35

7 1 0
                                    

Sesampainya di perusahaan, Harvey, Hansen dan Kai langsung bergegas menuju ruang kendali keamanan perusahaan.

Mengingat saran dari Dio, kemungkinan apapun dapat terjadi di perusahaan yang mungkin lolos dari pengawasan ketiga petinggi World grup tersebut. Dengan mengantongi informasi kapan tepatnya kejadian lalu dan yang baru saja terjadi kepada Theala dari Dion.

"CEK SEMUA REKAMAN CCTV PADA HARI ITU!! PASTIKAN KITA DAPAT MENEMUKAN SESUATU YANG PENTING!!" tegas Harvey menyerukan perintahnya.

Hansen dan Kai yang paham betul langsung sigap mengambil alih perintah untuk semua anggota keamanan World grup, sekarang sosok Harvey yang sudah dikenalnya sejak kecil telah berubah menjadi sosok yang baru, sosok yang bahkan belum pernah terbayangkan sekali pun oleh mereka berdua.

Karena jujur saja, Harvey akhir-akhir ini seperti menjadi orang yang berbeda.

"Harvey! Aku menemukannya!" seru Hansen.

"Saya juga!" seru Kai.

"Ok, salin rekamannya!" balas Harvey masih setia dengan sikap tegasnya.

Benar saja dengan apa yang telah di katakan Dio, ternyata kejadian yang menimpa Theala selalu terjadi saat Theala sedang di perusahaan. Lebih parah karena tepatnya berada di depan ruangannya sendiri.

Namun, dengan bodohnya atau memang saking tidak peduli dengan keadaan disekitarnya, Harvey sama sekali tidak mengetahui hal tersebut.

Harvey menghela napasnya lelah, "Akhirnya aku mendapat alasan untuk mengakhiri permainanku."

Karena merasa semuanya sudah usai, ketiganya pun berpisah kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Hansen langsung pamit kembali ke ruang kerja miliknya.

Begitu pun dengan Kai yang masih sibuk mengurusi urusan World Rider yang sepertinya mulai terbengkalai sejak Harvey sekarang sering bertingkah aneh, menurutnya.

Kini Harvey berada di kantornya, duduk bersandar pada kursi kerjanya, memijat keningnya lelah yang sebenarnya ia baik-baik saja. Tidak lupa juga, meskipun hari masih cukup terbilang pagi karena waktu masih menunjukkan pukul 10.15 pagi.

Sudah ada banyak puntung rokok bekas yang menumpuk di asbak tepat diatas meja kerjanya, bahkan beberapa diantaranya masih mengebulkan asap karena tidak padam dengan sempurna.

Mungkin belum merasa cukup, Harvey tetap menyalakan rokoknya yang entah sudah ke berapa yang ia hisap di pagi itu.

Tok Tok

Harvey sama sekali tidak bergeming, menandakan ia mengijinkan seseorang itu untuk masuk.

"Selamat siang Tuan Harvey, anda hari ini ada pertemuan makan siang dengan klien penting dari perusahaan Jepang," ucap seseorang yang sesaat lalu mengetuk pintu.

Karena sibuk menikmati rokoknya sambil memijat-mijat keningnya seperti orang yang sedang sakit kepala, Harvey pun tak menyadari sesuatu.

"Kau?!" Harvey yang gelagapan untuk mematikan rokoknya di asbak.

Karena panik tanpa pikir panjang ia langsung meraih gelas air putih di atas mejanya lalu ia siramkan ke asbak. Bekas puntung rokok pun padam sepenuhnya dengan sempurna.

Wanita yang melihat reaksi aneh Harvey hanya mengerutkan keningnya, heran. Mungkin di dalam benaknya sedang bertanya-tanya.

"Apa Harvey baru saja melihat hantu?"

"Kenapa kau ada disini?!" tanya Harvey dengan suara tegas, seakan tidak terima kalau wanita itu kembali ke perusahaannya.

"Tapi Tuan Harvey, saya tidak terima dengan pemecatan sepihak dari anda. Apalagi untuk apa anda mempekerjakan seseorang untuk menjadi pengawal saya? Bukankah hal itu sangat berlebihan? Apa saya telah melakukan kesalahan fatal sehingga saya tidak pantas lagi untuk bekerja di World grup? Boleh jelaskan apa kesalahan saya itu?"

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang