi terkejut ataupun hal-hal lain yang dapat mengundang pertanyaan para tamu undangan."

Kai Deverra, dia sungguh selalu terlihat menawan ketika dia sedang menjelaskan segala detail perintah Tuannya. Sering kali aku penasaran, seorang Kai Deverra itu sebenarnya sosok yang seperti apa? Jika tanpa embel-embel jabatannya sebagai kepala sekretaris keluarga William.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang