p r o l o g

582 17 2
                                    

Note:
• Banyak kekurangan dari cerita ini.
• Mohon maaf bila ada kesamaan nama, tokoh, tempat, dll. Itu murni kebetulan.

so, happy reading -!

•••

Nirmala Aneisha. Dipanggil Mala oleh teman - temannya. Gadis yang kini menduduki kelas 1 SMA jurusan Mipa. Otaknya biasa saja, dan hidupnya pun biasa saja. Tidak ada yang istimewa ataupun spesial.

Pacar? Oh jangan ditanya. Dekat dengan lelaki saja tidak pernah. Apalagi mempunyai pacar. Ia ingin mempunyai pacar, tapi masalahnya tidak ada yang mau.

Mala berjalan menuju kelasnya, ini hari senin yang artinya akan ada kegiatan upacara bendera.

Jika boleh jujur, Mala tidak terlalu menyukai upacara bendera karena berarti ia harus berjemur dibawah terik matahari pagi. Tapi terik matahari pagi tidak sebanding dengan perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang mati - matian demi Indonesia merdeka, masa kita yang hanya tinggal menikmati kemerdekaan tidak mau mengikuti kegiatan upacara sih?

"MALAAAAA!"

Teriakan yang cukup memekakkan telinga itu berasal dari belakang. Mala memutar tubuhnya, lalu menemukan sesosok gadis yang sedang berlari ke arahnya.

"Anter gue ke kamar mandi dulu. Gue udah kebelet banget ini. Ada panggilan alam." Gadis itu berhenti tepat disamping Mala sambil memegang perutnya.

Mala memutar bola matanya malas. Gadis itu bernama Zea. Namanya hanya terdiri dari 3 huruf. Nama tersimpel dan tersingkat yang pernah Mala temui.

"Kebiasaan banget sih. Kenapa ngga dirumah aja?" tanya Mala.

Zea cengengesan. "Kan panggilan alamnya baru kerasa pas di sekolah."

"Ya udah ayo. Jangan lama - lama, bentar lagi kita upacara. Taruh tas dulu di kelas," ucap Mala.

"JANGAN!" ujar Zea dengan suara yang cukup keras hingga beberapa orang menoleh ke arah mereka.

"Kenapa emangnya?" tanya Mala.

"Mala, ini udah di ujung. Kalau kita ke kelas dulu nanti makin lama. Lo gamau kan nanti kalau gue pup di celana?"

Mala akhirnya mengangguk dan mengantar Zea ke toilet.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

"Je, lo di dalem ga pingsan kan? Kok lama banget sih?" tanya Mala karena Zea tidak kunjung keluar dari kamar mandi.

"Sabar. Sebentar lagi beres kok, btw nama gue Zea ya pake Z bukan pake J," jawab Zea dari dalam bilik kamar mandi. 

Mala memutar bola matanya malas. "Lo udah bilang kayak gitu sebanyak 5 kali. Dan untuk nama lo itu, ribet kalo harus pake Z. Mending pake J aja biar lebih simpel."

Zea keluar dengan wajah yang lebih cerah karena berhasil mengeluarkan sisa-sisa makanan yang ada di perutnya. "Karena lo selalu nganterin gue ke kamar mandi, jadi gua izinin lo buat panggil nama gue dengan sebutan Je," ujarnya lalu gadis itu mengapit lengan Mala dan berjalan menuju kelas.

Tettttt..... Tettttttt....

"Lo kelamaan sih ah di dalem nya. Padahal niatnya gue mau sarapan dulu, malah gajadi gara - gara nganter lo ke kamar mandi," ucap Mala. Gadis itu membawa bekal dari rumah, dan rencananya ia akan sarapan di sekolah sebelum upacara.

"Hehehe maaf maaf. Nanti gue traktir cilok deh," bujuk Zea.

"Udah ah ayo naruh tas dulu ke kelas."

•••

Upacara dimulai. Mala berada di barisan kedua dari depan, nasib punya badan pendek ya gini. Selalu ada di barisan depan ketika upacara.

Di barisan paling depan ada Zea, karena memang Zea tubuhnya lebih kecil dari Mala.

Mala menoleh ke barisan kelas 11. Gadis itu celingak - celinguk mencari seseorang. Dan akhirnya matanya menangkap seseorang yang ia cari. Mala tersenyum singkat lalu kembali melihat ke depan.

Albian Davindra. Kakak kelas yang tidak sengaja Mala tatap saat di kantin, dan kakak kelas yang duduk bersamanya saat Ujian Akhir Semester.

Dan sudah terhitung dua bulan, Mala menyukai nya. Ia tidak berani untuk mendekati Bian. Ia hanya berani untuk mengagumi nya dari jauh.

"Bengong terus kerjaannya. Nanti kesambet setan UKS baru tau rasa lo."

Suara yang disusul dengan tepukan dibahu itu mengejutkan Mala. Mala menoleh ke belakang lalu mendapati Arumi yang sedang menatapnya.

"Kenapa, Mi?" tanya Mala.

Arumi Bestari adalah temannya dari jaman rok biru, sampai sekarang berubah menjadi rok abu. "Jangan bengong, tuh dengerin kepsek lagi ngomong."

"Ah males, mending gue liatin gebetan," sahut Mala.

Mala menggelengkan kepalanya. Lalu tak sengaja menoleh ke barisan kelas 11. Matanya tidak sengaja menatap Bian yang sedang tertawa bersama temannya. Dan sialnya temannya itu seorang perempuan.

Dada nya terasa sesak. Ingin memalingkan matanya, tapi rasanya mubazir jika tidak melihat nya ketika sedang tertawa. Ketampanannya bertambah berkali - kali lipat.

Disatu sisi ia senang bisa melihat Bian tertawa begitu lepas, tapi di satu sisi dada nya sesak karena melihat Bian tertawa bersama perempuan lain.

"Tugasku hanya mengagumi mu, kalau untuk memiliki mu, entahlah. Sepertinya itu sedikit tidak mungkin."

•••

Prolog nya segini dulu, nanti insya allah di bab selanjutkan akan lebih banyak ♥

Terus ikuti kisah Mala sampai akhir ya ♥

Setelah sekian lama aku hiatus buat cerita, aku beraniin buat publish cerita baru karena aku kangen bangett nulisss hwhehe🤍

semoga suka yaa 🤍

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang